Twenty two

1.1K 214 53
                                    

"tanganmu, siapa yang membuatnya jadi seperti itu?"

(name) yang pada dasarnya memakai kaos pendek melirik kearah lengannya. wajahnya agak terkejut karena sebuah luka memar yang sedikit samar berada di lengan bawahnya.

"Sanzu-san" (name) tak ingin bohong. kesempatan bagus kalau Rindou tahu apa yang diperbuat Sanzu kepadanya, lalu pria ubur-ubur itu mengamuk dan menghajar Sanzu. itu akan menjadi pembalasan yang memuaskan bagi (name)

"benarkah? dia melakukan apa?" tanya Rindou, sambil membantu (name) menggulung sprei nya

(name) mengambil alih sprei yang ada di tangan Rindou. lalu bersiap untuk keluar menuju ke tempat cuci. "umm... tunggu, itu agak panjang kalau di ceritakan. Rindou-san lihat saja di cctv. kalian juga memasangnya di gudang bawah, kan?" ucap (name), lalu membuka pintu

"mau jalan bersama? laundry searah dengan ruang keamanan" tawar Rindou

"boleh, ayo"

dua insan itu berjalan berdampingan di lorong yang sama dengan tujuan yang berbeda. hati (name) menggebu-gebu karena tidak sabar melihat reaksi Rindou begitu melihat betapa mengenaskan nya dirinya saat tadi pagi.

tak ada siapapun di lorong. sebagian petinggi tengah menikmati dunia malam mereka. lalu sebagian lagi mungkin tidur atau merokok di atap. yang jelas, hanya Rindou, petinggi yang dapat (name) tangkap dengan matanya.

terdapat jalan lurus dan tangga berukuran sedang di perjalanan mereka. (name) diberitahu bahwa laundry hanya tinggal lurus di lorong itu, lalu Rindou akan turun ke ruang keamanan 1 yang mengakses kamera yang dipasang di ruang di lantai bawah termasuk gudang dan parkir.

"nona (name), seharusnya anda panggil saya saja. tidak perlu repot-repot kemari. jarak dari kamar ke sini lumayan jauh, bukan?" seorang maid yang bekerja di bagian laundry mengambil gulungan sprei yang dibawa (name)

"santai saja, aku tadi diantar Rindou-san"

"Rindou-sama, ya~ dia itu kalau bersama nona (name) jadi sangat manis" ucap maid itu

"benar, kan! aku juga berpikir seperti itu. bapak-bapak banget, gak sih?" ucap (name) dengan nada ala-ala anak gaul

maid itu bersweat drop. padahal bukan itu yang ia maksud. tapi (name) dengan pemikiran remajanya malah mengatai petinggi dengan sebutan bapak-bapak.

"aku kembali atau membantu mencuci?" tanya (name)

"nona kembali saja, nanti Rindou-sama mencari. biar saya yang cucikan"

"wah, serius, nih? terimakasih! besok-besok aku akan membantu, deh!" (name) melambaikan tangannya sambil melompat dan berlari sampai tak terlihat lagi di ruang laundry.

"nona (name), topengnya tebal sekali, ya"



























(name) berhenti berlari setelah sampai di tempat yang tadi memisahkan dirinya dan Rindou. (name) berniat menunggu pria itu disana. dua cookies berukuran besar tergenggam di tangannya. tadi (name) memungutnya saat bertemu maid yang membawa makanan ringan dan berniat memakannya bersama Rindou di atap. pasti akan sangat menyenangkan, makan di kelilingi terangnya lampu kota di malam yang sudah larut.

"Rindou-san suka yang coklat atau red velvet, ya" gumamnya

perempuan itu terus menunggu disana. aneh, padahal Rindou hanya mengecek rekaman, tapi sudah memakan waktu lebih dari dua jam lamanya. kini sudah tengah malam, dan (name) menyerah untuk tetap menunggu Rindou disana.

perempuan itu berjalan dengan kantuk ke dapur untuk menyimpan cookies itu di kulkas. rasa kecewa sedikit menyembul karena Rindou tak kunjung kembali dan menemuinya. padahal (name) sudah rela menunggunya sangat lama.

EXPERIMENTAL [ BONTEN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang