[6]FAIZ AL-HAFIDZH

34.7K 1.7K 18
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

[ ayok sholawat dulu sebelum mulai membaca 😊]

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

[ Allahumma shalli 'alaa sayyidinaa muhammad wa'alaa aali sayyidinaa muhammad ]

"hadiah terbaik adalah apa yang kau miliki, dan takdir terbaik adalah apa yang kau jalani."

_meysi marseri_

_meysi marseri_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




Saat ini keluarga Adiba dan Faiz tengah duduk di ruang keluarga begitupun dengan Faiz dan Adiba kini mereka duduk berdampingan, hanya diam sambil menyimak obrolan para orang tua

"Adiba" Panggil Umi Naila

"Iya Umi" Jawab Adiba sambil menatap ke arah Uminya

"Umi cuman mau pesan sama kamu, jadilah istri yang baik, istri yang sholehah, istri yang patuh pada suaminya, jangan ngebantah apapun yang suami mu bilang, nurut sama suamimu, sekarang surga kamu sudah bukan di Umi lagi, tapi sudah berpindah ke suamimu, hormati dia, jaga ucapan dan nada suaramu, jangan sampai kamu berucap kasar serta mengucapkan nada tinggi di hadapan suamimu, kamu harus terbuka sama Faiz, kalau ada apa-apa harus cerita ke dia, kalau mau pergi kemanapun kamu harus izin terlebih dahulu sama Faiz, jadi istri yang baik ya Mak" Pesan Umi Naila pada Adiba

"Iya Umi, Adiba bakalan selalu ingat sama pesan Umi, makasih Umi sudah jadi Umi terbaik buat Adiba udah membimbing Adiba jadi seperti sekarang makasih Umi udah ngajarin Adiba banyak hal, makasih udah sabar menghadapi sikap Adiba" Ujar Adiba kemudian berdiri memeluk Umi nya erat

"Nggak perlu berterimakasih Nak, karna itu sudah jadi tugas Umi dan Abi sebagai orang tuamu, sudah tugas kami membimbing kamu jadi anak yang sholehah" Ujar Umi sambil mengelus sayang kepala Adiba

"Ehmm jadi gimana kalian mau tinggal di pesantren apa di mana?" Tanya Amir-abinya Faiz

"Kalau Faiz maunya di pesantren bi, tapi tergantung Adibanya dia mau apa tidak" Ujar Faiz, dan sekarang semuanya menatap ke arah Adiba

"Maaf tapi apa boleh untuk saat ini Adiba tinggal di sini aja sampai lulus sekolah?" Tanya Adiba takut-takut

"Kenapa?" Tanya Faiz menatap Adiba

"Adiba masih mau di sini, Adiba masih mau sekolah bareng Amira sama Hana, Adiba belum siap jauh sama mereka Umi, Adiba masih mau bareng bang Haikal, Adiba belum siap kalau harus jauh dari kalian" Ujar Adiba dengan mata yang sudah mulai berkaca-kaca

"Bagimana iz?" Tanya Abi Amir

"Ya sudah Abi, kalau Adibanya masih mau tinggal di sini gak apa, Faiz ikut saja" Ujar Faiz membuat Adiba tersenyum menatap ke arahnya, Faiz yang melihat senyum Adiba lantas ikut tersenyum juga

"Ya sudah kalau gitu berarti Adiba pindah ke pondok nanti setelah lulus ya? " Ujar Umi Zahra yang di angguki Adiba

"Ya sudah kalau gitu kalian istirahat sana, pasti capek kan" Ujar Umi Naila yang di angguki keduanya

"Ya sudah kalau gitu kita pamit duluan ya" Pamit Faiz kemudian berdiri di ikuti Adiba

"Bang Haikal kenapa masih duduk di situ, ayok kita naik bareng" Ajak Adiba kemudian Haikal ikut berdiri meninggalkan ruang keluarga

"Bang Haikal tumben jadi kalem biasanya bikin ribut tiap hari" Ucap Adiba saat mereka tengah menaiki tangga

"Ampun dah, gue diam salah, bikin ribut juga salah, salah mulu perasaan" Gerutuk Haikal

"Ya aku cuman heran aja bang, kok. Tiba-tiba Abang jadi kalem, nggak biasa Abang diam doang" Ujar Adiba sambil cemberut

"Ngapain tuh muka kayak gitu, cantik kagak jelek yang ada" Ledek Haikal yang membuat Adiba semakin kesal

"Ish Abang jahat bangat sih" Kesal Adiba sedangakan Haikal hanya terkekeh menatap gemes ke arah Adiba

"Atututu jangan cemberut dong,gak malu sama si Faiz hah? " Goda Haikal

"Apaan sih nggak jelas amat jadi orang" Kesal Adiba kemudian berjalan mendahului Faiz dan Haikal

Setelah Adiba berjalan agak jauh Haikal pun menatap dalam ke arah Faiz

"Iz, gue titip adek gue sama lo, bahagiain dia jangan lo sakitin, jangan lo bikin nangis, gue percaya lo bisa jaga adek gue, Adiba anaknya manja, dan masih labil, kalau ngomong kadang suka ceplas-ceplos, gampang emosi dan mudah ngambek jadi gue harap lo bisa sabar ngadepin dia, bimbing adek gue buat jadi lebih dewasa ya" Pesan Haikal yang di angguki Faiz

"InsyaAllah bang, gue bakalan jagain adek lo kok" Ujar Faiz sambil tersenyum ke arah Haikal

"Ya udah kalau gitu gue ke kamar duluan lo buruan masuk kamar sono, kasian adek gue udah nungguin, oh ya gue rekues ponakan kembar ya kalau bisa hehehe" Ujar Haikal kemudian berlari masuk ke kamarnya

"Kakak ipar sialan lo bang" Kesal Faiz kemudian masuk ke kamarnya

Saat baru saja membuka pintu kamar terlihat di sana Adiba dengan wajah cemberut nya
Faiz yang melihat itupun merasa gemes

"Kenapa wajahnya cemberut kayak gitu?" Tanya Faiz duduk di samping Adiba

"Gak apa-apa" Ketus Adiba

"Yang salah kan bang Haikal kenapa kesalnya sama aku juga?" Tanya Faiz
Yang hanya di acuhkan Adiba

"Ya sudah kalau gitu kamu ambil wudhu sana" Perintah Faiz

Mampus, mau ngapain dia nyuruh ambil wudhu, jangan bilang dia mau mintak haknya, plis jangan dulu Adiba belum siap_ batin Adiba

"Heh kenapa malah bengong, ntar kerasukan" Ujar Faiz membuyarkan lamunan Adiba

"Hayo mikirin apa kamu barusan" Goda Faiz

"H-hah gak ada ya a-aku gak mikirin apa-apa" Gugup Adiba

"Terus kenapa gugup gitu?" Tanya Faiz semakin gencar menggoda Adiba membuat pipi Adiba merah

"Ish apaan sih, udahlah aku mau ke kamar mandi dulu" Pamit Adiba kemudian berdiri menuju kamar mandi yang ada di kamarnya
Sedangkan Faiz ia sudah terkekeh melihat tingkah istri kecilnya itu. Istri nggak tuh wkwkkw

Setelah beberapa menit Adiba keluar dengan menggunakan piyama tidurnya
Kemudian menghampiri kasurnya di sana sudah ada Faiz yang tengah duduk sandaran pada kepala sofa sambil memainkan ponselnya

Merasakan ada pergerakan di sebelahnya  Faiz pun mendongakan kepala nya menatap ke arah Adiba

"Udah?" Tanya Faiz yang di angguki Adiba
Kemudian Faiz turun dari kasur menuju kamar mandi untuk berwudhu

Saat dia keluar dari kamar mandi terlihat Adiba yang sudah tertidur pulas, terlihat bahwa ia sangat kelelahan

Faiz pun ikut membaringkan tubuhnya di samping Adiba, memperhatikan wajah damai istri kecilnya saat tertidur

"Terimakasih sudah mau menerima saya menjadi suamimu" Ujar Faiz kemudian mencium lama kening Adiba

Setelah beberapa menit akhirnya Faiz ikut menyusul Adiba ke alam mimpi

Gimana part kali ini
Tandain kalau ada typo
Jangan lupa vote komen dan share ya

See you next chapter 😚

Faiz Al-hafidzh [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang