(17) Unconditonally

1.2K 217 112
                                    

Bahkan seberat apapun kehidupan yang dijalani saat ini. Tidak ada alasan untuk lari dan menyelesaikannya dengan cara seorang pengecut. Hadapi, tidak perlu dihindari. Apapun yang terjadi, tidak berarti segalanya telah berakhir. Hanya itu keyakinan Ayesha miliki saat ini. Semua kepahitan dan episode pelik dari kehidupannya. Tidak abadi. Akan ada masanya masa sulit pergi dan berganti dengan kebahagiaan. Meski tidak dapat dipungkiri, rasanya sungguhan berat. Ayesha sempat merasa tidak kuat. Tapi, kalau menyerah. Apa semuanya akan lantas jadi mudah? Tentu tidak. Maka, sebisanya Ayesha untuk tetap bertahan. Berjuang di tempatnya sekarang. Serta berpasrah sepenuhnya pada Allah. Meskipun kerap kali ia jumpai dirinya berada dalam ambang batas kesabaran serta kekuatan.

Perempuan itu berjalan dengan tegap. Hari ini adalah hari pertama persidangan kasusnya. Ayesha dengan rompi tahanan serta masker yang digunakannya. Dia tidak mau memperburuk citra niqab di mata khalayak. Maka dia memutuskan untuk melepaskan kain penutup wajah yang sempat menjadi bagian dirinya selama bertahun-tahun terakhir. Tetap menutup wajahnya meski dengan masker. Saat melewati orang-orang yang ada di sana. Perasaannya bergemuruh. Rasa tidak aman mendominasi, Ayesha tidak berani mengangkat kepalanya. Dia terus menggenggam erat lengan atas seorang polisi wanita yang menuntunnya.

"Ayesha ...." Ini suara yang sangat Ayesha kenal. Dengan perlahan-lahan dia mengangkat kepalanya. Ada Derrel di sana. Dan itu sudah lebih dari cukup membuat Ayesha merasa tenang. Meski hasil akhirnya Ayesha tidak tahu akan seperti apa. Tapi, selama dia melihat Derrel- suaminya baik-baik saja. Sudah lebih dari cukup.

"Semangat," kata Derrel singkat. Ingin rasanya dia menarik Ayesha ke dalam pelukannya. Tapi, dia masih cukup waras untuk tidak menunjukkan kemesraan di mata publik. Berjuang tidak harus berisik dan membuat yang diperjuangkan merasa terusik 'kan?

"Semua akan baik-baik aja Ayesha." Ayesha mengangguk. Dia pun percaya bahwa hidupnya akan baik-baik saja. Semua belum sepenuhnya berakhir. Masih ada harapan yang bisa Ayesha rajut.

Dia kembali melanjutkan perjalanannya menuju tempat persidangan. Berulangkali ia terus meyakinkan dirinya. Ia memang menjadi korban dari kejahatan seseorang yang telah mati, ada perasaan benci terhadap dirinya karena kejadian itu. Tapi ... Mau sampai kapan Ayesha membenci dirinya? Dia tidak mungkin membiarkan hidupnya berada dalam kebencian. Pun tidak bisa menghindari apa yang terjadi saat ini. Satu-satunya cara adalah ... Menjadikan diri setangguh mungkin. Terlepas dari luka dan rasa sakit yang dimiliki. Ayesha masih punya hak penuh untuk mempertahankan kehormatannya dan memperoleh haknya sebagai manusia bermartabat yang jadi korban dari tindak kejahatannya.

Dia hanya berusaha untuk melindungi dirinya sendiri. Meski harus mendapatkan label dari masyarakat sebagai seorang tersangka pembunuhan. Ayesha tidak menyesalinya.

Peraturan dalam persidangan telah dibacakan. Ayesha dengan tenang duduk di tempatnya. Dia berusaha kuat menahan rasa mual di perutnya. Akhir-akhir ini, dia kerap mengalami keluhan yang serupa. Ehm, atau lebih tepatnya bahkan sebelum terjadi peristiwa nahas hari itupun kurang lebihnya Ayesha juga merasakan gejala yang sama. Apakah ini karena asam lambungnya naik? Ayesha tidak tahu betul apa penyebabnya. Dia belum sempat memeriksakan kondisinya. Dia terlalu sibuk memikirkan persidangan.

"Sidang Majelis Hakim Pengadilan Negeri Bogor yang memeriksa dan mengadili Perkara Pidana terhadap Diandra Ayesha Rafardhan binti Diardan Mayen Algafka dinyatakan dibuka dan terbuka/tertutup untuk umum."

Tok tok tok!

Suara ketukan palu dibunyikan sebanyak tiga kali oleh Hakim. Ayesha menarik napas panjang. Di ujung sana, Derrel menatap sang istri dengan tatapan penuh kekhawatiran. Ada rasa ingin berdiri di samping Ayesha dan meyakinkan pada perempuan yang berhasil menorehkan nama di hatinya, bahwa segalanya akan baik-baik saja. Ayesha tidak sendirian dan Derrel sangat mendukung Ayesha.

(Bukan) Rumah Singgah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang