7. Bad Guy

1K 124 30
                                    

Avery menyunggingkan senyuman seraya berjalan keluar kamarnya dengan menggandeng tangan Amicia. Saat sudah berada di ruang keluarga, gadis itu melepaskan gandengannya dan menatap Amicia di sana. "Makasih, ya, sekali lagi udah bantu gue siap-siap."

Amicia mengangguk, "Sama-sama. Kalo gitu, gue pulang dulu, ya! Kalian hati-hati di jalan."

"Lo juga."

Amicia tersenyum, mengangguk kecil, diam sejenak, lalu mulai melangkahkan kakinya keluar dari kediaman sahabatnya itu.

"Ayo, Ry! Kamu udah siap, kan???? Ini nih, bawa kuenya! Mamah mau telepon tante kamu dulu! Cepet masuk mobil duluan, nanti Mama yang kunci pintu." Wanita paruh bayah itu datang dengan grasak-grusuk.

Untunglah dengan cepat, Avery langsung mengambil kuenya sebelum makanan itu hampir mendarat ke atas lantai. "Santai, Mah, santai... Astaga... Aku ke mobil kalo gitu." Gadis itu pun berjalan keluar rumah, lalu memasuki mobil dengan kue di tangannya.

Saat sudah di dalam mobil, ia menatap kue itu sembari tersenyum hangat. "Pasti Papa gemes deh kalo liat Mama bikin ginian, hahaha! Ckckck, bagus banget, dah! Ini Mama yang bikin sendiri, ya? Kayaknya enak. Pa, aku boleh cicip gak sih?" Avery mengintip dari balik jendela dan melihat sang Mama yang sedang mengunci pintu. "Jangan, deh! Tar aku diomelin sama istri Papa itu." Gadis itu terkekeh geli.







****





"Avery!"

"Ya!!!" Gadis itu berlari menghampiri orang yang tadi memanggilnya. "Hosh... Hosh..."

"Kenapa lari-lari, sih?"

"Takut ketinggalan!"

"Hahahah, masih jam segini mana mungkin ketinggalan." Gadis itu tertawa menatap Avery yang masih ngos-ngosan. "Nih!"

"Apa?"

"Susu kotak. Minum dulu biar capeknya ilang. Busnya mungkin bentar lagi dateng."

Avery menerima susu kotak itu dan meminumnya. "Thanks, ya!" Gadis itu menghabiskan susu hanya dengan beberapa kali tarikan. Akibat bangun sedikit terlambat, ia jadi terburu-buru dan berlari menuju halte karena takut tertinggal. Padahal, ia hanya telat bangun beberapa menit saja.

"Bibir lo kering. Gak sempet pake lipbalm, ya?"

Avery langsung menjilat bibirnya itu.

"Jangan dijilat! Nanti makin kering tau! Nih, pake lipbalm gue. Kemaren habis pake lipstick, bibir lo dibersihin gak?"

Gadis itu menggeleng. "Pulang dari pemakamannya malem. Jangankan bersihin bibir, bersihin muka aja enggak. Gue udah ngantuk banget, jadi ketiduran. Mana di jalan juga macet."

"Haduh, Avery... Nanti kalo kulit lo bermasalah gimana? Gak sayang apa? Yang penting itu bibir lo pakein dulu lipbalm. Pokoknya jangan dijilat! Nih!" Amicia mengulurkan lipbalm miliknya, namun langsung ditarik kembali saat Avery hendak meraihnya. "Gue aja yang pasang."

"Ha?"

"Kepalanya nunduk dikit! Lo terlalu tinggi!"

Gadis itu hanya menurut dan menundukkan kepalanya agar Amicia bisa mengaplikasikan lipbalm tanpa perlu repot-repot menengadahkan kepalanya.

Bibir itu tersapu dengan lembut oleh permukaan lipbalm. Waktu dan semua pergerakan yang terjadi mendadak terasa melambat saat itu juga. Mata Avery memperhatikan setiap detail dari wajah Amicia. Kemarin, dirinya sudah mengalami hal seperti ini juga, tapi kenapa kali ini jantungnya masih berdegup dengan kencang kala Amicia memoles benda itu di bibirnya? Harusnya ia sudah sedikit terbiasa, toh hanya memakaikan lipbalm.

Three A's (3A)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang