14 : Luka

137 27 34
                                    

Dua hari setelah aku selesai membaca buku 'Nebula' milik Nolan, akhirnya kini aku selesai.

Aku menemuinya di depan ruang seni, kebetulan saat anak itu sedang lewat.

"makasiii yaa!"

Dia tak tersenyum apalagi bicara untuk hanya sekedar mengucapkan 'sama sama' misalnya? Raut wajahnya tetap datar seperti robot.

"lu punya series bumi lengkap?"

"punya."

"owhhh..."

"kenapa? Lu mau minjem lagi?"

"ehm kalau lu ngizinin, gue mau."

"gue sebenarnya ga suka buku gue di pinjem orang."

Jlebb....

Lalu kenapa anak ini menanyakan hal itu? Lebih baik Nolan berkata tidak punya series bumi lengkap di banding bicara jujur, lalu bertanya dan justru dia yang menjawab pertanyaannya sendiri.

"apalagi sama perempuan." lanjutnya.

Jlebb (pt. 2)

Memangnya kenapa?? Apa dia beranggapan seorang perempuan seperti aku akan merusak bukunya? Seperti menggerogotinya? Merobeknya? Atau apa...

Aku tertawa canggung menanggapi ucapannya "aha...haa...haa...haa, iya-udah gue ga maksa kok sekali lagi makasih yaa." aku berlari pergi meninggalkannya yang masih berdiri di sana.

"bangkeee, gue maloe."

Brakk!!

Karena tak melihat ke arah mana aku berlari akhirnya aku menabrak dia, Valerie.

Anak itu sedang membawa segelas chocolate malt di tangannya, karena aku menabraknya jadi es itu tumpah ke seragam dan juga sepatu putihnya.

"VALERIE MAAF, GUE GA SENGAJA!!!" aku segera meminta maaf kepadanya sebelum hal buruk terjadi.

Perlahan kulihat wajah Valerie mulai memerah, matanya kini menatapku dengan tajam.

Byurr!!

"VAL ES JERUK GUE!"

Aku benar benar kaget saat Valerie menyiramku dengan es milik temannya, dingin. Wajah, poniku dan kerah bajuku basah karena itu.

"LU ITU BUTA YA? GA PUNYA MATA?" suara omelan Valerie menarik perhatian beberapa siswa yang sedang lewat.

"LO HARUS GANTI RUGI BUAT SERAGAM SAMA SEPATU GUE!"

Kedua teman Valerie yang berada di sebelahnya berusaha untuk menenangkan, tapi percuma saja, Valerie tetap emosi dan tak bisa tenang.

Tangannya tampak siap untuk menamparku tapi aku buru buru menahannya, sepertinya emosinya semakin meluap karena aku menahannya.

"MAAF!!!"

Tangannya mencengkram tanganku cukup kasar lalu dia menyeret aku pergi. Beberapa orang hanya melihat dan tak ada yang berani menghentikan.

Soulmate | Enhypen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang