Terungkap!

191 27 3
                                    

Happy Reading...

"Sebenarnya Al mengidap kanker otak stadium 3, bang." Ucap Suheil menunduk.

"Jangan bercanda deh, Heil, Abang ga suka."

"Bang, ini beneran bang. Bang Ridho ga tau kan?, Iya lah, ga tau, orang belum di kasih tau." Suheil bertanya dan menjawab sendiri.

"Bener itu, Al?." Tanya Ridho masih tak percaya.

"Ben-" ucapan Al terpotong, kala Suheil berbicara lagi.

"Bang Ridho ga tau kan, kalo Al di bully satu sekolah?, Bang Ridho juga ga tau kan, kalo Al dimusuhi satu sekolah karena fitnah itu?, Dan bang Ridho juga ga tau kan!, kalo Al yang telah menyelamatkan Tante Inne dari kecelakaan itu!?, Asalkan bang Ridho tau!, Karena kecelakaan itu, Al berjuang sendiri melawan penyakitnya, bang!, Karena kecelakaan itu, Al berjuang antara hidup dan mati, bang!, Dan karena kecelakaan itu, penyakit Al bereaksi dengan cepat!, Sehingga kanker otak nya memasuki STADIUM 3, BANG!." Jelas Suheil panjang lebar dengan penuh penekanan.

"Yang lebih parahnya lagi!, Om Ananda percaya begitu saja pada fitnah itu, daripada anaknya sendiri, bang!." Lanjut Suheil.

Ridho terdiam seribu bahasa, ia tak bisa berkata-kata lagi, ia merasa bahwa, ia gagal menjadi Abang yang baik untuk Al.

"Heil, tenang, istighfar." Al mengusap-usap punggung Suheil untuk menenangkan.

Setelah sedikit tenang, Suheil berbicara kepada Al.
Belum sempat suheil mengeluarkan sepatah kata, Ridho langsung memeluk Al dengan air mata yang membasahi pipinya.

"Al!, Maafin gw!, Gw gagal jadi Abang yang baik untuk lu, gw gagal ngejagain lu, gw gagal, Al!, Maafin gw!." Isak Ridho dalam pelukan Al.
Al membalas pelukan Ridho hangat dan berucap.

"Bang, Abang tenang ya?, Bang Ridho ga gagal kok, seharusnya, Al berterimakasih kepada Abang, karena Abang selalu ada di samping Al."

"Maafin gw, Al!, Maaf, maaf." Ridho terus meracau dalam pelukan Al.

"Bang, Abang ga salah, Abang jangan nangis, nanti Al juga, ikut nangis." Ucap Al dengan mata yang berkaca-kaca.

Ridho melepas pelukannya, dan menghapus air mata yang tersisa, lalu mengelus kepala Al sambil tersenyum sendu.
Al membalas senyuman Ridho manis.

"Jadi nyamuk, gw." Ucap Suheil memecah suasana.

"Heheheheh... Maaf ya, Heil, aku ga tau kalo ada kamu di situ."

"Emang gw hantu?, Bisa-bisanya lu ga liat gw, ada disini." Kesal Suheil.

"Yeee, maapin lah, Heil."

"Iyee dah, iyee."

"Oh ya, katanya kamu mau bicara, bicara apa?."

"Gw udah nemuin bukti, kalo Marcel yang naro uangnya, di dalam tas lu."

"Terus?."

"Gw belum sempat, bilangin ke guru, maaf ya."

"Eummm, aku boleh minta tolong ga, Heil?."

ALBI (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang