Eighteen

1.1K 252 80
                                    

maaf, saya ngarep bintang 💃🏻💃🏻






















"aduh! jangan ditekan dong!"

"itu salahmu karena terus mengoceh. sudah tahu bos itu sensitif"

senja telah tiba dan (name) tengah merengek saat itu. setelah kepalanya di hantam dengan siku mulus Mikey tadi, pria itu langsung pergi dan (name) hanya merengek sambil memegang kepalanya sampai dipungut oleh Rindou ke ruang tengah—tepatnya di sofa. rencananya berenang dan belanja otomatis gagal.

"aku kan hanya mengucapkan satu kata. lagipula kata-katanya sangat ambigu. aku seperti diajak mati" ucap (name) dengan nada kekanakan.

Rindou sempat tertegun. kemudian menekan pipi (name) yang menggembung karena cemberut dengan telunjuknya. "berhati-hatilah"

(name) mengangguk. "hora, Rindou-san lagi-lagi seperti papa"

ucapan (name) membuat Rindou mengalihkan wajah tampannya.
"aku bukan pa—"

"padahal sepertinya dulu kau pernah menendang rahangku" (name) memotong ucapan Rindou.

Rindou tertohok dengan pengakuan (name) yang terang-terangan mengungkap perlakuannya. benar sih, Rindou pernah menendangnya. apa ingat? tapi sepertinya (name) tak begitu mempermasalahkannya, mengingat hanya Rindou yang selalu menemainya.

"tapi Rindou-san ternyata baik juga"

"tidak, aku bukan orang baik" Rindou ber monoton

ucapan Rindou yang sangat merendah itu di cibir oleh (name) "dih"

percakapan monoton itu telah berakhir. tak ada lagi yang bisa di bahas karena tak ada topik. Rindou tak pandai bicara dengan wanita dan (name) tak terbiasa berhubungan dengan pria dewasa. jadi mereka hanya saling diam saat itu.

"(name)"

dengan keajaiban dora, Rindou membuka suara

"ya?"

"apa kau senang tinggal di tempat ini?" tanya Rindou

"aku senang, ketika menikmati saat-saat seperti ini. mengobrol hal tidak penting bersama Rindou-san. tapi jika soal mereka..." ucapan (name) tergantung. ia agak ragu mengucapkan nya karena bagaimanapun Rindou juga termasuk petinggi.

"tak apa, kau tak harus mengucapkannya. aku mengerti" sambung Rindou. dibalas deheman oleh (name).

"tapi!, suatu hari aku akan keluar dari sini! berkuliah, bekerja, jadi kaya, dan menjadi selebgram terkenal. lalu menghabiskan waktu untuk menongkrong di tempat mahal bersama teman-teman setiap harinya. traveling sampai galeri foto ku penuh dengan diriku yang memakai pakaian cantik. aku yakin itu akan ada saatnya. benar, kan?" ucap (name) menggebu-gebu

Rindou tersenyum tipis. sangat tipis sampai hampir tidak terlihat "ya, itu benar"

semoga

tes

"eh?"

senyum Rindou luntur. tergantikan dengan wajah yang terbelalak. cairan merah itu tak berhenti mengalir dari mulut (name).

(name) menatap kosong ke semua warna merah itu. ia mengangkat telapak tangannya. menyeka darah yang sudah membasahi pakaiannya.

"(name)?!" Rindou menerjang (name) agar perempuan itu berbaring. Rindou melepas jas nya untuk diselimutkan ke tubuh (name). tangannya menyambar kotak tissue di meja, lalu membersihkannya rahang (name) yang penuh darah.

pendarahan itu berhenti sedikit demi sedikit. kehilangan literan darah membuat tubuh (name) lemas seperti orang lumpuh. bibirnya memucat. dan kulitnya semakin pucat.

EXPERIMENTAL [ BONTEN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang