Rasanya seperti menunggu kungkang menyelesaikan ujian trigonometri. Lambat dan mustahil. Berkali-kali Namjoon melihat layar pintarnya demi melihat apakah Vee mengiriminya teks setelah dia berusaha menjelaskan apa yang terjadi pada Hoseok.
Namjoon tidak bisa memastikan sendiri apakah Vee baik-baik saja karena setelah Hoseok pergi dari kamar Vee, Namjoon juga harus menyusul kecuali dia siap dengan pertanyaan penasaran lainnya. Lagipun, hal yang dijanjikan Namjoon pada Hoseok sudah jelas berat dan akan merepotkan maka dia lebih memilih untuk tak menambah daftarnya lagi.
Selama permainan game bersama Hoseok dan teman-temannya yang lain, raga Namjoon saja yang ada bersama mereka. Sementara hati dan pikirannya ada pada Vee. Memang sialan rasanya jatuh cinta. Dulu dengan Akira tidak pernah seperti ini. Tidak pernah Namjoon terbelah menjadi dua dimana pikiran dan tubuhnya tak sinkron.
Namjoon pikir, menyukai dan menjalin hubungan dengan kakak teman sendiri akan jauh lebih mudah. Tapi nyatanya tidak. Hubungan yang harus dirahasiakan, umur yang berbeda, dan bahkan karakter yang berbeda membuat semua terasa sulit. Vee sangat berbeda dengan Akira. Dengan Akira, Namjoon bisa melakukan apa saja tanpa harus khawatir Akira akan pergi darinya. Berpacaran dengan Akira sangat mudah. Tak perlu bersembunyi dari siapapun. Dan juga mantan pacarnya itu terobsesi pada Namjoon yang membuat Namjoon tak perlu bersusah payah menjaga hati karena Akira akan melakukan apapun agar hubungan mereka baik-baik saja.
Dengan Vee, meskipun gadis itu sudah mengatakan bahwa ia juga menyukai Namjoon, rasanya seperti tak seimbang. Namjoon merasa bahwa dirinyalah yang lebih terobsesi pada Vee. Bukan tanpa alasan. Vee sangat cantik dengan otak yang cemerlang. Meski kadang tingkah lakunya sangat random, seperti mencium buah jeruk dari pohonnya, Vee tetaplah sangat menarik bagi Namjoon. Dan bahkan tingkah Vee yang anehlah yang membuat Namjoon jatuh cinta padanya.
Being loved is blessing
Tiba-tiba Namjoon teringat sebuah quote yang ia baca pada pembatas buku fiksi di perpustakaan ayahnya.
Mengingat bagaimana Akira mengejarnya membuat Namjoon mengerti apa arti kalimat itu. Sebuah berkah untuk setiap jiwa ketika dicinta. Perasaan hangat, perasaan diakui, perasaan dimiliki, dan perasaan dicintai sangatlah menyenangkan. Seperti tak perlu memikirkan apapun, dicintai membuat Namjoon tenang tanpa kecemasan yang tak pasti.
Apakah Vee merasakan hal yang sama seperti saat Namjoon dicintai Akira? Atau malah gadis itu merasa tak tenang karena perasaan Namjoon begitu menggebu-gebu padanya?
Namjoon bertanya-tanya dalam diam ketika semua teman-temannya bersorak gaduh akan permainan yang tak ingin ia mainkan.
"Hey, are you okay?" Jimin bertanya pada Namjoon.
Namjoon melihat tatapan Jimin. Bertanya balik pada dirinya sendiri tanpa bersuara apakah dia baik-baik saja jika perasaannya cemas tak jelas karena Vee tak kunjung mengiriminya pesan?
Namjoon merasa dirinya akan segera gila. Ingin ia melompat dari sofa dan berlari ke kamar Vee untuk melihat lagi gadis itu. Atau mungkin lebih tepatnya bertanya bagaimana perasaan gadis itu jelasnya pada Namjoon.
Memang benar Vee seperti tak keberatan dengan apa yang dilakukan Namjoon. Gadis itu juga tak pernah berkata tidak sejauh hubungan mereka tentang semua yang Namjoon lakukan. Tapi semua itu tak membuat Namjoon puas. Vee tak pernah benar-benar mengungkapkan perasaannya. Seperti dia menginginkan Namjoon dalam arti apapun.
Kembali pada ingatannya tentang Akira, Namjoon ingin Vee seperti mantan kekasihnya yang dengan mudah mengatakan,
"Joonie-ah, aku ingin bertemu denganmu,"
"Namjoon baby, let's cuddle! I need your chest,"
"Honey baby bee, I want to be in your arms,"
"Can you give me a thousand kisses so I can handle the world today?"
"Mumumumumumuah, I cannot wait to kiss your lips,"
"Namjoon, I miss you so bad,"
Bukankah sederhana? Bukankah kalimat-kalimat itu mudah untuk diucapkan?
Tapi yang ada hanya Namjoon yang malah sering mengatakannya. Membuat pemuda itu rendah diri dan pesimis tentang perasaan Vee padanya.
Namjoon akan paham jika Vee tak melakukannya di depan Hoseok. Tapi ketika Hoseok atau keluarganya tak ada, bisakah Vee memberinya kepastian bahwa perasaan mereka seimbang?
"Namjoon? Hey, Namjoon?" Jimin kembali bertanya padanya. Tidak berteriak, tapi bahunya ia gerak-gerakkan ke bahu Namjoon. Dan saat bersamaan, Vee berjalan ke arah dapur yang menyatu dengan ruang TV.
Tatapan mereka bertemu. Lalu dengan secepat kilat, Vee mengalihkan sepasang netranya ke dalam kulkas. Namjoon menghela napas berat ketika Vee telah mengganti pakaiannya dengan setelan piyama yang lain. Tadi saat Namjoon mengejutkannya, Vee menggunakan celana piyama dan kaos yang ia lapisi dengan jas karena meeting onlinennya. Kini gadis itu mengenakan piyama bermodel lucu. Celana katun panjang dengan motif BT21 karya BTS dan atasan dengan motif yang sama. Cute dan manis ditubuh Vee yang mungil. Membuat Namjoon gemas ingin memeluk gadisnya. Tapi sebenarnya yang membuat Namjoon menghela napas berat bukanlah tampilan menggemaskan Vee, melainkan bagaimana Vee mengalihkan pandangannya.
"Oh my god setiap hari dia semakin cute saja,"
Well kali ini Jimin mendapat perhatian Namjoon. Pemuda itu tak malu-malu mengekori gerak gerik Vee yang entah akan membuat apa di dapur.
"Behave, Jim,"
"What? What did I do?"
"Komentarmu."
"Ah haha apa aku tak boleh melihat kak Vee seperti kau memelototinya?"
Sialan. Begitu jelaskah gerak mata Namjoon dihadapan Jimin? Mungkin benar karena jika tidak kini Namjoon tak akan tahu bahwa Vee ternyata sedang membuat burger instan.
"Hey, kak! Apa yang sedang kau buat?" Hoseok tiba-tiba sudah melangkah ke arah Vee, membuat Namjoon harus menghentikan mata tak tahu dirinya.
"Burger." Namjoon bisa mendengar nada ketus dari Vee.
"Kau tak ingin membuatkan burger untukku?"
"Well you have your hands and it's so simple to do." Sambil membalik patty, Vee memutar kedua bola matanya ketika Hoseok pasif agresif meminta Vee memasakkan burger untuknya juga.
"I'm so busy right now." Percayalah kadang Hoseok bisa sangat brengsek dan Namjoon ingin meninjunya.
Apanya yang sibuk? Daritadi dia hanya berteriak-teriak girang bermain game.
"Minggirlah sebelum spatula ini melayang ke atas kepalamu."
Good girl. Namjoon suka jawaban Vee.
"Well spatula melayang, I will scream the tea when mom comes home."
Kan! Hoseok memang bisa sangat sebangsat itu.
Namjoon bisa melihat Vee tak lagi berkata-kata.
"Tolong buatkan untuk teman-temanku juga."
Namjoon sudah akan berdiri untuk membantu Vee. Tapi ia kalah cepat dari Jimin. Tahu-tahu Jimin sudah melesat begitu saja ke dapur dan berhaha hihi dengan Vee sambil menawarkan diri untuk membantu Vee.
Namjoon terpaksa menahan diri dengan perasaan yang sangat tak nyaman. Tubuhnya tak bergerak ke dapur, tapi matanya terus mengawasi bagaimana akrabnya Jimin dan Vee memasak bersama. Dadanya panas. Perutnya bergejolak. Kepalanya terasa berasap. Namjoon sangat marah melihat kebersamaan Jimin dan Vee. Pemuda itu tak tahu jika Vee dan Jimin seakrab itu, membuat Namjoon berpikir sesat tentang Vee menyukai Jimin.
Namjoon sangat tak nyaman dengan perasaannya. Ia berharap waktu berjalan dengan cepat dan Namjoon tak harus melihat interaksi antara Vee dan jimin berlangsung lama. Tapi sepertinya waktu memang bangsat. Setiap keadaan tak menyenangkan, waktu akan jadi sangat lambat.
Namjoon tak tahan. Ia tak bisa menghampiri Vee karena Hoseok akan menaruh curiga. Ia juga tak mau lagi bersama teman-temannya dan berpura-pura ia baik-baik saja. Maka dengan cepat Namjoon memilih pergi dari rumah Hoseok dan menanti dengan pasrah Vee akan mengiriminya pesan.
-tbc,
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ORANGE
Fanfiction[21+] "Jika mencium jeruk saja membuatku jatuh cinta padamu, tak ada hal lebih lain yang akan membuatku berpaling." Namjoon mengatakannya dengan sangat lembut hingga membuat rintik deras hujan di luar seperti percikan air dari surga, menentramkan, m...