(12) You Won't Ever Be Alone, I Will Always Keep You

1.7K 423 1K
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayesha menarik napasnya yang terasa memberat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ayesha menarik napasnya yang terasa memberat. Dia menatap mata Derrel. Laki-laki itu menggenggam tangannya. Air matanya kembali mengalir. Kengerian bertahun-tahun lalu selalu sukses membuatnya diliputi rasa takut. Inilah alasan kenapa dia selalu takut untuk membangun sebuah hubungan pernikahan.

Rasa takut, krisis kepercayaan, serta trust issue tentang pernikahan membuat Ayesha merasa tidak siap ... Dan tidak akan pernah siap. Dia sungguhan ketakutan. Sudah begitu banyak percontohan di luar sana. Betapa bengisnya laki-laki yang diharapkan menjadi imam menuju surga. Justru menghabisi, menyiksa, memfitnah, bahkan mengkhianati istri mereka sendiri. Ayesha tidak mau seperti mereka.

"Laki-laki seperti apa yang bisa aku percaya, Mas?" bisik Ayesha parau.
Bahkan pada Derrel pun, Ayesha tidak berani menaruh kepercayaan.
"Aku takut. Suatu waktu nanti semua ketakutan aku jadi nyata. Aku gak siap rasanya."

Derrel menatap wajah Ayesha. Pastilah berat menyembunyikan hal sebesar ini bertahun-tahun. Ayesha dengan trauma mendalamnya, hanya dirinya sendiri yang tahu betul seperti apa sulitnya. Pantas saja, Derrel perhatikan, istrinya selalu tidur di atas jam satu malam. Dia juga merasa kalau Ayesha selalu bersikap penuh waspada terhadap dirinya. Tanpa bicara apapun, Derrel menarik Ayesha ke dalam pelukannya. Laki-laki itu mengelus punggung sang istri dengan penuh sayang.

"Dek, aku memang bukan orang baik. Masa laluku enggak cukup baik. Tapi, demi Allaah. Kedua tangan ini, mereka yang kelak akan menjadi saksi di hari kiamat nanti. Aku bersumpah atas nama Allaah, kalau keduanya hanya akan bergerak untuk kebaikan dan menjaga kamu." Mendengar ucapan Derrel. Bukannya berhenti, tangisan Ayesha malah semakin kencang. Untungnya dia menangis di dada Derrel. Setidaknya suaranya jadi teredam."You won't ever be alone, Dek. It's okay, kalau masih ngerasa belum lega. I'm letting you to cry," bisik Derrel dia mengusap-usap kepala sang istri. Butuh sepuluh menit untuk Ayesha menyelesaikan tangisannya. Kedua matanya sampai bengkak, hidung mungilnya merah. Piyama Derrel juga sampai basah.

"Piyama Mas jadi basah karena ingus sama air mata aku, maaf," kata Ayesha dengan suara serak.

Derrel tersenyum tipis. Dia menghapus sisa air mata yang ada di wajah istrinya. "Enggak apa-apa, Dek. Bisa diganti."

(Bukan) Rumah Singgah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang