"Kamu gak apa-apa, 'kan???"
Amicia yang sedang mencuci piring, langsung berbalik menghadap gadis itu. "Udah pulang???"
Avery mendekat, melihat setiap inci gadis di depannya. Kedua pipinya pun sampai ditangkup dan ditekan-tekan memastikan bahwa ia baik-baik saja.
"Averyyy..." Kepalanya mundur, menghindari serangan membingungkan itu. "Kenapaaa??"
"Kamu gak diapa-apain sama Bang Bagas??? Semalem gimana aja?? Tadi pagi aku gak sempet nanyain kabar kamu gara-gara Mama nyuruh cepet-cepet berangkat soalnya aku bangun kesiangan. Tadinya aku mau bolos lagi, tapi Mama ngancem bakal sita hp aku! Maaf, yaaa!!" Ia pun langsung memeluk Amicia erat.
"Yaampun... Yaudah gak apa-apa, Ry... Aku baik-baik aja, kok!"
Pelukan pun ia lepas. Kepalanya melihat ke belakang, memastikan Bagas masih di luar. "Bang Bagas agak aneh!"
"Hm? Kenapa emang?"
Ia kembali menatap Amicia dengan raut khawatir, "Masa tadi aku mau masuk dibolehin. Maksudnya, dia gak ada ngegas atau apa dulu gitu. Terus, keliatannya sekarang gak akan kemana-mana ya dia? Sumpah aku tu takutnya pas masuk, kamu lagi kenapa gitu."
"Mau ngobrol di luar gak? Kita cari tempat buat ngobrol berdua."
Semakin bingung saja Avery, "Ya... ayo aja, sih. Sekarang?"
Amicia mengangguk. Aku ganti baju dulu bentar, kamu tunggu di depan aja.
"Oookay..." Walaupun bingung, ia pun mengikuti apa yang Amicia katakan. Langkahnya dengan ragu berjalan ke luar rumah yang tentunya akan berhadapan kembali dengan Bagas.
Saat sudah di ambang pintu menuju luar, ia pun menoleh pada Bagas yang masih duduk santai di sana sembari menghisap rokoknya.
Menyadari kehadiran gadis itu, Bagas pun ikut menoleh. "Apa?" Tanyanya dengan nada nyolot.
Kakinya melangkah, sedikit mendekati Bagas di sana. "Gue mau keluar sama Amicia."
"Terus?"
"Yyyaudah sih itu aja."
Lelaki itu merogoh saku celananya, mengeluarkan selembar uang berwarna hijau dari sana. "Nih, buat Amicia. Kasih dia entar."
Avery menganga di tempatnya. Tubuhnya masih diam tidak bergerak karena merasa semakin bingung.
"Buat jajan cuma ada segini. Cepet ambil! Dia baru sembuh, jangan beli yang aneh-aneh!"
Pelipis kanannya yang tidak gatal, reflek ia garuk. "Maksudnya gimana, ya?"
"Apasi?? Lo mau duit ini gue lempar? Ambil!"
Tangannya perlahan ia angkat dan meraih uang lecek tersebut. Diraba dan diterawanglah uang itu untuk memastikan bahwa itu asli.
"Lo pikir gue ngasih duit mainan?!"
"Bang, sehat?"
"Gue keliatan kek orang sakit di mata lo?!"
Kini, gadis itu menggaruk bagian alisnya.
"Ayo, Ry."
Sontak, ia pun menoleh pada Amicia yang sudah siap.
"Abang, aku pergi dulu ya sama Avery. Nanti mau nitip dibeliin makan apa?"
"Gak gak gak usah! Sana sana!"
Gadis itu tersenyum sembari mengangguk, lalu menggandeng tangan Avery untuk pergi dari sana.
Kepala Avery masih tertoleh ke belakang demi bisa melihat Bagas. Tapi yang dilihat, justru memolototi dirinya dengan galak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Three A's (3A)
Dla nastolatków(Completed) Cinta antara tiga orang memang menyulitkan. #GxG