(4) Wish

1.4K 377 598
                                    

— b i s m i l l a h —

jangan lupa baca Qur'an, semangaaat puasanya.

jangan males komen yaaa hehe, yukk diramaikan biar author semangat ✨ cerita lainnya akan update d hari weekend. have a nice day gaiss

Ayesha membenarkan letak cadarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ayesha membenarkan letak cadarnya. Gadis itu memposisikan diri duduk di sebelah sang ayahanda tercinta. Entah kenapa ... Ayesha merasa begitu gugup untuk pertemuan pertama ini. Rasanya seperti tidak siap. Bahkan tangannya sampai dingin. Saking gugupnya Ayesha. Bola matanya bergerak gelisah. Kedua kakinya sedari tadi tidak bisa diam.

Lagi-lagi pikirannya yang pesimis membuat Ayesha berpikir keras. Orang-orang selalu berpikir menjadi Ayesha sangatlah menyenangkan. Terlahir sebagai anak dari keluarga kaya, berparas rupawan. Nyatanya tidak. Karena setiap langkahnya selalu dikaitkan dengan kekayaan orang tuanya. Wajarlah lolos, banyak duit kok dia. Wajarlah cantik, bisa minta duit sama ortu buat perawatan. Gak mesti kerja keras kayak kita-kita. Orang-orang yang datang ke dalam hidupnya selalu melihat harta dan rupa. Ini membuat Ayesha tidak nyaman ... Satu-satunya orang yang tidak pernah melihat ke arah keduanya adalah Khalid. Tapi ... Mereka sudah berakhir.

Bolehkah Ayesha memiliki harapan kembali? Bolehkah Ayesha berharap bahwa akan ada laki-laki yang sungguhan menyayangi dirinya? Bolehkah? Dia berjanji tidak akan mengharapkan Khalid. Tapi ... Tolong, berikan pengganti yang jauh lebih baik.w

Ayesha punya ketakutan besar untuk membangun komitmen dengan laki-laki. Dia takut ... Jika suatu saat merasakan sakit karena hubungan yang dijalaninya. Ayesha memang tidak siap.

"Sayangnya Papa kenapa nangis?" Ayesha yang berupaya kuat menahan tangisnya gagal saat itu juga. Pertanyaan kenapa selalu menjadi hal paling sensitif untuk perempuan. Kata sederhana yang mampu menghancurkan benteng pertahanan diri seorang perempuan.

"Echa enggak mau lanjutin ta'aruf ini? Kalau iya, sebelum lebih jauh. Kita batalin aja. Apapun, asal Echa nyaman. Maaf karena Papa selalu paksa Echa buat nikah, padahal seharusnya Papa ngertiin ketidaksiapan kamu," kata Ardan dengan mata yang turut berkaca-kaca.

Bukan Pa ... Bukan itu. Papa enggak salah. batinnya menjerit terluka.

Dia hanya tidak tahu ... Kenapa bisa se-sensitif ini.

"Jangan, Pa. Ini enggak ada hubungannya dengan masalah ta'aruf ini, Echa memang lagi sensitif aja," lirih Ayesha.

Ardan mengusap air mata putrinya. Dia mengusap puncak kepala Ayesha.
"Maaf, ya, Cha. Papa belum bisa jadi Papa yang baik buat Echa," lirih Ardan merasa bersalah.

"Papa jangan bicara begitu," balas Ayesha kembali menangis.

Saat tengah sibuk meredakan tangis satu sama lain. Datanglah seseorang yang mereka tunggu sedari tadi.

(Bukan) Rumah Singgah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang