10. ?

694 108 17
                                    

"Gw gak apa-apa pulang aja, nih?"

"Iya. Rumah lu juga kan mayan jauh, ini udah malem."

Amarnath menatap kedua sahabatnya itu, "Beneran kalian gak apa-apa gue tinggal?"

"Iyaaa!" Avery menatap lelaki itu jengah.

"Yaudah gue pulang dulu, ya! Beneran ya gak apa-apa?"

Gadis itu menarik nafasnya, "Lo sekali lagi nanya, dapet piring cantik, nih!!"

"Iya iya maaf! Yaudah, bye guys! Kalo ada apa-apa, telepon aja! Gue pasti langsung balik lagi ke sini."

"Makasih ya, Mar. Hati-hatiii." Amicia menatap lelaki itu sembari tersenyum. Wajahnya masih memerah karena sedari tadi terus menangis.

Amarnath balas tersenyum, lalu mengangguk dan akhirnya lelaki itu betul-betul pulang.

Avery sendiri memutuskan untuk tetap di sini terlebih dahulu. Ia tak mau pulang sampai Amicia bisa tenang dan tertidur. Mengingat, kejadian tadi mungkin masih mengusik pikiran gadis berponi tipis itu dan Avery tidak mungkin tega meninggalkannya.

"Lo juga kalo mau pulang, pulang aja, Ry. Gue udah gak apa-apa, kok!"

"Gak! Lagian rumah gue deket. Mau pulang jam berapa pun gak akan masalah. Gue juga selalu bawa kunci rumah, kan. Udah, mending sekarang lo tidur aja, gue gak akan kemana-mana."

Amicia menatap gadis itu dengan sendu. Lagi-lagi, dirinya selalu merepotkan sahabat-sahabatnya.

"Kenapa?" Ditatap seperti itu, membuat Avery bingung.

"Makasih atas semua yang udah lo lakuin buat gue."

Avery terkekeh, "Ahh, kek gue ngapain aja. Santai kali, Cia! Lo kebiasaan deh gitu mulu. Lagian lo gak inget, ya?"

Gadis itu mengerutkan alisnya, "Inget apa?"

"Tadi lo ngomong apa pas gue baru dateng?"

Semakin dalam saja kerutan itu, "Ngomong....apa?"

Avery berdehem, mencoba untuk memegarakan Amicia yang sedang menangis tadi, "Jangan tinggalin gue, Ry... Jangan... Huhuhuhu hiks hiks."

Amicia membulatkan matanya, "Hah?? Kapan gue ngomong gitu???"

"Dihhh, gak inget? Pas lo meluk gue, lo ngomong gitu seolah gak boleh gue pergi. Emang kenapa kalo gue ninggalin lo?" Matanya menatap gadis itu dengan intens.

Yang ditatap, justru memalingkan wajahnya. "Gak tau lah! Salah denger kali lo!"

"Apaan salah denger!"

"Yaa... yaa lo mikir aja, masa lo mau ninggalin gue pas lagi nangis kayak tadi! Emang tega?"

Avery membentuk downward smile-nya sembari manggut-manggut, "Sekarang lo udah gak nangis dan tadi nyuruh gue pulang. Okay, gue pulang, deh!" Gadis itu berdiri, hendak mengambil jaket yang ia taruh di atas kursi kayu di dalam kamar Amicia itu.

"E.. Beneran?"

"Ya iyaa!" Jaketnya sudah ia ambil.

"Tapi tadi lo sendiri yang ngotot gak mau pulang! Gimana, sih?!"

Avery tersenyum lalu kembali duduk di samping ranjang sahabatnya itu, "Tinggal bilang lagi, kalo gue jangan tinggalin lo. Susah amat!" Gadis itu menaikkan kakinya ke atas ranjang, "Udah, cepet lo tidur."

"Lo... mau nginep?"

"Kagak! Gue nungguin lo tidur sambil main hp. Tar balik kalo lo udah ngorok."

Amicia mendengus, "Gue gak pernah ngorok!"

Three A's (3A)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang