(6) Heartbeat

1.5K 382 877
                                    

— b i s m i l l a h —

jangan lupa baca Qur'an, besok yg mau puasa. ayoook, gapapa lho qadha juga.

note: ibadah yg dilakukan pd hari hari istimewa, itu kemungkinan dapat pahala berlipat-lipatnya lebih besar. apalagi amalan d awal (10 hari Dzulhijjah)

btw jangan males komen dan share cerita ini dong  hehe, yukk diramaikan biar author semangat ✨

btw jangan males komen dan share cerita ini dong  hehe, yukk diramaikan biar author semangat ✨

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sini buru deh, Cha!" Selepas akad dan resepsi selesai. Qilla langsung menarik paksa Ayesha. Ibu hamil muda itu mengajak Ayesha masuk ke dalam kamar Dehandar yang sudah jadi kamar Qilla juga bila menginap. Rumah Qilla sebenarnya terletak tidak jauh dari rumahnya Ardan dan Rumaysha. Back to topic, Qilla memastikan keadaan aman terlebih dahulu. Sebelumnya dia sengaja menuliskan sebuah tulisan di kertas, lalu menempelkannya di depan pintu.
'LAGI SBK, JANGAN MANGGIL. KL PENTING WA AJA!'. Qilla berani menuliskan seperti ini karena sudah membaca situasi. Rumaysha dan Ardan sangat tidak mungkin datang ke sini. Karena mereka sibuk dengan kedua cucu mereka. Kalau tidak adik-adiknya yang kurang adab, maka Dehan yang memungkinkan akan mengetuk pintu. Berhubung ada misi rahasia sesama istri, Qilla butuh waktu.

"Amanlah besti," kata Qilla.

Ayesha hanya menatap tingkah kakak iparnya. Dia memilih duduk di atas karpet bulu berwarna abu, rasanya tidak sopan bila duduk di tempat tidur orang lain.

Brak

Dengan santainya Qilla mengeluarkan koleksi gaun tidur malamnya yang masih baru. Ada enam baju. Bahannya tipis-tipis dan menerawang semua. Ada warna merah marun, hitam dan navy. Ayesha menahan napas melihatnya. Dia tidak polos-polos amat sampai tidak paham ini baju apa. Tentu saja ini pakaian dinas yang biasa digunakan oleh para istri untuk suaminya.

"Qill?" kata Ayesha susah payah bicara.

"Buruan, Cha. Ambil, tapi kalau bisa jangan yang warna maroon. Kesukaan abang kamu soalnya," ucap Qilla kelewat santai. Help, bagaimana dia bisa sesantai itu? Padahal Ayesha rasanya malu luar biasa.

"Kamu serius suka pakai baju beginian?" Yang Ayesha tahu, selera berpakaian Qilla kan agak tomboy. Biasanya kalau di dalam rumah, hanya pakai celana selutut dan kaus polos.

"Tiap malem aku pakai, kalau di kamar aja. Kalau depan anak-anak, aku pakai baju yang sopan. Kalau depan ayang mah, sengaja pakai baju enggak sopan. Biar makin kesengsem," jawab Qilla membuat Ayesha kehilangan kata-kata. Bingung mau jawab apa. Newbie nih.

"Aku pikir Abang ...." Ayesha tak mampu melanjutkan ucapannya.

"Ya elah, Cha. Abang kamu 'kan manusia. Meskipun cuek dan irit bicara gitu, dia lurus. Punya hawa nafsu kayak manusia pada umumnya. Kagak belok, wajarlah. Nah justru itu, sebagai perempuan kita mesti pinter. Belajar jadi istri smart, harus bisa bersaing sama cewek-cewek di luar sana yang gemar memperlihatkan auratnya. Toh kalau kita kayak gitu, asal cuman depan suami aja. Jadi pahala, sekaligus bikin suami makin bucin," terang Qilla.

(Bukan) Rumah Singgah Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang