12. The Fact

733 104 13
                                    

"Hah?"

"Abis ketemu Amar, kan? Gue gak masalah soal itu, tapi...apa yang habis kalian obrolin?" Amicia menatap nanar pada sahabatnya.

Di sana, perasaan Avery tak tenang. Sejujurnya, ia juga tidak mau jika Amicia tahu perasaan Amarnath padanya. Itu hanya akan membuat kedua sahabatnya lebih mudah menjalin hubungan nantinya. Ia tidak mau itu.

"Kalian habis ngobrolin apa sampe peluk-pelukkan gitu?"

Mata Avery membulat.

"Lo juga nangis kan pas meluk Amar? Terus dia ngusap kepala sama punggung lo, nenangin lo. Persis banget kayak perlakuan cowok ke pacarnya. Kalian ada hubungan apa?" Matanya semakin berair terlebih saat mengajukan pertanyaan di akhir ucapannya.

"Lo mikir apa, sih? Gue kan udah bilang gak ada hubungan sama dia! Bahkan gue udah bilang gak ada perasaan sama dia!"

"Ya terus tadi yang gue liat itu apaaa?! Niatnya gue mau ke rumah lo karena gue bosen di rumah sendirian. Tapi, justru pas gue sampe sana, gue malah liat pemandangan yang gak enak itu."

Avery mengeraskan rahangnya, tangannya juga terkepal erat di sana.

"Kenapa kalian pacaran diem-diem kayak gitu--"

"Kita gak ada hubungan! Amar suka sama lo, Amicia!!" Akhirnya, kalimat itu ia keluarkan juga.

Amicia tersenyum getir, "Suka? Gak usah nutup-nutupin lagi. Dari awal juga yang dia suka itu lo!"

"Lo denger dari mana Amar suka gue, hah?!"

"...."

"Dia yang bilang sendiri ke gue, kalo dia suka sama lo!! Lo masih nganggep gue bohong?! Sana pergi temuin dia!! Toh dia juga udah mau nembak lo! Nuduh-nuduh terus, taunya sendirinya yang mau pacaran sama tu orang! Cih!" Gadis itu menyilangkan tangan di dadanya.

Sementara di sana, Amicia masih diam.

"Sanaaa! Pacaran sama orang yang suka sama lo juga!!"

"Darimana lo tau gue suka sama Amar?" Tanyanya dengan ekspresi yang datar. "Lo denger dari mana gue suka sama Amar?!" Pertanyaan itu seolah mengulang pertanyaan yang Avery keluarkan tadi. "Kalo emang bener Amar suka sama gue, lo pikir gue mau terima dia?!!"

Avery melepaskan silangan tangan di dadanya.

"Gimana bisa gue terima dia kalo yang gue suka itu lo?!!"

Bruk!

Dipukulnya kedua bahu avery dengan pelan namun disertai emosi, "Gimana bisa, hah?!!"

"Lo...lo ngomong apa, sih?"

Amicia mulai terisak, "Gue sakit hati liat kalian deket kayak tadi. Gue selalu berpikir Amar suka sama lo dan lo juga suka sama dia. Interaksi kalian bener-bener sedeket itu... Gue gak suka liatnya... Gue takut kalo kalian bener-bener udah jalin hubungan tanpa ngasih tau gue.... Gue bukan iri kalian lebih deket ketimbang bareng gue. Tapi.... gue cemburu sama lo, Ry... Gue cemburu lo deket sama orang lain apalagi sampe punya hubungan sama orang itu..."

Kini giliran Avery yang menatap nanar sahabatnya itu.

"Maaf..." Amicia menunduk dengan masih mengeluarkan air mata.

Tangannya, bergerak mengangkat wajah Amicia agar menatapnya lagi, "Kenapa minta maaf?"

"Gak tau... Pokoknya maaf." Isaknya masih terdengar.

"Kalo gitu gue juga harus minta maaf."

Amicia menatap gadis itu dengan alis yang berkerut, "Buat apa?"

Three A's (3A)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang