(1) We're Done

3.4K 462 650
                                    

"Saya udah dua puluh lima tahun, Ayesha." Khalid berucap dengan nada rendah. Ayesha menundukkan kepalanya. Dia tahu ... Tapi rasanya belum siap. Ada sebagian dirinya yang menolak untuk tumbuh dewasa. Tapi sebagian lainnya takut kehilangan Khalid. Sementara Khalid tidak bisa kalau harus menunggu lebih lama lagi. Sebab ... Fitnah di jaman ini terlalu besar. Khalid sudah tidak sanggup terlalu lama melajang. Dia butuh menikah.

Aqilla yang ada di antara keduanya cuek saja. Perempuan itu sibuk makan. Menuntaskan rasa ngidamnya. Meski sudah menikah dan punya dua anak. Bahkan ini adalah kehamilannya yang ketiga, Qilla seolah menolak tua. Wajahnya masih sama seperti bocah berusia 18 tahun. Dengan tubuh mungilnya, jika saja tidak tengah hamil. Qilla selalu dianggap anak SMA.

"Tapi, Khalid ... Kamu bilang tidak masalah untuk menunggu saya menyelesaikan S2 saya?" lirih Ayesha. Matanya terasa memanas. Entah mengapa seluruh oksigen seolah terbatas, sampai dia terkesan berebut oksigen dengan orang-orang disekitarnya.

"Ayesha, saya kurang sabar apa? Ketika kamu meminta saya bersabar sejak kamu lulus SMA. Saya turuti. Enam tahun Ayesha, kamu bahkan selalu menghindar setiap saya tanya kapan kamu siap untuk saya lamar?" Ayesha memejamkan matanya. Dia hanya takut ... Apa yang pernah menimpa Qilla membuatnya takut membangun hubungan. Belum lagi trust issue di sekitarnya. Membuat 'komitmen' nampak mengerikan di matanya. Dia takut ... Takut jika suaminya tidak sebaik papanya.

"Untuk kali ini, saya minta maaf karena tidak bisa menepati janji. Saya sudah sangat butuh untuk menikah, kalau kamu mau fokus dengan pendidikan kamu. Silakan, saya enggak akan menghalangi mimpi kamu. Maka biarkan saya melanjutkan kehidupan saya sebagaimana yang seharusnya," kata Khalid dengan suara bergetar. Meski ini berat, tapi Khalid harus melakukannya.

Dalam hati dia terus mengucapkan maaf. Dia merasa tidak punya pilihan lain. Kecerobohannya mengharuskan Khalid menikahi anak perempuan Darfan. Meski tidak sedikitpun batasan yang keduanya lewati. Dalam artian tidak ada perzinahan yang Khalid lakukan. Namun, rasanya akan sangat dirugikan untuk pihak perempuan yang tidak sengaja Khalid lihat dalam keadaan tidak pantas itu. Jadi keputusannya sudah bulat. Khalid akan menikahi perempuan yang usianya berselisih 7 tahun dengannya itu. Dia bahkan sudah menemui Darfan untuk menunjukkan itikad baiknya untuk meminang Eliana dan menjelaskan semuanya. Darfan tentu saja menyambut baik niat Khalid.

Tanggal pernikahan keduanya sudah ditentukan. Undangan sudah dicetak, tinggal menyebarnya. Dan sebelum itu terjadi. Khalid memberanikan diri untuk memperjelas semuanya. Dia akan melepaskan Ayesha dari daftar impiannya.
Menua bersama Ayesha sudah Khalid hapus dari daftar harapannya. Dia tidak mau semakin terkena fitnah wanita.

"Khalid ... Apa tidak bisa meski enam bulan?" Ayesha meminta pertangguhan waktu. Khalid menggelengkan kepalanya. Dia benar-benar tidak punya pilihan lain.

"Maaf," lirih Khalid.

Ayesha mengusap air matanya.
"Baik, semoga kamu bahagia dengan pilihan kamu. Selamat atas pernikahan yang akan segera terselenggara, saya pastikan ini terakhir kalinya saya berbicara kepada kamu. Saya tidak akan mengusik hidup kamu lagi," kata Ayesha tegas.

Perempuan itu mengambil tasnya. Lalu berjalan meninggalkan Qilla begitu saja. Ayesha ingin sendirian.

"Tahan, jangan emosi," kata Qilla berusaha menyabarkan diri.

Melihat adegan ini secara live streaming sungguhan membuat emosinya bergejolak. Meski agak tidak paham dengan cara berpikir Ayesha dan Khalid yang rumit.

"Bang Dehan ada-ada aja sih ah. Segala biarin gue ada di antara manusia gamon macam lo, duh. Gue tuh sedang butuh asupan happy. Biar enggak mual-mual, malah dikasih sad ending," gerutu Qilla pelan.

"Jangan bacot dulu bisa, Dek?" kata Khalid dengan ekspresi memelas.

"SEKATA-KATA YA LO, KAK! GUE BACOT APAAN EMANG?" sewot Qilla.

Ceklek

Dehan yang memang tengah berada di ruangan meeting karena tengah membahas perkembangan restorannya bersama para anak buahnya langsung membuka pintu dengan tergesa-gesa saat mendengar suara Aqilla.

"Kenapa lagi, hm?" tanya Dehan lembut. Dia mengusap puncak kepala Qilla yang tertutup french khimar.

"Dia ngatain aku bacot masa, Sayang. Parah banget," kata Qilla mengadu. Khalid menghela napas. Sungguh sial nasibnya, sudah patah hati. Sekarang harus berurusan dengan pasangan suami-istri yang menyebalkan ini.

"Kayak gak tau bini lo aja sih, D?" jawab Khalid malas.

"MAKSUDNYA APA YA?"

"Aqilla," peringat Dehan. Perempuan itu mengerucutkan bibirnya. Dia menghela napas. Dan lebih memilih menerima suapan kentang goreng dari suaminya ketimbang marah-marah.

"Qilla diem tuh dunia gue berasa merdeka," ceplos Khalid membuat emosi Qilla kembali naik.

-

mau test drive dulu hahaha

coba ramein kalau emang mau dilanjutkan cepet. kalau enggak, ntar aja lanjutnya

600 komen?

(Bukan) Rumah Singgah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang