(8) I Don't Relate To You

1.7K 387 1K
                                    

part 8 yang seharusnya terhapus saat direvisi :)

***

Seharusnya setelah malam itu... Hubungan keduanya memiliki kemajuan. Seharusnya antara Ayesha dan Derrel bisa berkomunikasi lebih baik lagi. Bukan saling menghindar. Ah lebih tepatnya Ayesha yang menghindar. Hingga berakhir harus masing-masing seolah tidak saling mengenal. Ini sangat melenceng dari tujuan awal mereka. Ibadah, itu 'kan tujuan awalnya?

Sejak malam itu, malam di mana Ayesha sulit tidur. Berakhir dengan Derrel yang memesankan makanan. Lalu mereka sedikit berbincang ... Ehm niatnya untuk saling mendekatkan diri. Derrel sedikit menyinggung tentang perasaan mereka. Saat mendapati Ayesha hanya diam dan raut wajahnya seketika berubah masam. Membuat Derrel berpikiran bahwa Ayesha masih sulit menerima dirinya. Ego dari keduanya sama-sama besar hari itu, ditambah dalam keadaan sudah lelah jugam. Derrel yang saat itu merasa kecewa karena Ayesha tidak menyambut baik ajakannya, spontan saja berucap kalau dia mau pergi merokok.

Ya, itu kekurangan Derrel. Meski berusaha kuat untuk berhenti merokok. Dia akan kembali kecanduan. Hingga hari ini dia masih berupaya mencari cara supaya bisa berhenti total. Meski yang sebenarnya di saat itu dia ingin menepi sejenak bukan hendak merokok. Alasan merokok hanya jadi alibi saja. Akan tetapi, mendapat tingkah berani Ayesha, membuat Derrel terkejut sekaligus kesal. Ayesha agak tidak sopan menurutnya, dia kan bisa bicara baik-baik. Tidak perlu sampai merampas kasar rokok bahkan menyulut rokok tersebut dengan api. Derrel kelepasan mengatakan Ayesha 'stupid'.

Derrel tidak berusaha manipulatif. Dia mengaku salah. Tentunya Derrel juga sangat menyesali perbuatannya. Dia pun sempat menangis meminta maaf pada Ayesha. Rasa bersalahnya tentu berkali-kali lipat. Sama seperti ketika Derrel hilang kendali dan menampar Kina. Laki-laki yang diam-diam kerap merundung dirinya dengan ucapan seperti 'kamu memang tidak layak diperlakukan baik. Kamu orang jahat!' menjadi membenci dirinya sendiri sampai kerap melewatkan waktu makan dan memaksa dirinya untuk terus berkerja.

Dia merasa begitu toxic. Hingga memutuskan untuk menghindari Ayesha. Dia akan pergi sebelum Ayesha bangun, melewatkan sarapan bersama. Dan pulang ketika Ayesha telah tidur dengan lelap. Hal ini sudah berlangsung selama satu minggu lebih. Ayesha pun nampak tak peduli terhadap kerenggangan hubungan mereka.

Yang katanya pengantin baru akan begitu dekat di awal-awal pernikahan. Nyatanya mereka tidak. Derrel justru takut akan perpisahan yang bisa saja terjadi. Terlebih Ayesha pun seperti membenci dirinya. Ya ... Memang bukan dia yang Ayesha mau, 'kan? Sehingga ketika ada masalah di antara mereka. Ayesha seolah tidak mau repot-repot untuk memperbaikinya.

"Kenapa lo?" Derrel hanya diam. Cowok itu menatap Aysar dengan tatapan memelas.

Ya, Aysar memang Derrel rekrut sebagai General Manager Accounting di perusahaannya. Aysar itu cerdas, dia jujur, terampil dan tidak pernah membedakan jabatan. Tidak hanya sekedar menyuruh-nyuruh bawahan di divisi accounting, Aysar selalu turut serta dalam proses bekerjanya.

Balik lagi pada kedua laki-laki yang kini sudah bukan lagi anak remaja SMA.

"Gak dapat nafkah batin, ya, lo?" ceplos Aysar. Derrel menendang pelan kaki sahabatnya itu.

"Pala lo nafkah batin! Gue lah yang kasih! Gimana sih?" sewot Derrel.

"Dih ngegas amat lo! Nih laporan keuangan bulan ini. Insyaallah semua tunggakan bulan lalu udah terbayarkan, kerja anak-anak divisi accounting bagus semua. Nah, coba lo cek lagi. Semua pengeluaran perusahaan gue catat, ada bukti pembayaran juga nih," terang Aysar.

(Bukan) Rumah Singgah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang