29 : Hidup

102 18 31
                                    

"gini yaa?" Winata mencoba mengulang melodi gitar yang tadi di ajarkan oleh Alona.

Alona diam melamun dan tak menjawab pertanyaan Winata, gadis itu tampak sedang memikirkan sesuatu "hey, kenapa melamun?" tanya Winata penasaran pasalnya gadis itu tak bergidik sama sekali.

"engga kenapa kenapa, tadi kamu bilang apa?"

"muka kamu kaya yang lagi ada masalah kenapa?"

"engga gapapa!"

"Al jangan bohong."

"engga Chandra...."

Winata mendecih saat Alona memanggilnya dengan nama 'Chandra' dia tak suka nama panggilan itu karena nama tersebut adalah nama belakang papa yaa intinya semua yang ada papanya membuat Winata malas.

"ayo ke kosan aku, kita nongkrong di basecamp atas."

"ayoo! Nanti yaa sekalian beli cemilan dulu."

Sesuai rencana mereka tadi, sepulang sekolah Alona dan Winata pergi ke supermarket dan membeli beberapa cemilan.

Sesampainya di kosan Winata, keduanya langsung naik ke atas. Ini semacam rooftop tapi di atas sini biasa di gunakan untuk menjemur pakaian anak anak kosan.

Di atas ada sofa jelek dan juga terpal yang Winata susun, dia sengaja agar saat berduaan dengan Alona di sini terasa nyaman dan tidak panas.

Keduanya dengan kompak melompat ke atas sofa seraya tertawa, Winata mulai membuka cemilan yang mereka beli tadi.

Senja muncul, indah sangat indah. Perlahan Winata meletakkan kepalanya di bahu Alona dengan tangan yang masih memasukkan cemilan ke dalam mulutnya.

"apa yang menarik hari ini dan kemarin?"

"kemarin! Aku ikut arisan di rumah om Azka terus kamu tau ga Win? Anaknya om Azka yang paling kecil melihara kelinci banyakk banget, waktu itu kelincinya di keluarin dari kandang jadi....."

Suara Alona bagaikan musik tidur untuk Winata, sangat lembut dan menenangkan. Winata tersenyum mendengarnya dan perlahan dia terlelap saat mendengarkan cerita gadisnya.

"dan waktu aku gendong kelincinya dia buang air besar di dress putih aku! Kurang ajar banget ga sih? Tadinya mau aku jadiin sate!!!"

"iya ga Win?"

"kamu pernah nyobain sate kelinci?"

"Win?"

Menyadari jika Winata terlelap, Alona hanya bisa menggelengkan kepalanya. Perlahan tangannya yang lembut itu menggenggam lengan Winata yang agak kasar.

"aku juga jarang cuci piring tapi kenapa tangan aku kasar?" dia terkekeh saat mengingat ucapan Winata waktu itu.

Raut wajah Alona langsung berubah sendu saat maniknya melihat luka memar yang cukup parah pada tangan anak itu. Papa memukuli kamu lagi ya Win?

"kasih obat biar sembuh...." gumamnya.

"kamu obatnya." alangkah terkejutnya Alona ketika Winata tiba tiba menyahuti ucapannya dia pikir Winata benar benar terlelap.

Winata langsung menegakkan badannya kemudian duduk menghadap Alona, tangannya yang penuh lebam menangkup pipi si gadis "thanks Alona."

"untuk apa?"

"untuk semuanya selama enam bulan ini, aku senang bisa kenal kamu dan jadi teman kamu."

Alona memajukan bibir bawahnya saat mendengar kata 'teman' jadi selama ini tak ada yang lebih?

"kamu bahkan lebih dari teman, kamu udah jadi rumah buat aku! Bahkan kamu itu kaya kehidupan..."

"Lyora tetap jadi gadis yang paling aku sayang di dunia ini, tapi kamu... kamu berhasil menggeser posisi bunda yang tadinya nomor dua."

Soulmate | Enhypen Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang