[1] - The Wedding?

135K 3.8K 56
                                    

Alunan musik yang indah mengalun lembut memenuhi ballroom hotel bintang lima, tempat resepsi pernikahan dilaksanakan. Ballroom hotel yang bernuansa putih telah disulap menjadi ruangan pesta yang elegan dan klasik. Ruangan berukuran delapan ratus meter persegi mampu menampung kurang lebih tiga ribu tamu undangan tersebut terlihat dipenuhi kerabat dan keluarga dari kedua mempelai.

Pasangan pengantin yang terlihat sangat bahagia sedang sibuk menyalami tamu undangan satu persatu. Walaupun persiapan pernikahan yang dilakukan terkesan mendadak. Namun, semua itu tak mengurangi suasana khidmat dan sakral pernikahan ini. Nara, sang mempelai wanita, terlihat sangat cantik dengan makeup tipis yang menghiasi wajahnya. Gaun panjang berwarna putih gading dengan hiasan renda di lengan, melekat indah di tubuhnya. Rambut panjangnya disanggul rapi, menyisakan beberapa helai yang dibiarkan tergerai bebas.

Nara menoleh, menatap sosok pria di sebelahnya. Pria yang sudah sah menjadi suaminya beberapa jam yang lalu. Dia terlihat sangat tampan dengan tuxedo hitam yang membungkus tubuh kekarnya. Rambut hitam lebatnya tertata rapi menambah kesan maskulin pada garis wajahnya yang tegas sempurna. Wajahnya terlihat sumringah seolah pernikahan ini hal yang sudah dia nantikan sejak lama.

"Apa yang sebenarnya pria itu pikirkan? Kenapa dia mau terlibat dengan pernikahan konyol ini?Mengapa dia yang harus bertanggung jawab atas semua kekacauan ini?"

Berbagai pertanyaan itu terus muncul di benak Nara. Seolah sadar dirinya diperhatikan, pria itu menoleh. "Aku tidak tahu tamu yang datang akan sebanyak ini," ucap Dimas bingung dan merasa bersalah.

Nara dan Dimas sebenarnya menginginkan pernikahan sederhana yang hanya dihadiri keluarga inti dan kerabat dekat kedua mempelai. Hal ini juga mengingat kondisi Nara saat ini. Namun, semua itu tidak mungkin terjadi mengingat relasi keluarga Maheswara yang begitu banyak. Selain itu, keluarga Maheswara bukan dari kalangan biasa dan ini adalah pertama kalinya keluarga mereka melangsungkan pesta pernikahan.

"Kamu terlihat pucat. Are you okay?" tanya Dimas dengan nada khawatir.

Nara mengangguk pelan. "Cuman pegal but I am okay," Nara bersyukur rasa mualnya tidak muncul sejak tadi pagi. Namun, Nara benar-benar merasa lelah. Badannya terasa pegal karena berdiri terlalu lama.

"Syukurlah. Sebentar lagi selesai. Setelah itu, kamu bisa istirahat," Dimas meraih tangan Nara, meremasnya pelan tanda menguatkan.

Pembicaraan mereka terhenti kala sepasang tamu berjalan ke arah pelaminan hendak bersalaman dengan kedua mempelai. Tamu pria mengenakan kemeja batik coklat dan tamu wanita yang terlihat cantik dengan kebaya brokat ungu muda mendekati Dimas dan Nara dengan wajah sumringah.

"Look who's here. Gapernah kedengaran lagi dekat sama siapa tiba-tiba nikah," Pria itu mendorong bahu Dimas sambil tertawa. "But anyway wishing you a long and happy wedding, Dim. Doain gue dan Keyra cepat nyusul juga," ucap Pria itu lagi.

"Thank's, Nu," balas Dimas, tersenyum hangat.

Tamu pria itu kemudian berbalik menghadap Nara "Hai Nara, tolong jagain Dimas baik-baik ya. Kalau dia jahatin kamu jangan sungkan bilang ke saya," ucapnya, sambil tertawa.

Nara mengangguk dan tersenyum tipis, menanggapi candaan teman Dimas yang Nara ketahui bernama Danu.

Pandangan Dimas kemudian terarah pada sosok wanita di belakang Danu. Wanita itu menatapnya bingung. Berbagai pertanyaan terlukis jelas dalam tatapannya.

"Hai," ucap wanita itu.

"Hai," balas Dimas sambil tersenyum kecil.

"This is so surprising," Keyra tersenyum kikuk. "Happy wedding, Dim. Tante Ajeng kelihatan bahagia," ucapnya lagi, memaksakan senyum kecil.

Married by AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang