[42] - Another Reason To Leave?

32.2K 1.9K 62
                                    

Siangnya, seperti yang sudah direncakan. Nara mengikuti kelas prenatal yoga ditemani Dimas. Nara mengedarkan pandangan ke sekeliling aula yang sudah dipenuhi para peserta Ibu hamil , menandakan kegiatan sebentar lagi akan dimulai. Kegiatan ini memang selalu ramai, meskipun diadakan di salah satu rumah sakit kecil di daerahnya. Mungkin karena angka kelahiran di daerahnya lebih tinggi dibanding daerah lain.

Nara menoleh ke Dimas sembari menunggu antrian pendaftaran. "Kamu yakin mau ikut?" Tanya Nara sekali lagi. "Atau tunggu saya di mobil saja?"

"Saya ikut. Ayo daftar cepet. Orang sudah nungguin kita di belakang," jawab Dimas, membuat Nara menghela nafas.

Setelah mendaftar, Nara dan Dimas mengambil tempat di bagian belakang di sisi sebelah kanan. Sambil duduk, Dimas dan Nara mendengarkan arahan dari instruktur yoga.

"Jika selama ini para Bunda pernah mengalami beberapa gangguan kehamilan seperti plasenta previa, anemia, preeklamsia ataupun sering mengalami kontraksi mohon untuk memperhatikan kondisinya. Prenatal yoga yang dilakukan memang bukan jenis olahraga berat. Ini bertujuan untuk mempersiapkan kondisi fisik, mental dan spiritual para calon ibu untuk menghadapi persalinan nantinya. Tapi, tetap saja. Hal ini kembali ke kondisi fisik para ibu sekalian. Kondisi fisik setiap orang berbeda. Jadi, saya selaku instruktur meminta para Bunda untuk tetap memperhatikan kondisi masing-masing."

Nara bisa merasakan tatapan Dimas saat instruktur yoga di hadapan mereka menjelaskan perihal prenatal yoga."

"Oke, Kita mulai ya bunda sekalian sekalian. Silahkan saling berhadapan dengan pasangannya."

Nara membalikkan badannya, menatap Dimas yang juga melakukan hal yang sama. Posisi yang saling berhadapan membuat mereka saling menatap satu sama lain.

"Setelah itu, dekatkan kepala Ayah dengan dada Bunda sekalian. Agar sang Ayah bisa mendengar detak jantung Bunda lebih dekat."

Tidak. Inilah alasan kenapa Nara bersikeras menolak Dimas ikut dengan dirinya karena Nara tahu mereka akan melakukan sentuhan fisik seperti ini. Nara menoleh ke sekelilingnya, melihat pasangan lain mulai mengikuti gerakan tersebut membuat Nara mau tidak mau melakukan hal yang sama.

"Can I?" Dimas menatap Nara, canggung.

Nara menghela nafas. "Just do it!"

Dimas mendekatkan kepalanya pada dada bagian atas Nara. Dengan jarak yang sedekat ini, Nara bisa mencium wangi familiar dari sampo yang digunakan pria itu. Wangi yang membuatnya sulit fokus saat ini.

"Sebelum memulai yoga hari ini, pejamkan kedua mata Ayah dan Bunda secara perlahan. Mari meminta izin kepada janin bahwa saat ini Ayah dan Bunda akan melakukan prenatal yoga. Semoga adik bayi di dalam perut Bunda bisa merasakan manfaat dari prenatal yoga hari ini. Setelah itu, tarik nafas perlahan ..., lalu keluarkan ..., tarik nafas ..., lalu keluarkan .... Ulangi sampai empat kali para Bunda sekalian. Kemudian, buka kedua mata Ayah dan Bunda sekalian dan mari ucapkan I LOVE YOU ke pasangan masing-masing."

Nara membuka mata perlahan. Mendapati Dimas yang juga menatapnya lekat. Nara bisa melihat kecanggungan di wajah Dimas sebelum kemudian dia berkata, "I Love you ... ."

Nara hanya mengangguk singkat membalas ucapan Dimas. Namun, jangan tanya bagaimana jantungya saat ini. Nara bisa merasakan aliran darah ke jantungnya lebih cepat, padahal pria itu melakukannya dengan terpaksa.

"Setelah itu, angkat kedua tangan Ayah dan Bunda sekalian dan satukan satu sama lain di atas kepala dengan posisi dahi saling menempel. Kemudian, pejamkan kedua kelopak mata secara perlaha. Tarik nafas, lalu keluarkan, lakukan hal yang sama sebanyak empat kali."

Married by AccidentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang