Part 10

4.6K 572 39
                                    

Renata kesal dan sedari tadi gadis itu terus menerus mengedumel. Bagaimana tidak setelah hampir satu bulan Ibu tirinya tidak pernah menelepon dan Renata mengira kalau dirinya terbebas dari wanita licik itu, tahunya hari ini Ibu tirinya itu menelepon dan memintanya ke rumah hanya untuk memasak makan siang.

Apa Ibu tirinya dan Regina benar-benar sudah kehabisan uang sehingga harus menyuruh Renata untuk memasakkan mereka makan, untung saja Ibunya itu tidak menyuruh Renata juga belanja walaupun sekarang Renata sudah bekerja di tempat yang gajinya lumayan tetapi rasanya Renata tidak rela memberikan uangnya untuk Ibu tirinya dan Regina menikmatinya, setelah apa yang mereka lakukan terhadap Renata.

Mata Renata melihat ke arah jam dinding, baru pukul setengah delapan pagi, jadi masih bisa bagi Renata beres-beres sebelum pergi ke rumah lamanya.

Di tempat lain, Mobil Tari meluncur dengan kecepatan sedang, menuju ke pasar. Aji mengendarai mobil dengan santai dan itu juga membuat Tari nyaman.

Diam-diam mata Aji melirik ke arah Tari, pria itu melihat ke arah wajah Tari yang di usia empat puluh lima tahun masih terlihat cantik.

Dan ketika mobil berhenti di lampu merah, pria itu lebih leluasa memperhatikan Tari, dari raut wajahnya, turun ke dada nya yang menonjol dengan dua bulatan montok yang tidak terlalu besar sampai ke rok hitam yang dipakai Tari, panjang rok itu di bawah lutut tetapi karena posisi Tari duduk membuat rok itu naik beberapa centi.

Aji menggelengkan kepalanya berusaha mengusir pikiran kotor di kepalanya, pria itu selama bekerja tiga minggu ini selalu memperhatikan Tari dan juga Regina. Dan Aji diam-diam tertarik dengan Tari, terkadang bahkan Tari hadir dalam mimpi Aji dalam bentuk nakal dan mereka berbuat hal nakal di dalam kamar majikannya itu.

Tetapi perasaan Aji ini di simpan oleh pria itu rapat-rapat karena Aji juga tidak berani memulai dan pastinya juga Tari tidak mungkin mau menyambut perasaannya.

Tidak berapa lama kemudian mereka sampai ke pasar dan Tari turun untuk berbelanja meninggalkan Aji menunggu di mobil.

Beberapa saat kemudian, setelah setengah jam, Tari keluar dari dalam pasar dan segera masuk ke dalam mobil.

"Kita Pulang," kata Tari setelah berada di dalam mobil.

"Baik, Bu."

Tidak butuh waktu lama bagi Tari sampai ke rumah, wanita itu segera keluar dari dalam mobil sambil membawa belanjaannya dengan Aji yang mengikutinya dari belakang, karena Tari kurang berhati-hati, wanita itu salah melangkahkan kakinya ketika di anak tangga teras rumah dan mau terjatuh untung saja Aji yang berada di belakangnya dengan cepat menangkap Tari sehingga membuat wanita itu tidak jadi terjatuh.

"Terima kasih, Aji" ucap Tari lega, wanita itu menoleh dan mendapati wajah Aji begitu dekat dengannya bahkan hembusan nafas Aji terasa panas di wajah Tari. Mereka berdua terdiam seakan ada gelombang aneh yang menyelubungi mereka berdua.

Lalu suara klakson dari kendaraan yang lewat di depan rumah lah yang membuat keduanya tersentak terkejut dan memisahkan diri dengan cepat.

"Eh, Ibu tidak apa-apa ?" Tanya Aji setelah cukup lama dirinya dan Tari terdiam dengan canggung.

"Ti..., Tidak apa-apa, nanti bawakan belanjaan saya ke dapur," sahut Tari lalu wanita itu segera masuk ke dalam rumah tanpa memperdulikan Aji lagi.

Tari segera masuk ke dalam kamarnya, wanita itu lalu bersandar di pintu, tangan kanannya berada di depan dadanya berusaha menahan debaran yang terasa di dadanya.

Entah kenapa Tari merasakan debaran ketika tadi Aji memeluknya. Wanita yang telah lebih dari lima tahun menjanda merasakan kerinduan yang tiba-tiba menyeruak kembali. Kerinduan akan kehangatan pelukan seorang pria yang sudah lama tidak dia dapatkan.

Sang Playboy Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang