"Lima menit lagi ya, Mbak!"
Nara mengangguk, memperbaiki clip on yang menggantung di kerah bajunya. Para crew yang tadinya berkumpul di sekelilingnya, kembali ke posisi semula, sesuai job desk mereka. Lampu flash kamera yang menyala menandakan acara sebentar lagi akan dimulai. Gista Sugandi, selaku presenter yang akan melakukan interview padanya, memberi tanda kepada para crew bahwa dirinya sudah siap memandu acara untuk satu jam kedepan.
"Crew standby." Sutradara mengangkat tangannya, memberi tanda. "Five. Four. Three. Two. One."
"Selamat siang pemirsa. Kembali lagi dengan saya, Gista Sugandi di acara BSS (Bincang Siang nan Santai). Di siang hari yang cerah ini, kita kedatangan tamu yang sangat istimewa. Tamu yang menginspirasi banyak kaum wanita di luar sana termasuk saya sendiri." Gista Putri tertawa di sela ucapannya. "Baiklah, langsung saja kita sambut Mbak Deinara Putri Jusuf...!"
Nara mengangkat wajahnya. Setelah melantunkan doa dalam hati, dia menarik nafas panjang. Dengan pasti, dia melangkahkan kakinya masuk ke dalam studio. Ini momen pertama kali dalam hidupnya muncul ke hadapan publik seperti saat ini. Demi satu tujuan. Menjadi penolong bagi malaikat-malaikat kecil di luar sana yang kehadirannya tidak diinginkan.
"Terima kasih Mbak Nara telah meluangkan waktu untuk hadir bersama kami. Silahkan duduk dulu," ucap Gista Sugandi. "Sejak kemarin banyak sekali direct message yang masuk ke kami meminta Mbak untuk menjadi bintang tamu. Apakah Mbak tahu, kisah anda benar-benar menginspirasi banyak orang?"
Nara tersenyum kikuk. "Saya tidak pernah membayangkan hal itu."
Sejak awal tujuannya mendirikan yayasan Graha Harsa ini, bukan untuk mencari popularitas. Tetapi, untuk menyediakan rumah bagi bayi-bayi yang terbuang di luar sana. Bayi yang sejak awal kehadirannya sudah tidak diinginkan. Nara hanya ingin bayi-bayi itu tetap merasakan kasih sayang dalam tumbuh kembangnya walaupun tanpa kehadiran orang tuanya. Meskipun Nara tidak bisa memungkiri popularitas Graha Harsa yang dia bina meningkat pesat dalam satu tahun terakhir. Membuat para donatur berlomba-lomba memberikan donasi pada yayasannya.
"Pasti ada alasan mengapa Mbak Deinara memilih nama "Graha Harsa". Bisa tolong jelaskan kepada kami apa arti nama tersebut?"
Nara mengangguk. Matanya melirik layar di hadapannya yang menampilkan cuplikan foto-foto bayi kecil Graha Harsa membuatnya tanpa sadar menyunggingkan senyum. "Graha Harsa mengandung makna rumah kebahagiaaan. Seperti namanya, saya berharap dengan hadirnya Graha Harsa di tengah masyarakat dapat menjadi tempat yang memberikan kebahagiaan bagi bayi kecil di luar sana yang kehadirannya bahkan tidak diinginkan oleh orang-orang sekitarnya."
"Kalau boleh tahu, apa yang melatar belakangi Mbak Nara mendirikan yayasan ini?"
Nara tersenyum getir. "Dia tidak ingin bayi-bayi itu bernasib sama dengan bayinya," gumamnya dalam hati.
"Bagaimana Mbak Nara bisa anda ceritakan kepada kami?" tanya Gista Sugandi lagi saat Nara belum juga menjawab.
Nara mengangguk. Dia kemudian memandang kamera yang menyorot ke arahnya. Berharap pesan yang disampaikannya bisa sampai kepada orang-orang di luar sana. "Terkadang, tanpa kita sadari, banyak anak-anak yang kurang beruntung di luar sana. Kehadiran mereka yang tidak direncanakan sejak awal, membuat mereka dapat pengasingan bahkan dari orang tua kandungnya. Mereka yang seharusnya tumbuh dengan cinta kasih. Harus menelan pil pahit saat orang tuanya juga menolak kehadiran mereka. Padahal, sejak awal mereka tidak pernah meminta dilahirkan. Disitulah Graha Hasta hadir. Jika mereka tidak bisa mendapatkan rumah di tempat yang seharusnya. Kami akan menjadikan Graha Hasta, rumah kedua bagi mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Married by Accident
Genç Kız EdebiyatıMenikah dengan Dimas adalah salah satu hal yang tidak pernah Nara bayangkan. Bagaimana mungkin dia menikah dengan seseorang kakak dari mantan pacarnya. Pacar yang dengan tega meninggalkannya saat mengetahui Nara sedang berbadan dua. Nara juga tahu a...