53

354 68 6
                                    

________
Pukul 00:12

"Kamu tinggalin Altezza? Dia sendiri di rumah?" Tanya Jinan dengan nada pelan namun tegas.

"Mas...aku gak ingat Altezza karna saat itu aku panik melihat Arr yang batuk darah" balas Cindy.

"Selesaikan urusan kalian di luar, jangan disini" tibalah Arya yaitu Kakaknya Cindy sekaligus Dokter yang ikut menangani Arr.

Jinan dan Cindy pun keluar dari tempat Arr yang sedang kondisi kritis. Beberapa kali Jinan menarik dan menghembuskan nafasnya sebagai cara agar ia tidak marah pada Cindy sekarang.

Urat urat di leher Jinan mengeras, ia sepertinya sedang menahan amarah besar. Jujur untuk saat ini Cindy begitu ketakutan.

"Aku akan pulang" ucap Jinan

Jinan berjalan menuju keluar, namun langkahnya terhenti setelah..

"Aku ikut" ucap Cindy.

"Kenapa mau ikut hah? Baru ingat kalau anakmu tidak hanya Arr saja?!" sarkas Jinan membuat hati Cindy terasa sakit.

"Jaga ucapanmu Mas!" Cindy tak terima dengan ucapan Jinan barusan.

"Kenapa? Itu benar adanya, selama ini aku gak tegur kamu karna aku fikir ini hanya beberapa hari saja kamu membedakan rasa sayangmu kepada anak anak...tapi nyatanya?" Ujar Jinan kepalang emosi.

Air mata Cindy menetes, ia tak mengerti mengapa tiba tiba suaminya membahas tentang perhatian kepada anak anak.

- ke esokan paginya

Disuatu tempat terdapat Altezza yang berusaha membukakan matanya.

Ia cukup terkejut setelah menyadari bahwa saat ini dirinya sedang berada di kamar, padahal seingatnya tadi malam ia tertidur di sofa ruang tengah.

Dan yang membuatnya lebih terkejut lagi adalah saat melihat adanya seorang wanita yang masih tertidur disampingnya.

"Mami?" herannya.

Ya, wanita itu adalah Cindy.

Perlahan Altezza berusaha turun dari ranjang untuk ke kamar mandi, dengan usahanya sambil menahan tangan diatas nakas samping ranjang kini Altezza mampu berdiri.

Langkah perlangkah Altezza mencoba berjalan tanpa tongkat menuju kamar mandi.

Brakk

Cindy langsung terbangun dari tidurnya dan membantu Altezza untuk bangun.

"Ya Allah Kak.." ujar Cindy sambil membantu Altezza.

Cindy membopong sang putra ke ranjang kasur.

"Kenapa gak pakai tongkat sayang? Atau engga kan kamu bisa bangunin Mami" ucap Cindy pada Altezza.

Altezza masih diam memperhatikan gerak gerik Cindy.

Cindy yang menyadari tatapan Altezza pun langsung menatapnya balik, dan Altezza memalingkan tatapannya.

"Kak...."

"Kakak marah sama Mami?" Tanya Cindy lembut.

Altezza diam.

Cklekk

Terlihat Jinan yang datang, Altezza tersenyum kepada Papinya.

"Sudah bangun ternyata" ucap Jinan menghampiri Altezza dan Cindy.

"Pi...Za minta tolong untuk ambilkan tongkat Za boleh?" Pinta Altezza.

"Boleh dong" balas Jinan.

"Sama Mam-"

BersamamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang