Twenty six

1.1K 234 64
                                    

11 Juni 2018, siang. hari setelah di tanamnya senjata pada tubuh (name).

(name) sudah benar-benar menyerah pada hidupnya. sudah ia putuskan untuk pasrah, dan bahkan tidak akan menikmati lima belas hari terakhir nya. karena tidak mungkin ia bisa menikmatinya. tidak dengan semua obat dan kriminal itu.

meski Rindou sudah memberi sedikit penawar dengan sebuah pelukan, itu tak akan mengobati sedikitpun luka yang dimiliki (name). Rindou hanya berhasil membuat (name) meluapkan emosinya. itu tak akan mengubah bahwa (name) akan mati dalam waktu dekat.

kini, perempuan itu bergabung dengan seluruh pendosa yang tengah bersenang-senang juga berdansa di ballroom bersama para wanita lacur. (name) tak berlebihan, ia hanya duduk di kursi dengan terus meneguk soda sampai cegukan. alasannya karena ia tak kuat dan tak berani pada alkohol, maka dari itu ia lebih memilih meminum soda.

helaan nafas kasar terdengar dari mulutnya ketika selesai meneguk segelas soda. itu adalah gelas ke sembilan nya. sudah sedari tadi ia hanya duduk dan mabuk dengan soda. pikirannya kosong karena tak sanggup berpikir apapun lagi. dirinya benar-benar frustasi.

"aku butuh soda lagi"

"sudah cukup, kau terlaku banyak minum. walau itu soda, tapi tetap saja bisa membuatmu kembung"

"sebentar lagi aku mati, jadi biarkan aku melakukan hal sesuka ku, Takeomi-san" (name) meraih botol soda di meja. menuangkannya ke gelas ke sepuluh nya. hendak meminumnya, namun di tahan oleh anak sulung Akashi itu.

"jangan seperti itu, setidaknya hargai tubuhmu"

"mau ku hargai seperti apapun juga sama saja, toh kalian tidak" (name) dibuat mabuk hanya dengan  sembilan gelas soda. membuat suaranya serak dan parau. mungkin ia akan terkena radang setelahnya. perempuan itu menenggelamkan kepalanya di lengan yang di taruh di atas meja. lalu meracaukan hal-hal yang tidak jelas layaknya orang mabuk sungguhan. remaja itu benar-benar dibuat kacau hanya karena overthinking dan soda.

"berdiri dari sana, sebentar lagi saatnya pembagian tugas. kau juga harus hadir di ruang pertemuan"

tak ada jawaban dari sana. dengkuran halus terdengar dari arah (name). remaja itu tertidur dalam keadaan kembung. mungkin kondisi tubuhnya membuatnya terlalu cepat lelah.

Takeomi menghela nafas. melihat sisi kekanakan (name) membuatnya sedikit luluh. pria itu mengangkat tubuh ringkih (name) dari sana. membawanya ke ruang istirahat agar perempuan itu dapat beristirahat dengan tenang. 

selesai melakukan kegiatannya, Takeomi hendak pergi ke ruang pertemuan

"kenapa kau keluar dari ruang istirahat (name)?" Takeomi yang hendak melangkah terpaksa berhenti. ia mendapati Rindou yang menatapnya dengan sangat janggal di belakangnya.

"aku baru saja menidurinya sampai ia tertidur karena kelelahan..."

pupil mata Rindou mengecil mendengar pernyataan Takeomi

"...itu kan, yang kau pikirkan?" Takeomi kembali menghela nafas. ia maju menghampiri rekan muda nya itu, lalu menepuk pundaknya."Rindou, jika kau memang peduli, setidaknya perhatikan dia"

"minta maaflah dengan benar. baik karena ulah mu saat di malam dimana kau menampar nya maupun ketika di mobil. dia masih anak-anak. tidak ada anak-anak yang terbiasa dengan itu"

"kau pikir meminta maaf akan jadi semudah itu?" suara rindou menjadi rendah. dan disaat itulah, wajahnya menjadi kosong. matanya menyalang bersama senyuman tipis. seperti wajah yang penuh dengan penyesalan.

"huh?"

wajah Rindou menggelap. kepalanya tertunduk, membuat poni mullet nya menutup sebagian dari wajahnya. "Takeomi... bagaimana jika aku bilang... bahwa selama ini aku lah yang paling sering menidurinya, setiap malam" ucapnya dengan lemah.

EXPERIMENTAL [ BONTEN ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang