(9) Only Love Can Hurt Like This

1.5K 423 591
                                    

Ayesha merasakan nyeri di beberapa bagian tubuhnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayesha merasakan nyeri di beberapa bagian tubuhnya. Meski telah berusaha menghindar, dia tidak mampu menghindari mobil Fortuner yang sangat bernafsu untuk menyingkirkannya. Perempuan itu bangkit dengan susah payah. Badannya terasa sakit, yang jauh lebih menyedihkan. Makanan yang dia bawa tumpah. Sudut bibirnya berdarah karena terhantam spion motor. Beginilah di jalan raya. Orang-orang akan acuh, tidak mau susah payah menolong orang lain yang mengalami kemalangan. Mirisnya, bukan membantu. Malah mengabadikan kejadian tersebut.

"Ayo, Cha. Kuat, tinggal sedikit lagi. Kamu harus dapat maaf suami kamu," bisik Ayesha pada dirinya sendiri.

Brak

Ayesha kembali jatuh karena kehilangan keseimbangan.

"Hiks." Ayesha terisak-isak merasakan nyeri. Dengan keadaan yang memprihatinkan Ayesha menelpon sang suami. Berharap ada keajaiban untuknya. Dia sangat berharap Derrel akan datang menolongnya. "Tolong angkat ...."

"Halo?" Di seberang sana Derrel yang terbangun karena mendengar nada dering ponselnya masih berusaha mengumpulkan kesadarannya.

"Mas ...." lirih Ayesha.
Mata yang tadinya malas terbuka itu seketika melotot lebar-lebar. Mas? Derrel tidak salah dengar? Hei! Ini pertama kalinya Ayesha memanggil Derrel dengan panggilan ini. Meskipun sangat ingin nyengir lebar. Derrel berusaha untuk tetap cool. Keningnya berkerut saat mendengar suara isak tangis Ayesha.

"Ayesha?"

"Mas ... maaf, tolong maafkan Ayesha. Ayesha udah berlaku enggak sopan. Maaf Ayesha durhaka. Mas, jangan benci Ayesha, ya? Ayesha salah. Hiks," lirih Ayesha.

"Ayesha? Kamu di mana?"

"Mas, Ayesha takut ... Jangan benci Ayesha, ya, Mas?"

Kepala Ayesha terasa sakit. Perempuan itu duduk di tepi jalanan yang sepi. Dia masih sadar. Hanya saja tidak sanggup merasakan nyeri karena kecerobohannya sendiri. Dia juga salah ambil jalan. Sampai nyasar ke sini.

"Tunggu, aku ke sana bentar. Jangan putusin sambungannya! Bisa share locatin?"

"Bisa, Mas. Sebentar," kata Ayesha berusaha meredakan tangisnya.

Lihat? Meski dia sudah begitu keterlaluan, Derrel tetap mempedulikannya. Laki-laki yang dia abaikan keberadaannya itu tetap sudi membantunya. Meski Ayesha sudah sangat keterlaluan. Perempuan itu menangisi kebodohannya. Ke mana ilmu yang telah dia pelajari? Kenapa tidak mampu memperlakukan suaminya dengan baik? Selama dua puluh menit Ayesha menahan nyeri. Dia benar-benar sudah putus asa sekali.

Selama sepuluh menit lebih Ayesha menunggu. Ternyata lokasinya tidak terlalu jauh dari kantor sang suami. Sembari menanti Derrel, Ayesha berusaha menggerakkan kakinya yang lecet. Rasanya perih sekali. Perempuan itu

"Ayesha, Yaa Allaah?" lirih sebuah suara. Tangis Ayesha kembali pecah.

"Mas ... Maaf, Ayesha udah jahat sama Mas. Tolong, jangan benci Ayesha. Ayesha salah," sesal Ayesha dengan air mata berlinang. Pemandangan seperti ini membuat hati Derrel berdenyut nyeri. Dia seharusnya tidak meragukan kalau istrinya memang perempuan baik-baik.
"Ayesha udah masak buat Mas. Tapi masakannya jatuh." Sungguh, Derrel tidak peduli dengan itu. Keselamatan Ayesha yang paling terpenting.

(Bukan) Rumah Singgah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang