5. Bad Day

1K 135 10
                                    

Ceklek!

Amicia menoleh pada pintu di depannya yang terbuka. "Tuh, udah keluar! Ayo kita masuk!" Ajaknya sembari menarik tangan Avery tanpa memikirkan gadis itu yang terkejut.

Avery menarik nafas dan menghembuskannya beberapa kali. Ia memejamkan matanya sebentar, lalu mulai menggantung trainingnya di pintu toilet.

Matanya menoleh pada Amicia yang tengah membuka kancing seragamnya. Gadis itu kembali memejamkan mata dan sibuk dengan urusannya sendiri. "Gak usah diliatin....."

"Avery, ayo ganti bajunya, yang diluar masih pada antri, loh!"

"Hah? Iya iya..." Gadis itu pun melakukan hal yang sama, membuka kancing seragamnya, namun dengan gerakan yang lambat.

"Aduh!"

Sontak Avery menoleh pada sahabatnya itu.

"Ry, pengait bra gue...k-kayaknya copot... Bisa bantu?"

"H-hah? Oh, i-iya iya..." Amicia pun membelakangi, sementara dirinya mulai mengangkat tangan untuk membetulkan pengait bra itu.

Tangannya sedikit bergetar dan membuat pengait tak kunjung terkait dengan benar. Matanya juga memang tak terlalu menatap ke arah sana, tetapi pada tembok di sampingnya. Merasa bahwa mereka sudah terlalu lama di dalam sini sedangkan training belum juga mereka kenakan, Avery pun memberanikan diri menatap punggung kecil itu agar gerakannya tidak terhambat. "Amicia..."

Gadis itu menolehkan kepalanya sedikit dan melihat Avery melalui ekor matanya. "Ya?"

"Sejak kapan ada lebam di punggung lo?"

Amicia maju selangkah dan sedikit membalikkan badannya agar punggung itu tak terlihat lagi oleh Avery. "Uhm..."

Tangan Avery masih terangkat, tatapannya juga masih tertuju ke arah sana, ke arah lebam-lebam yang menghiasi punggung sahabatnya itu. "Abang lo?"

Gadis itu hanya menunduk. Tangannya berusaha membetulkan pengait branya sendiri walau kesusahan.

"Hah~" Avery menghela nafas melihat itu. "Sini gue lagi yang pasang."

"G-gue bisa, kok."

"Kita gak bisa lama-lama di sini, kasian yang lain."

Dengan ragu, gadis itu pun kembali mempersilahkan Avery untuk membetulkannya. Kemudian setelah itu, mereka segera memakai training-nya masing-masing dan keluar dari bilik toilet ini.

Sekarang, keduanya sedang berjalan menuju lapangan dalam diam. Avery sendiri, sesekali memerhatikan Amicia yang hanya menunduk. Ingatannya masih membayangkan lebam-lebam di punggung itu.

"Cia."

Amicia menegakkan kepalanya.

"Tolong kali ini--"

"Udah, Ry. Gak apa-apa."

Avery menghembuskan nafasnya kasar. Ia hanya tak ingin sahabatnya itu terus tersakiti, entah itu secara batin maupun fisiknya. Tapi lagi-lagi, Amicia selalu menahannya dengan alasan, "Gue yakin abang gak bermaksud kayak gitu."

Drap! Drap!

"Oii, kok kalian lama banget???"

Kedua gadis itu menoleh pada lelaki yang menghampirinya sembari membawa bola volly.

"Antri di toiletnya panjang." Jawab Avery sekenanya.

"Oh, yaudah ayo! Kita pemanasan dulu, habis itu main volly. Gurunya bakal telat dateng katanya dan kita disuruh main dulu sekarang."

Three A's (3A)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang