Di ruang sidang, suasana terasa tegang dan penuh dengan ketegangan. Para penonton yang hadir terdiri dari keluarga korban, pendukung Ayesha, serta beberapa orang penasihat hukum yang berada di sisi masing-masing klien. Terdapat juga beberapa petugas keamanan yang berjaga di sekitar ruangan untuk menjaga ketertiban.
Hakim duduk di kursi yang terletak di tengah ruang sidang, dengan penuntut umum dan penasihat hukum dari kedua belah pihak duduk di depannya. Ayesha, sebagai terdakwa, ditempatkan di kursi terpisah yang terletak di bagian belakang ruangan, dikelilingi oleh petugas keamanan.
Ayesha terlihat tegang dan cemas, dengan tatapan yang terfokus pada proses persidangan yang sedang berlangsung. Dia memegang erat tangannya, mencoba untuk menenangkan diri di tengah situasi yang sulit ini.
Beberapa kali, Ayesha memejamkan matanya sejenak, mencoba untuk mengumpulkan pikirannya dan mengatasi gelombang emosi yang melandanya. Dia merasakan tekanan dari berbagai arah, termasuk tekanan mental dan emosional yang timbul dari kasus yang sedang dihadapinya.
Di sepanjang ruang sidang, terdapat beberapa bukti fisik yang disajikan oleh kedua belah pihak, termasuk dokumen-dokumen, barang bukti, dan laporan investigasi. Semua itu menjadi bagian dari proses pengumpulan bukti untuk memperkuat argumen masing-masing pihak.
Meskipun suasana ruang sidang terasa tegang, namun proses persidangan tetap berlangsung dengan tertib dan sesuai dengan prosedur hukum yang berlaku. Hakim memimpin jalannya persidangan dengan tegas dan objektif, mencoba untuk memastikan bahwa keadilan dapat tercapai dalam kasus ini.
Di tengah-tengah situasi yang sulit ini, Ayesha mencoba untuk tetap tenang dan bersikap kooperatif selama proses persidangan.Proses persidangan terus berlanjut dengan pembacaan dakwaan oleh penuntut umum, diikuti dengan tanggapan dari penasihat hukum Ayesha. Mereka saling berhadapan dengan argumen yang tajam dan penuh emosi, mencoba untuk membela posisi masing-masing di hadapan hakim dan juri.
Ayesha mendengarkan dengan seksama setiap kata yang diucapkan oleh kedua belah pihak, mencoba untuk memahami kompleksitas situasi yang dia hadapi. Di dalam hatinya, dia merasa terombang-ambing antara harapan dan ketakutan akan masa depannya.
Ketegangan semakin terasa ketika saksi-saksi mulai dipanggil untuk memberikan kesaksian mereka di depan pengadilan. Suasana ruang sidang menjadi semakin tegang dengan setiap kata yang diucapkan, sementara Ayesha berusaha mempertahankan ketenangannya di tengah guncangan emosi.
Setiap kesaksian membawa cahaya baru atas kasus ini, mengungkapkan detail-detail yang mungkin belum pernah terungkap sebelumnya. Ayesha menatap dengan mata tegang, mencoba untuk memproses setiap informasi yang disampaikan, berharap bahwa kebenaran akan terungkap di akhir persidangan.
Di tengah-tengah persidangan, Ayesha juga diberikan kesempatan untuk memberikan keterangannya sendiri. Dia berbicara dengan lantang dan tegas, mencoba untuk menjelaskan sisi cerita yang sebenarnya dari sudut pandangnya. Meskipun hatinya berdebar keras, dia berusaha untuk tetap tenang dan yakin dalam setiap kata yang dia ucapkan.
Proses persidangan berlanjut dengan lancar, meskipun terkadang terjadi perdebatan sengit antara kedua belah pihak. Hakim memimpin jalannya persidangan dengan bijaksana, mencoba untuk memastikan bahwa setiap argumen didengar dan dipertimbangkan dengan cermat.
Akhirnya, setelah beberapa bulan melalui persidangan yang panjang, akhirnya tiba saatnya bagi hakim untuk memberikan putusannya. Ayesha menahan napas, berharap bahwa keadilan akan terpenuhi dalam kasus ini. Dalam keheningan yang tegang, hakim akhirnya mengucapkan kata-kata yang dinantikan oleh semua pihak. Berdasarkan hasil investigasi yang dilakukan oleh pihak berwenang, bukti-bukti yang ditemukan menunjukkan bahwa Ayesha memang merupakan korban pemerkosaan. Hasil visum yang dilakukan oleh tim medis juga menegaskan bahwa Ayesha telah mengalami kekerasan seksual. Luka dan jejak yang ditemukan pada tubuh Ayesha sesuai dengan kejadian pemerkosaan yang dia laporkan.
Selain itu, saksi-saksi yang ada juga memberikan kesaksian yang mendukung bahwa Ayesha berada dalam situasi yang memaksa saat insiden terjadi. Mereka melaporkan bahwa Ayesha dalam keadaan terkejut dan ketakutan saat pertempuran terjadi, menunjukkan bahwa dia bertindak dalam pembelaan diri dan dalam kondisi yang mengganggu psikisnya.
Pihak kepolisian juga berhasil mengumpulkan bukti-bukti lain yang menguatkan bahwa pelaku pemerkosaan yang telah dilaporkan oleh Ayesha adalah orang yang bersangkutan. Termasuk barang bukti yang terkait dengan kehadiran pelaku di lokasi kejadian dan keterangan dari saksi-saksi yang melihatnya bersama Ayesha sebelum insiden terjadi.
Dengan demikian, berdasarkan hasil investigasi yang komprehensif dan bukti-bukti yang ada, dapat dipastikan bahwa Ayesha adalah korban dalam kasus ini dan pelaku pemerkosaan yang dia bunuh adalah orang yang bersalah.
"Setelah mempertimbangkan semua bukti yang telah disampaikan di persidangan ini," ucap hakim dengan suara tegas, "saya memutuskan bahwa terdakwa, Ayesha, dinyatakan bebas dari semua tuduhan yang dialamatkan padanya."
Ayesha merasa seolah dunianya berhenti berputar sejenak, tak percaya dengan apa yang baru saja dia dengar. Namun, senyum lega dan air mata bahagia segera mengalir di wajahnya saat dia menyadari bahwa akhirnya dia bisa mendapatkan keadilan yang dia cari selama ini. Setelah putusan dibacakan dan Ayesha dinyatakan bebas dari semua tuduhan, gelombang emosi melanda hati dan pikirannya. Ayesha merasakan perasaan haru yang begitu mendalam, sebuah campuran antara rasa lega, bahagia, dan terharu yang sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata.
Air mata kebahagiaan mengalir dari matanya tanpa bisa ditahan lagi, menciptakan jejak-jejak air yang mengalir di pipinya. Dia merasakan beban besar yang selama ini menghimpit dadanya mulai terangkat, memberinya ruang untuk bernapas dengan lega. Setelah sekian lama hidup dalam ketidakpastian dan ketakutan, kebebasan yang baru diraihnya terasa begitu manis.
Ruang sidang dipenuhi dengan sorak-sorai kebahagiaan dari pendukung Ayesha, sementara keluarga korban dan penasihat hukum mereka terlihat terkejut dengan putusan ini. Meskipun terjadi perdebatan dan pertarungan di dalam ruang sidang, keadilan akhirnya terpenuhi, dan Ayesha bisa melangkah menuju masa depan yang lebih baik dengan kepala tegak dan hati yang lega.
Dia menatap Derrel yang juga kini menatapnya. Dia akan kembali pulang dengan suaminya, dia juga bisa kembali berkumpul dengan keluarganya.
"Mas ...." Ayesha menegang saat Derrel memeluknya erat.
"Allah tolong kita, Cha. Alhamdulillah, " lirih Derrel.
"Mas, jazaakallahu khayraan udah berusaha keras, ya?"
"Wa anti fa jazakillaahu khayraan, sayang."
Nampak Rumaysha dan Ardan juga bergegas menghampiri putri kesayangan mereka yang selama berbulan-bulan ini menolak untuk ditemui.
"Ummiii ...." lirih Ayesha. Rumaysha langsung memeluknya erat.
"Maaf ... Maaf karena Ummi gak bisa berbuat banyak buat Echa," sesal Rumaysha.
Ayesha tersenyum, "Echa menolak ketemu Ummi dan Papa. Karena pengen menemui kalian dalam keadaan dinyatakan tidak bersalah, Allah bantu Echa. Jadi, sekarang Ummi gak usah khawatir. Kita udah bisa ketemu lagi," hibur Ayesha.
Dia sudah cukup tegar 'kan selama ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
(Bukan) Rumah Singgah
Romance- s h o r t s t o r y - Ayesha terlalu naif. Dia menertawakan kebodohannya sendiri. Karena termotivasi kisah cinta dalam diam yang banyak diceritakan di novel. Salah satunya dalam novel Finally I Found You yang kisah cintanya memang berhasil. Di ma...