9. It's Okay

834 122 18
                                    

Amicia menolak, tapi Avery tetap menarik tangannya keluar dari lingkungan sekolah. Gadis itu membuka ponselnya untuk memesan taxi online. Melihat itu, Amicia pun angkat suara.

"Taxi online lebih mahal dari bus."

"Tau kok!" Ucapnya dengan nada datar namun terkesan sinis.

"Duit gue sisa dikit! Udahlah lo aja yang pesen sendiri, gue mau cari angkot kek, apa kek, tumpangan juga bisa kalo ada!"

"Gak ada yang mau numpangin lo! Udah diem!"

Alis Amicia berkerut, wajahnya nampak kesal. "Kata siapa?!"

"Kata bapak gue!"

Gadis itu mendengus, "Gak asik, omongannya gelap." Ucapnya pelan.

"Yaudah sana lo numpang sama Amar kalo gak mau balik bareng gue!"

"Kok jadi gue?! Kan gue nyuruh lo yang bareng sama dia! Lagian Amar gak bawa motor kali sekarang!"

"Ya itu lo tau. Gue bareng sama dia pun tetep naik kendaraan umum ujungnya."

"Emang kalo dia bawa motor, lo mau balik bareng dia?"

Avery menghela nafas lalu menoleh menatap gadis di sampingnya, "Gue tetep balik bareng lo, udah gak usah rewel!"

Amicia pun akhirnya diam.

Tak berselang lama, taxi yg Avery pesan akhirnya datang. Gadis itu pun kembali menarik tangan Amicia lalu masuk ke dalam mobil itu.

Cukup lama keduanya hanya diam sepanjang perjalanan, akhirnya Amicia pun mengeluarkan suaranya kembali, "Lo serius gak sih suka sama dia?"

Avery menoleh, menghela nafas untuk yang kesekian kalinya, "Gue udah bilang nggak, kenapa lo gak percaya? Emang keliatannya gue suka gitu sama dia?"

"Au!"

"Lo emang sesuka itu sama Amar?"

Amicia mengalihkan pandangannya ke depan.

"Gue emang gak suka sama dia, tapi gak tau dia suka sama gue apa enggak." Ucapnya hendak menjahili gadis itu agar menoleh kembali padanya.

Benar saja, Amicia reflek menatap Avery dengan alisnya yang berkerut.

"Canda. Yang jelas lo kalo mau deket sama dia, silahkan. Gue gak ada hubungan apa-apa."

Seperti hendak mengucapkan sesuatu, Amicia langsung mengurungkan niatnya dan kembali menghadap jalanan di depannya.

Melihat itu, Avery hanya bisa berusaha merelakan hatinya. Jika Amarnath dan Amicia memang ditakdirkan bersama, ia bisa apa? Lagipula, bukan tak mungkin lelaki itu juga menyukai Amicia. Malah justru sangat memungkinkan ia rasa.







***





"Makasih."

"Yaudah sana masuk!"

"Ya!" Amicia langsung berjalan menuju rumahnya dengan hentakan kaki.

Melihat gadis itu sudah masuk, mobil yang Avery naiki pun kembali melaju menuju rumahnya. Gadis itu menunduk, memikirkan berbagai macam hal yang terus mengusiknya.

Ia pun menolehkan kepalanya ke belakang, menatap rumah Amicia yang belum begitu jauh dari pandangannya. Lalu ia menghela nafas dan kembali menghadap depan dengan kepala yang menunduk.






***





Avery langsung merebahkan tubuhnya di ranjang saat ia tiba di kamarnya. Gadis itu menatap kosong pada lemari di sudut kamar sana.

Three A's (3A)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang