Part 23

3.3K 478 24
                                    

Maafkanlah Author yang minggu kemarin tidak update.

Karena kondisi yang kurang sehat 😔

💙💙💙💙💙💙

Bima menatap Renata dengan terpesona, dia seakan telah terjerat oleh seutas benang tipis yang membuatnya tidak bisa menjauhi gadis itu. Bibir Renata yang berwarna merah muda begitu menggoda Bima, perlahan-lahan wajah Bima mendekat dan ketika bibirnya hampir menyentuh bibir Renata.

Suara pintu yang terbuka dan suara terkesiap seseorang pun tidak Bima dan Renata merasakan hal yang sama, wanita itu terpaku tidak bisa bergerak ketika wajah Bima semakin lama semakin mendekat.

Hherm... Hheermm ... " Suara berdeham kuat lah yang membuat Renata dan Bima terkejut dan dengan spontan melepaskan diri. Renata tanpa sadar malah melangkah ke belakang Bima seakan berlindung kepada pria itu.

Renata begitu malu mengingat apa yang baru saja akan terjadi kalau saja tidak ada suara mendeham, mungkin Bima dan dirinya telah berciuman karena rasa malu itulah yang membuat Renata bersembunyi di belakang Bima.

Bima melihat ternyata Mirza lah yang masuk ke dalam ruang kerja, bersama dengan Icha yang terlihat malu. Dan pastinya sebentar lagi gosip tentang apa yang Icha lihat akan tersebar di kantor.

"Maaf menganggu tetapi aku sudah mengetuk pintu sebelum memutuskan untuk masuk. Apa kami perlu keluar dulu, biar kalian bisa menyelesaikannya ?"

Pertanyaan Mirza membuat dirinya mendapatkan pelototan Bima, Mirza mati-matian berusaha menjaga raut wajahnya. Mirza benar-benar geli melihat sahabatnya itu, untuk pertama kalinya tidak bisa berkutik.

"Masuk lah Mirza, kamu tidak menganggu, masih banyak waktu bagi kami... "Terdengar suara mengaduh kesakitan dari mulut Bima setelah mengucapkan kata-kata itu. Rupanya Renata mencubit pinggangnya.

Sementara Mirza yang melihat kejadian itu hanya diam memperhatikan apa yang terjadi dengan tatapan penuh minat dan penasaran. Rupanya sahabatnya Bima, diam-diam menyembunyikan sesuatu dari mereka. seorang wanita yang begitu cantik yang terlihat mempunyai hubungan khusus dengan Mirza.

"Jadi kalau begitu bisa kita segera membahas pekerjaan karena aku ada janji lain ?" Tanya Mirza sambil matanya melihat ke arah jam yang ada dipergelangan tangannya.

"Oh, tentu. Tapi sebelumnya kenaikan ini asisten pribadi aku, Renata," kata Bima mengenalkan Renata kepada Bima yang membuat gadis itu mau tidak mau harus keluar dari balik punggung lebar Bima untuk berkenalan dengan Mirza.

"Mirza Pramudi."

"Renata."

Keduanya berkenalan dengan singkat sebelum kemudian Renata bersama Icha yang masih berdiri diam, keluar dari dalam ruang kerja Bima.

Icha benar-benar penasaran dengan apa yang dia lihat tadi tetapi gadis itu tidak berani menanyakannya kepada Renata karena kalau melihat apa yang terjadi tadi, jelas terlihat kalau Renata dan bos mereka mempunyai hubungan dan Icha tahu kalau dia masih mau bekerja di sini, dirinya harus tutup mulut, tidak boleh sembarang menyebarkan gosip.

Sedangkan Renata karena malu hanya bisa pamit kepada Icha ke pantry untuk membuat minuman bagi tamu Bima.

💠💠💠💠💠💠

"Apa ?" Tanya Bima sengit ketika melihat tatapan Mirza yang penuh makna.

"Ya, tapi benar kan yang aku bilang kalau aku pernah bertemu dengan Renata, dia wanita yang bekerja di klubnya Sebastian."

"Iya, memang benar tetapi itu bukan berarti kamu harus memandang rendah terhadap Renata, lagi pula itu urusan aku dan hak aku untuk memperkerjakan siapapun juga di perusahaan aku ini," sahut Bima keras.

Mendengar kata-kata Bima membuat Mirza hanya bisa tersenyum tipis sambil menggelengkan kepalanya tidak percaya. Mirza heran kenapa Bima malah terlihat tersinggung ketika dia mengatakan kalau pernah melihat Renata di klub malam. Padahal Mirza hanya mengungkapkan apa yang dia tahu bukan bermaksud apa-apa. Tetapi melihat Bima yang begitu membela Renata, Mirza semakin yakin kalau wanita itu mempunyai tempat spesial di hati Bima. Menarik ," ucap benak Mirza.

"Tentang rencana kerjasama kita waktu itu, aku sudah membuat semua rinciannya nanti aku kirim lewat email ke kamu," kata Mirza yang tidak mau membahas lebih jauh tentang Renata walaupun dirinya begitu penasaran, ada hubungan apa antara Bima dengan asisten pribadi itu.

"Oke, nanti aku pelajari dulu."

"Oh, ya Bim, kamu nanti akan datang ke acaranya Pak Rendro ?"

"Aku...."

Ucapan Bima terputus ketika mendengar suara pintu yang terketuk pelan dan masuk lah Renata sesaat kemudian sambil membawa sebuah nampan berisikan cangkir. Mata Bima menyipit tidak suka dengan apa yang Renata lakukan. Renata asisten pribadinya bukannya pembantu lagi pula Renata bisa menyuruh Office boy untuk membuatkan minuman itu.

"Silakan Pak Mirza," ucap Renata lembut sambil menaruh cangkir di hadapan Mirza. Lalu wanita itu juga menaruh cangkir di depan Bima. Setelah itu pamit keluar tanpa melihat ke arah Bima satu detik pun, walau Renata tahu kalau atasannya itu sedang memperhatikan dirinya.

Bima menarik napas pelan, sebelum kemudian fokus dengan  Mirza, membahas tentang pekerjaan dan melupakan sejenak tentang Renata.

💠💠💠💠💠💠

Lebih dari satu jam lamanya Mirza di dalam ruangan Bima dan Renata menyibukkan diri dengan pekerjaan yang ada di meja kerjanya. Walau Renata hanya lulusan SMU tetapi pekerjaan yang diberikan oleh Icha tidak sulit dan sangat mudah untuk dikerjakan. Renata terkadang merasa dirinya seakan-akan tidak membantu di sini dan Renata merasa sebenarnya perusahaan ini tidak memerlukan karyawan baru lagipula Icha sangat cekatan dalam mengerjakan pekerjaannya.

Renata sebenarnya ingin sekali membantu pekerjaan Icha, walau Renata sadar dirinya tidak pernah kuliah tetapi Renata yakin bisa mengerjakan pekerjaan yang ada asal diajarkan terlebih dahulu. Tetapi ketika Renata mengutarakan niatnya, Icha hanya tersenyum dan mengatakan kalau tugasnya hanya mengurusi semua keperluan atasan mereka, yaitu Pak Bimantara Cakra.

Masalah Pak Bima tidak memberikan pekerjaan yang banyak kepada Renata malah terkadang Renata hanya duduk diam di depan pria itu sedangkan Bima sibuk dan fokus dengan pekerjaan. Renata merasa seperti tidak ada gunanya di perusahaan ini.

Ingin rasanya Renata mengundurkan diri tetapi mengingat gaji yang diterimanya lumayan, bahkan bukan lumayan tetapi sangat besar. Renata mengurungkan niatnya. Rasanya bodoh menyia-nyiakan gaji yang besar hanya karena masalah sepele lagi pula sebenarnya malah enak tidak ada kerjaan hanya duduk-duduk santai, Renata hanya tidak enak dipandang oleh karyawan-karyawan yang lain.

Suara pintu yang terbuka membuat Renata mengangkat kepalanya dan melihat Mirza bersama Bima keluar dari ruangannya.

"Bagaimana acara Pak Rendro ?"

"Aku pasti datang, tidak mungkin aku melewatkan kesempatan untuk mendekati beliau karena aku mendengar rencana akuisisi di perusahaannya, mungkin saja aku bisa membeli saham di perusahaan beliau," sahut Bima.

"Baiklah, kita ketemuan di sana, jangan lupa bawa pasangan kamu."

"Pasti itu," sahut Bima sambil menatap Renata.

"Oke, kalau begitu aku balik ke kantor dulu tentang tadi, kamu pelajari dulu kalau ada yang masih kurang beritahukan kepadaku."

"Sip.."

Setelah kepergian Mirza, Bima lalu menatap Renata.

"Ke ruangan saya, Renata." Lalu Bima masuk ke dalam ruangannya tanpa menunggu jawaban Renata lagi.

Renata hanya bisa menghela napas berat. Entah apa lagi tingkah aneh yang akan dilakukan oleh Bima. Dengan langkah lesu Renata berjalan ke ruang kerja Bima sedangkan Icha hanya melihat Renata yang menghilang masuk ke ruangan Bima dengan tatapan penasaran.

To be continued..

Jangan lupa vote tekan ⭐ dan komen..

Sang Playboy Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang