19.

783 83 14
                                    

Avery menyisir rambutnya ke belakang dengan kasar. Sungguh, ia tidak ingin membuat sahabatnya seperti ini. Tapi ia juga tidak bisa menghindarimya. Ia mencintai Amicia, begitupula gadis itu yang juga mencintainya.

Amicia mengusap lengan gadis itu dengan lembut. "Udah... Besok kita temuin dia, ya. Kita bilang semuanya baik-baik aja biar dia gak khawatir."

Avery balas mengusap tangan itu. Ia mengangguk disertai senyum. "Sekarang kita tidur lagi, ini masih malem."

Keduanya pun berbaring, saling memeluk dengan tubuh tanpa busana yang ditutupi oleh selimut itu. Kehangatan mereka rasakan walau hanya selimut tipis yang menutupi. Kulit saling bersentuhan mengalirkan rasa nyaman pada tubuh-tubuh itu.

Amicia menenggelamkan wajahnya pada ceruk leher Avery. Ia tersenyum, namun dengan sendu. Ini adalah malam yang membahagiakan sekaligus menyesakkan bagi keduanya.

"Aku sayang kamu, Ry..." Ucapnya pelan. Terdengar sedikit nada pilu di sana. Ia tidak ingin kebahagiaannya berakhir bersama Avery.

Avery semakin memeluk gadis itu, tidak ingin melepaskannya barang sedetikpun. "Aku juga..."







***





Pagi sudah tiba dan Avery dibuat panik saat terbangun lalu melihat Amicia yang nampak tidak baik-baik saja. Gadis itu menggigil cukup hebat serta wajahnya juga memucat. Bahkan, tubuhnya pun terasa sangat panas.

Dengan segera, Avery memakai bajunya dan mencari baju untuk Amicia kenakan pula.

Ia berkali-kali merutuki dirinya karena merasa bersalah, "Harusnya kita sebelum tidur dibaju dulu, Ciaaa... Astagaa...." Gadis itu tak berhenti panik. "B-bentar, gue ambil kompresan dulu, yaaa!!" Ia pun berlari ke dapur dan mengambil air hangat serta handuk kecil. Tangannya dengan cekatan menempelkan handuk hangat itu di kening Amicia dan menyelimuti gadis itu dengan selimut baru yang lebih tebal.

"D-dingin..."

"Iyaaaa gue, saya, maksudnya aku minta maaf!! Aku gak merhatiin kalo kamu udah-- apa namanya, aduh..." Digenggamnya tangan itu dengan dirinya yang gemetar, "Kemaren-kemaren kita jalan-jalan sampe tengah malem, terus besoknya malah ujan-ujanan, mana tidurnya gak pake baju. Aku minta maaf, Ciaaa.... Aku udah hubungin dokter tadi, kamu yang kuat, yaaaa!! E-em, sekarang aku harus apaa??"

"Aku cuma dingin, Ry..."

Dengan segera iya pun memeluk tubuh itu. "Mau ditambahin selimutnya?? Bentar ya aku ambil lagi!"

Tok tok tok!

"Ah!! Kayaknya dokternya udah dateng!" Avery pun bangkit dan hendak membukakan pintu. Namun ia tersadar bahwa kondisi kamar cukup berantakan. Kostum badut dan pakaian dalam berserak di mana-mana.

Tok tok tok!

Dengan gerakan yang cepat, ia kumpulkan semua pakaian itu dan dimasukannya ke keranjang cucian kotor daripada nanti menimbulkan kesalahpahaman yang sebetulnya tidak salah.

Tok tok tok!

"Iya iya sabar ah!!! Gadis itu pun berlari ke ruang depan dan langsung membuka pintu dengan kasar. "Dokter, kan???"

Pria itu mengangguk dengan tampang bingungnya. Bagaimana tidak jika yang dilihatnya saat pintu itu terbuka adalah gadis dengan rambut kusut dan baju yang nampak jelas bahwa itu terbalik.

"Yaudah ayo masuk!" Avery tarik lengan pria itu dan membawanya ke kamar. "Cepet cepet periksaa!"

Walaupun agak syok dan kebingungan dengan tingkah gadis itu, dokter itu pun akhirnya memeriksa dengan telaten kondisi Amicia saat ini.

Three A's (3A)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang