48 (Bukan Epilog III)

307 57 18
                                    

*sebelum baca part ini, disini gue mau bilang part sebelum ini masih lanjutan dari cerita BERSAMAMU kok...soalnya ada beberapa yang salah paham kalau part sebelumnya itu deskripsi cerita baru.

Oke kalau gitu, enjoy bacanya guys!!

......

Pukul 22:37

Jinan pulang ke Rumah dengan wajah yang begitu kusut, Cindy yang memang belum tertidur saat mendengar pintu terketuk ia pun memutuskan untuk membukanya.

Dan menampilkan adanya seorang Jinan.

"Kenapa kamu tidak datang? Aku tunggu kamu" Jinan langsung bertanya.

"Sudah muak denganku Cin? Sudah lelah mendengar faktanya? Sudah ingin berpisah? Bicaralah.." tambah Jinan.

Cindy menggeleng pelan.

"Tadi sore Arr demam tinggi, aku gak bisa tinggalin dia gitu aja" ucap Cindy berjalan lebih dulu dari Jinan.

Sampai keduanya sudah berada di kamar, dan terlihat ada Arr yang tengah tertidur tenang meskipun di jidatnya tertempel kain untuk meredakan demamnya.

Jinan mendekat ke arah Arr, ia mengucup lembut pipi anak bungsunya ini.

"Aku rasa sekarang waktunya kita selesain semuanya" ucap Jinan menatap Cindy yang sedang mengusap lembut jari jemari Arr.

Cindy menuruti apa kata Jinan.

Sampailah di Dapur, Cindy membuat satu gelas teh untuk Jinan.

"Kamu ingin semuanya usai?" Tanya Jinan pada Cindy.

Cindy menaruh teh itu tepat di depan Jinan, dan kini keduanya berhadapan meski meja makan menjadi penghalang.

"Jawab aku" ujar Jinan.

Helaan nafas tercipta dari Cindy.

"Gaada yang aku harapin sekarang, selain anak anak...kamu sudah berhenti mencintaiku kan Mas? Jadi biarkan rumahtangga ini terus berjalan meski tidak ada cinta didalamnya" ungkap Cindy tidak menatap Jinan.

Jinan terus menatap mata Cindy yang begitu penuh luka, luka....ya benar luka, luka yang diciptakan oleh dirinya.

"Aku gak pernah bilang kalau aku berhenti mencintai kamu Cindy" balas Jinan.

"Ya memang, Mas sama sekali gak pernah bilang berhenti mencintai aku...tapi apa yang Mas lakuin dua bulan terakhir ini cukup jadi isyarat buat aku" ucap Cindy.

Diam, Jinan hanya diam.

Jinan tidak bisa bilang kalau ucapan Cindy barusan 100% salah, karna Jinan sendiri merasa dua bulan terkhir ia memprioritaskan wanita lain dibandingkan keluarganya, seringkali ia melampiaskan egoisnya kepada Cindy hingga menjadi faktor dan penyebabnya Cindy menanggung beban luka.

"Kamu mau menceraikan aku Mas?" Cindy bertanya dengan suara yang sangat begitu kecil.

#FLASHBACK ON

"Jangan pergi dariku, aku mencintaimu Sinka"

Sinka membalikan badannya, dan kembali mendekat pada Jinan.

Plakk!

Sinka menampar keras pipi kanan Jinan, Jinan sedikit meringis saat itu.

"Apa maksud kamu?!" Keras Sinka.

"Aku mencintai kamu Sin, aku sayang kamu....ya memang pada awalnya aku hanya berniat membantu kamu, tapi seiringnya banyak waktu yang kita habiskan aku punya rasa yang sebelumnya gak pernah mau aku simpan...beberapa minggu lalu aku berhubungan hal itu dengan kamu bukanlah karna efek dari mabukku namun karna memang aku menyayangi kamu Sin!" Ungakp Jinan.

BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang