[41]FAIZ AL-HAFIDZH [END]

15.1K 555 58
                                    

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

[ ayok sholawat dulu sebelum mulai membaca 😊]

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ

[ Allahumma shalli 'alaa sayyidinaa muhammad wa'alaa aali sayyidinaa muhammad ]

"BAGAIMANAPUN AKHIRNYA TERIMAKASIH SUDAH HADIR."

"Dari banyaknya perempuan baik di dunia ini, terimakasih sudah memilih aku untuk menjadi pendamping hidupmu."

_adiba humairah kinana najah_

"terimakasih sudah bertahan dan berjuang sejauh ini, terimakasih sudah menerima aku menjadi imam untukmu. "

_faiz al-hafidzh_

Kandungan Adiba sudah menginjak umur sembilan bulan, hanya dengan menghitung hari bayi yang berada di dalam perutnya akan meluncur ke dunia.

Kini Adiba tengah berada di dapur, ia tengah memasak untuk makan siang. Walaupun sudah di larang oleh Umi Zahra namun Adiba tetap dengan sikap keras kepalanya.

Sebuah tangan yang melingkar di pinggangnya membuat Adiba terlonjak kaget.

"Lagi masak apa, hmmm?" Tanya Gus Faiz.

"Astaghfirullah kak, bikin kaget aja." Ujar Adiba sambil mengelus dadanya.

"Masak ayam kecap, kamu suka kan?" Tanya Adiba.

"Suka, apapun yang kamu masak, selagi kamu yang bikinnya aku suka." Ujar Faiz.

"Ngegembel terus." Ujar Adiba.

"Gombal sayang bukan gembel." Gus Faiz mendengus kesal.

"Lepas dulu ya kak, aku lagi masak ini." Adiba mencoba melepaskan pelukan dari Faiz, namun gagal karna Faiz memeluknya begitu erat.

"Nggak mau." Ujar Faiz layaknya bocah.

"Duduk kak, kalau gak mau aku marah nih?" Ancam Adiba.

Gus Faiz menghela nafas, selalu aja seperti itu, kalau Faiz tidak mau menurut apa kata Adiba istrinya itu akan mengancamnya.

"Iya iya, aku duduk nih." Adiba mengelus lembut rambut Faiz yang tengah duduk tak jauh darinya.

"Anaknya Bunda pinter banget sih." Ucap Adiba, kemudian ia kembali melanjutkan acara memasaknya.

Sekitar lima belas menit berlalu, akhirnya ayam kecap buatan Adiba sudah tertata rapi di atas meja makan.

Kemudian keduanya makan dengan hikmah, tidak ada yang membuka suara.
"Alhamdulillah kenyang." Ujar Faiz sambil menyenderkan punggungnya di sandaran kursi.

Adiba bangkit dari duduknya, membawa piring kotor untuk di cuci.

"Umi kemana?" Tanya Faiz.

Faiz Al-hafidzh [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang