11. Cry

695 95 10
                                    

Avery memundurkan tubuhnya dengan mata yang mengerjap beberapa kali, "Gimana gimana?"

Amarnath menghela nafas, merutuki dirinya karena harus memiliki perasaan ini. Perasaan yang mungkin akan mengubah persahabatan mereka. "Gue suka sama Amicia, Ry. Gimana, ya?"

"Suka sama... Amicia?" Lelaki itu mengangguk. "Oh.." Avery menggaruk tengkuknya, matanya melihat ke kanan dan kiri seolah menghindari tatapan lelaki itu.

"Sumpah, Ry, gue dibuat gak tenang gara-gara ini. Pengennya gue ungkapin langsung ke dia, tapi takut gak berjalan sesuai rencana, makanya gue kasih tau lo dulu. Siapa tau lo bisa kasih gue pencerahan gitu gue harus gimana selanjutnya."

Mata gadis itu kembali menatap lawan bicaranya, "Sejak kapan lo suka dia?"

"Sejak... kapan ya? Gak tau... Kayaknya udah lumayan lama. Tapi, akhir-akhir ini perasaan gue makin kuat. Rasa suka itu kayaknya makin tumbuh setiap harinya, terutama pas gue ketemu dia."

"...."

"Lo tau sendiri kan, masalah Amicia kayak gimana. Gue pengen banget bisa lindungin dia, ngejaga dia, nemenin dia, pokoknya bikin dia seneng. Gue pengen selalu ada buat dia. Kalo gue pacarin--"

"Apa selama ini, lo sebagai sahabat gak lakuin itu? Lo juga kan selalu lindungin dia, ngejaga dia dan blabla lainnya. Apa bedanya kalo lo jadi pacarnya?"

Amarnath menunduk, "Gue pengen dia ngerasain perlakuan gue itu, bukan perlakuan dari sahabat yang kasian sama dia. Tapi dari pasangan yang sayang sama dia."

Avery menelan ludahnya, "Oh, iya ya..."

"Jadi, gue harus gimana, Ry???"

"Lo beneran suka dan cinta sama dia?"

Amarnath mengangguk lagi.

Di sana, Avery memainkan jarinya, berusaha menahan hatinya yang nyeri.

Apa dia sanggup jika harus membiarkan kedua sahabatnya itu berpacaran? Apa dia sanggup membiarkan orang yang dicintainya memiliki orang lain sebagai kekasihnya?

"Ry... Lo gak bisa bantu, ya?"

Avery kembali menatap Amarnath, "Um... Kalo gitu lo pacarin aja dia, dan lo berperan sebagai pasangan yang baik buat dia."

Amarnath membulatkan matanya.

"Gue...yakin ini gak akan bikin persahabatan kita keganggu kalo kalian berhubungan. I guess..."

"Lo serius, Ry? Kalo gue tembak dia dan kita pacaran, semuanya bakal baik-baik aja, kan? Kita semua masih bisa sahabatan kayak biasa, kan?"

Gadis itu menampilkan senyumnya, "Iya.."

"Tapi, kalo Amicia gak mau gimana?"

Helaan nafas keluar dari mulut Avery. "Gak mungkin dia gak mau. Karena, gue juga udah ngira kalo dia punya perasaan lebih buat lo. Kayak gue ngira lo punya perasaan yang sama buat dia. Buktinya bener, kan?"

"Hah?" Alis Amarnath berkerut, "Jadi lo udah tau gue suka sama Amicia?"

"Keliatan aja, sih... Dan itu juga yang gue liat dari Amicia."

"Maksudnya, lo bisa liat kalo Amicia juga suka gue???"

Avery mengangguk, "Dan ini gak bakal jadi hal yang susah buat kalian berhubungan lebih dari sahabat."

Lelaki itu tersenyum lebar di tempatnya. Mendengar penuturan Avery, iya menjadi semakin percaya diri untuk mengungkapkan perasaannya pada Amicia. Avery berkata bahwa Amicia juga menyukainya. Itu pasti benar, kan?

"Kalo gitu, pertama-tama apa yang harus gue lakuin?"

Avery diam sejenak, berpikir dengan otaknya yang tidak ingin membantu.

Three A's (3A)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang