28

604 91 2
                                    

-skip pagi hari pun kini datang.

Pukul 07:15

Jinan beserta Cindy baru sampai Rumah duka, Cindy menghampiri Chika dan Anin yang sekarang memang tidak terlalu banyak menangis namun keduanya lebih banyak melamun sambil menatap jenazah Regi.

Di Rumah Regi kini sangat banyak orang,...bahkan Dokter Riza dan beberapa perawatpun datang sebagai bentuk rasa berbela sungkawa.

"Pak Jinan...saya dan seluruh perawat Rumah Sakit mengucapkan turut berduka Cita, semoga Bapak dan keluarga diberi kesabaran dan ketabahan"ucap Riza pada Jinan. Jinan mengangguk lemah.

Tak lama dari itu Om Pian memanggil Jinan untuk menghampirinya karna Almarhum Regi akan dimandikan.

-skip sudah dimandikan.

Setelah memandikan Almarhum, Jinan melihat semua proses Papanya yang sedang dipakaikan kain kafan.

Tak Jinan sadari ternyata sudah selesai.

"Pak Jinan...pak" ucap Ustadz, Jinan tersadar.

"Iy-iya kenapa?" Jinan bertanya.

"Sebaiknya Almarhum di Shalatkan sekarang, sesuai apa yang sudah Almarhum pernah katakan semasa hidupnya apa Pak Jinan bersedia untuk mengimami shalat Jenazah?" Tanya Ustadz tersebut. Jinan mengangguk.

Kemudian semua saudara saudara di Rumah mengikuti shalat Jenazah, Jinan yang baru selesai dari wudhunya ia harus berdiri di paling depan sebagai Imam.

Jinan menatap sedu keranda yang ditutup kain hijau.

"Pa, izinkan Jinan untuk menjadi imam Menshalatkan Papa untuk terakhir kali.." lirih Jinan sangat pelan.

Jinan mengucapkan niatnya dan ia langsung memimpin Shalat.

-skip telah selesai shalat Jenazah.

Kini seluruh keluarga mengantar Almarhum ke tempat peristirahatan terakhirnya di makam keluarga.

Jinan, Boby, Om Pian, beserta Vino (sepupu jauh Jinan) berada di mobil yang sama dengan jenazah yaitu dalam ambulan.

Sedangkan Anin, Chika, juga Tante Ira satu mobil lebih tepatnya di mobil yang kini sedang distir oleh Cindy.

Membutuhkan waktu 10 menit dari Rumah Regi menuju makam keluarga, dan sekarang mereka semua baru sampai.

Anin berjalan dituntun oleh Cindy, begitupun dengan Chika yang senantiasa di rangkul Tante Ira.

Sekitar setengah jam acara pemakaman, kini yang sudah membantu mengistirahatkan Regi sudah naik. Jinan juga sudah mengumandangkan adzan untuk terakhir kali kepada Papanya, seperti yang dilakukan Regi saat pertamakali Jinan lahir.

Setelah selesai memakamkan Regi, para anggota keluarga pun menamburkan bunga ke arah makam Regi. Saat sedang berlangsung Celine datang membawa Jevan juga Eve.

Jevan dan Eve ikut menaburkan bunga ke makam kakeknya, sebenarnya mereka tak paham namun atas ucapan Om Pian menyuruh mereka untuk tabur bunga merekapun menurut nurut saja.

-skip kembali ke rumah duka.

Om Pian mengumpulkan anak menantu Regi di ruang biasa yang menjadi tempat Regi mengerjakan sesuatu.

"Om mengumpulkan kalian semua disini bermaksud menyampaikan seluruh pesan yang sudah diamanatkan Papa Regi semasa hidupnya kepada Om" ucap Om Pian.

Kemudian Om Pian menyampaikan seluruh pesan dan amanat dari Almarhum Regi. Tak lama dari itu tiba tiba Chika bersuara..

"Om, aku mau tanya...anak remaja lelaki yang dari pagi tadi selalu Om temani itu siapa? Kenapa dia juga ikut sedih dan terpuruk saat Papa sudah diistirahatkan di Rumah terakhirnya Papa? Anak itu juga terus panggil panggil Papa seperti kami, sebenernya dia siapa?" Pertanyaan Chika membuat Jinan, Anin dan Om Pian saling menatap.

BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang