"Gimana, perasaan lo udah membaik sekarang?" Tanya lelaki itu saat melihat Avery duduk di bangkunya.
"Iya udah." Gadis itu menoleh, melihat Amicia yang menatapnya dalam diam. "Kenapa, Cia?"
"Kenapa tadi lo pengen ke kantin sendirian?"
Alis Avery berkerut. "Ya...karena gue pengen nenangin pikiran gara-gara kejadian di bus tadi."
"Bukan."
"Hah?"
"Bukan itu kan alasannya?"
Gadis itu memutar tubuhnya, mengarahkan pandangannya pada Amarnath yang sudah duduk kembali di bangkunya, lalu kembali menatap Amicia.
"Nanti kita ngobrol pas istirahat."
"O...kay." Perasaan Avery mendadak tak enak.
***
"Lo mau ngomongin soal apa?" Tanyanya saat mereka sudah berada di halaman belakang sekolah.
Amicia meremas roknya sembari memejamkan mata selama beberapa detik. Lalu ia menegakkan kepalanya, menatap Avery yang memasang raut bingung tak mengenakan. "Gue mau nanya sesuatu sama lo."
"..."
"Lo...ada hubungan apa sama Amar?"
Mata Avery membulat. Ketakutannya akan pembahasan ini, ternyata terjadi juga. "Kenapa...lo nanya itu?"
"Gue cuma pengen tau ada hubungan apa di antara sahabat-sahabat gue."
Avery diam sejenak, mencoba merangkai kalimat dalam pikirannya agar tak membuat ini semua menjadi semakin salah paham. "Look, gue gak ngerti kenapa lo nanyain ini. Jelas gue gak ada apa-apa sama Amar. Apa karena kejadian tadi lo jadi mikir kayak gitu?"
"Enggak. Gue udah liat beberapa kejadian yang nunjukin kalo kalian saling suka."
Alis gadis itu berkerut dalam, "Kejadian yang mana??? Gue gak ngerasa sedeket itu sama Amar sampe bikin lo mikir kalo kita ada hubungan." Justru ia yang harus berpikir tentang hal itu mengenai Amicia dan Amarnath. "Apa lo cemburu?"
Mata Amicia membulat. Mengapa pertanyaan itu tepat sasaran? Lagipula, siapa yang tidak akan berpikir bahwa dirinya sedang cemburu jika tiba-tiba menanyakan hal konyol seperti tadi.
"Lo cemburu, Cia?" Avery menatapnya intens. Gadis itu menghela nafas. Ia sudah menduga akan hal ini. "Okay, gue bakal coba jaga jarak sama dia kalo lo emang ngerasa gak suka. Gue gak bakal rebut Amar dari lo, Cia. Gue gak ada perasaan apa-apa juga sama dia."
Gadis itu hanya diam, seolah tak ingin mengeluarkan suaranya lagi.
"Gue emang udah sempet duga kalo lo punya perasaan lebih sama Amar." Alis Amicia berkerut, "Gue gak ada maksud buat bikin lo cemburu dengan deket-deket sama dia. Dia buat lo kalo emang lo mau. Gue gak mau dan gak suka sama dia."
Mengapa Avery jadi seolah membuang Amarnath dengan mengatakan hal itu pada Amicia? Apakah Amicia terlihat sebegitunya menginginkan pria itu sampai-sampai ada kalimat 'Dia buat lo kalo emang lo mau'? Avery jadi seolah sedang memberikannya mainan.
"Maksud lo apa bilang kayak gitu?" Tanyanya dengan nada tak terima.
"Apa??"
"Lo kasih Amar ke gue kayak lo ngasih barang gitu? Kok enteng banget bilang dia buat gue kalo gue mau?"
Avery menyisir rambutnya ke belakang dengan frustasi, "Gue cuma mau ngasih lo space buat bisa dapetin Amar. Gue gak akan ganggu kalian maksudnya. Lo mikir apa sih?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Three A's (3A)
Teen Fiction(Completed) Cinta antara tiga orang memang menyulitkan. #GxG