PITA

44 0 0
                                    

Sejak kejadian itu, Vee berusaha melupakannya. Tapi tidak bisa. Ingatan ciuman Namjoon selalu membayanginya. Apalagi akhir-akhir ini Hoseok semakin sering mengajak Namjoon menginap di rumah mereka. Mau tidak mau, Vee jadi sering berinteraksi dengan Namjoon.

"Wuah! Aw panas!" teriak Vee yang sedang menggoreng telur. Karena mamanya masih ikut dinas papanya di luar kota, dia yang bertugas memasakkan makanan untuk Hoseok dan juga teman-temannya yang datang ke rumah.

"Apa kau tidak bisa berteriak lebih manis lagi?"
Suara namjoon yang menghampirinya membuatnya melupakan telur yang sedang digorengnya. Dia gugup.

"Ya ampun, kak! Telurnya gosong!" Teriak Namjoon.

Vee buru-buru mematikan kompor, tapi saat itu juga Namjoon berdiri tapat di belakangnya. Jarak mereka sangat dekat. Bahkan Vee bisa merasakan tubuh Namjoon seperti menempel ke punggungnya.

"Ya, Namjoon-ah, kau? Kau minggir sebentar! Aku mau mengganti telur dengan yang baru."

"Sebentar kak." Namjoon malah merangsek maju, melingkarkan tangannya ke pinggang Vee. "Nah sekarang sudah benar. Tadi pitanya miring." Lalu pergi meninggalkan Vee yang jantungnya berdebar karena perlakuan anak itu yang sekonyong-konyongnya memperbaiki pita celemeknya.

"Apa apaan dia ini? Untuk apa dia repot-repot membenarkan pita celemek yang miring?Kenapa dia membuatku salah tingkah begini? Gawat! Jantungku! Apa aku menyukainya? Tidak mungkin. Tidak bisa. Tidak boleh. Dia adalah teman Hoseok. Dia masih kelas Tiga SMA, sedangkan aku sudah mau tiga puluh tahun. Apalagi dia sudah punya pacar. Astaga Vee! sadarkan dirimu cepat!!" Vee menggeleng-gelengkan kepalanya, mengusap-usap mukanya, dan berakhir menampari pipinya agar apapun yang melintas diotaknya tentang Namjoon dan pesonanya segera lenyap.

Akhirnya untuk mencegah semua hal yang Vee inginkan, setiap kali Namjoon datang ke rumah, Vee selalu menghindarinya. Apapun itu. Bagaimanapun itu. Hingga pada akhirnya Namjoon jarang menampakkan batang hidungnya lagi.

Seharusnya dia bersyukur karena dia tidak perlu repot menghindar, tapi memang bibirnya tidak pernah tidak gatal untuk menanyakan hal-hal yang bukan urusannya. "Akhir-akhir ini Namjoon jarang main ke rumah?"

Hoseok yang sedang bermain game di handphonenya menoleh sebentar ke arah kakaknya. "Iya. Dia sibuk sendiri entah apa. Tadi aku memintanya datang sih, tapi dia menolak. Katanya dia mau pergi ke tempat pacarnya. Sepertinya hubungan mereka sedang gawat. Padahal mereka serasi sekali."

"Oh." Jawab Vee singkat.

Meski jawabannya hanya sebatas dua huruf, tapi tidak dengan pikirannya. Gadis itu meski berusaha menghindar dari Namjoon, dia tidak bisa membohongi dirinya. Ia terus saja memikirkan anak laki-laki itu. Vee tidak bisa menghentikan lalu lalang otaknya yang selalu terngiang akan ciuman pertama tak sengajanya bersama Namjoon, aroma Feromon khas milik Namjoon, lesung pipit laki-laki itu, dan bahkan akhir-akhir ini dia selalu membayangkan bagaimana rasanya bersandar di punggung Namjoon saat Vee melihatnya dari belakang.

Sial!

Kim Namjoon sialan!

Gadis itu kembali merutuk dalam hati saat ingatan akan Namjoon kembali menari-nari di benaknya.

Rutukan dalam hatinya tak mempan. Ingatan tentang ciuman Namjoon membekas kuat di benak Vee. Seperti memiliki kekuatan sendiri, ingatan itu melangkah jauh hingga menembus angan-angan Vee.

Tanpa sadar, Vee sudah kembali pada siang kala Namjoon membenarkan pita celemeknya yang miring. Kilasan memori tentang tangan kekar Namjoon melingkar di pinggangnya, semerbak wangi tubuh Namjoon yang menguar karena bergerak, dan suara berat Namjoon di telinganya membawa imaji Vee ke hal yang membuatnya harus buru-buru ke kamar.

"Na--Namjoon?"

"Hey, kak Vee--"

Namjoon ada di kamarnya. Duduk tegap di pinggiran ranjang Vee. Pemuda itu mengenakan kaos hitam sedikit ketat yang membuat dada kekarnya tercetak sempurna. Vee menarik napas dalam saat matanya melihat tampilan lain dari Namjoon. Celana pendek santai menghiasi kakinya yang jenjang.

Sangat seksi.

"K-kau? Bagaimana bisa kau ada di kamarku?" Tanya Vee gugup.

"Kau yang mengundangku, kak--"

Mata Namjoon membulat manja menatap Vee yang bingung dan gugup. Vee tidak pernah mengundang Namjoon ke dalam kamarnya.

"Aku tidak pernah menyuruhmu datang ke sini."

Namjoon berdiri. Mendekati Vee yang merapatkan punggung di pintu kamarnya yang tertutup. Wangi tubuh Namjoon menyeruak kuat saat Namjoon semakin dekat dengan Vee.

"Kau yang menyuruhku datang, Kak..."

Vee sungguh tak berkutik ketika Namjoon kini berada lima sentimeter di depannya. Tubuhnya yang menjulang tinggi membuat Vee harus mendongak. Tapi mana berani dia melongok dengan percaya diri demi melihat Namjoon. Yang bisa gadis itu lakukan hanya melihat dada Namjoon yang bergerak karena tarikan napas.

"Aku tak pernah--" kalimatnya terputus ketika Namjoon menyentuh lengannya perlahan dengan telunjuk tangannya, membuat Vee merinding setengah mati.

Waktu dan dunia seakan berhenti ketika Namjoon berhenti membelai lengannya dan berganti menunduk mendekatkan bibirnya ke telinga Vee. "Kau yang menyuruhku datang, Kak. Kesini, ke kamarmu." Dan bersuara dengan suara yang sangat berat.

Hembusan napas Namjoon mengenai kulit telinga Vee. Sudah entah bagaimana detak jantung Vee, gadis itu benar-benar tak tahu lagi apa-apa selain tubuhnya melemas setiap Namjoon membelainya.

Kepalanya dibelai, rambutnya dibelai, telinganya dibelai, leherya dibelai, lengannya dibelai, telapak tangannya dibelai, punggungnya dibelai, pinggangnya dibelai, dan ketika tangan Namjoon semakin ke bawah tubuhnya, Vee tersentak kaget karena teriakan dari luar kamarnya.

"Kak! Kak! Kak Vee! Mama telfon!"

Suara Hoseok nyaring memekakkan telinga.

"K- katakan pada mama aku akan menelponnya nanti. Aku-- aku sedang sibuk."

"Oke aku bilang kemama kau sibuk."

Vee segera menghembuskan napas lega ketika langkah kaki Hoseok menjauh dari kamarnya.

Namun kelegaannya berganti dengan kebingungan. Ketika ia mendongak untuk melihat bagaimana wajah Namjoon, laki-laki itu hilang. Tak ada di depannya. Tak ada di kamarnya.

Tak ada siapa-siapa di dalam kamarnya dan Vee mengecam diri sendiri karena Namjoon yang datang padanya adalah imajinya belaka.

"Bodoh sekali." Kata Vee untuk dirinya sendiri.

-tbc,

THE ORANGETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang