Suara ketukan terdengar di pintu membuat Effendi mengerutkan keningnya. Pria itu sudah beberapa hari ini kurang sehat karena kelelahan mengurus bisnisnya sehingga mengharuskan dia istirahat di rumah, baru hari ini kondisinya lumayan membaik.
Pria separuh baya itu menoleh ke arah pintu yang terbuka dan terkejut ketika melihat siapa yang melangkah masuk ke dalam kamarnya. Effendi tidak menyangka kalau Regina lah yang masuk karena tadi dia mengira anaknya Angie.
Sahabat anaknya itu begitu seksi menggoda Effendi membuat pria itu langsung saja bangun dari tidurnya dan duduk bersandar di kepala tempat tidur memperhatikan Regina berjalan mendekatinya.
"Duh, Om sakit ya, pucat begitu," gumam Regina pura-pura cemas dan langsung menghampiri Effendi dan duduk di pinggir tempat tidur.
"Iya, sudah beberapa hari ini, Om tidak enak badan."
"Kenapa tidak bilang, kalau bilang kan, Gina bisa merawat Om."
"Mana bisa sayang, bisa ketahuan kita."
Regina langsung saja memasang wajah cemberut dan sedih. Dengan berani wanita itu memeluk Effendi dan merebahkan kepalanya di dada Effendi.
"Jangan buat Regina cemas lagi ya Om, Gina sampai nekat ke sini karena sewaktu teleponan dengan Angie, Angie bilang Om sedang sakit."
"Sekarang Angie di mana ?" Tanya Effendi sambil melirik cemas ke arah pintu yang di tutup oleh Regina.
"Tadi bilangnya mau ke dapur buat minum untuk Gina sekalian potong kue yang Gina bawa tadi," sahut Regina sambil mengelus dada Effendi pelan.
"Regina kangen sekali sama Om."
"Om juga kangen sama kamu, sayang."
"Apa yang ini juga kangen Om ?" Tanya Regina, wanita itu dengan berani meraba kejantanan Effendi yang terbalut celana piyama panjang berwarna biru garis-garis.
Effendi langsung mengerang parau, mata pria itu langsung berubah sayu terbalutkan gairah yang langsung bangkit. Effendi sejak mengenal Regina berubah menjadi pria tua mesum. Regina membuat wibawa Effendi hancur berantakan karena terbalutkan nafsu. Nafsu kepada wanita muda yang usianya bahkan seumuran dengan anaknya Angie.
"Jangan Gina, ada Angie," cegah Effendi sambil menahan tangan Regina yang semakin nakal, mata Effendi bahkan sambil melihat ke arah pintu karena takut tiba-tiba anaknya itu masuk ke dalam kamar dan melihat apa yang sedang dilakukan oleh Regina sahabatnya.
Effendi tentu saja tidak mau perselingkuhan dengan Regina diketahui oleh siapapun juga karena kalau sampai ketahuan bisa hancur keluarganya.
"Gina kangen Om."
"Om juga kangen sayang tapi..."
Perkataan Effendi terhenti dan Regina langsung saja dengan cepat berpindah duduk di sebuah kursi yang ada di samping tempat tidur. Keduanya bersikap biasa saja karena mereka mendengar ada suara pintu yang terbuka dan sesaat kemudian masuk Angie sambil membawa sebuah nampan berisikan cangkir dan piring dengan irisan kue di atas piring. Regina dengan cepat berdiri dan mengambil alih nampan tersebut.
"Kamu tuh lagi hamil, Angie, kenapa tidak suruh pembantu saja yang membawanya," gerutu Regina.
Angie tertawa kecil. "Aku cuma hamil, Gina bukan sakit, lagi pula itu tidak berat kok."
Angie lalu menghampiri Papinya dan duduk di pinggir tempat tidur.
"Papi sudah baikan ?"
"Sudah lebih baik," jawab Effendi sambil menarik selimutnya lebih ke atas untuk menutupi kejantanannya yang tegang karena ulah Regina, pria itu tanpa kentara melirik ke arah Regina yang duduk di belakang Angie, Effendi bisa melihat Regina tersenyum genit sambil dengan sengaja menjilat bibirnya dengan tindakan provokatif membuat Effendi semakin bergairah karena membayangkan mulut dan lidah Regina sedang berada di kejantanannya melakukan sesuatu di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sang Playboy Jatuh Cinta
Roman d'amourDesain cover by Karos. Art warning 21+ !!! Adult Content Sinopsis : Hidup seorang gadis bernama Renata begitu berat apalagi ketika Papa, orang yang begitu Renata sayangi menikah kembali setelah sekian lama menduda. Bagi Renata mempunyai seorang Ibu...