Sebagian besar masakan Seung Gi telah dingin kala Seung Gi dan Suzy mulai menikmatinya. Pembicaraan mereka sebelum makan malam terbilang berat sehingga makan malam itu harus tertunda sejenak. Namun, setidaknya, ujung pembicaraan mereka berakhir manis dan sesuai harapan. Keduanya sepakat untuk menjalin hubungan dan menghadapi apapun risiko ke depannya bersama-sama. Sisa malam itu pun terasa lebih hangat setelah saling jujur dengan perasaan mereka masing-masing.
Setelah menyelesaikan makan malam mereka, Suzy merapikan meja makan, sementara Seung Gi mencuci alat makan yang kotor. Awalnya, Suzy berniat menyelesaikan semuanya, tetapi Seung Gi melarangnya mengingat gadis itu baru saja pulang dari kunjungan ke restoran di distrik lain dengan menyetir sendiri yang tentu saja cukup melelahkan. Seung Gi meminta gadis itu untuk membereskan meja makan, sebuah pekerjaan sederhana tetapi setidaknya tidak membuat Suzy merasa bersalah karena tidak membantu apa-apa.
Usai urusan dapur selesai, keduanya kembali duduk bersama di sofa ruang utama sambil menyesap kopi yang dibawa Suzy. Tak lagi panas memang, hanya hangat-hangat kuku yang masih tersisa. Namun, lagi-lagi, kebersamaan mereka membuat kopi itu tetap terasa nikmat.
"Kau yakin tidak ada keluhan apapun? Pusing atau nyeri misalnya?"
"Masih sedikit pusing, tapi kau tak perlu khawatir, besok pagi pasti sudah membaik."
"Seandainya besok sakitnya tidak berkurang atau ada keluhan lainnya, sebaiknya kau ke rumah sakit. Pemeriksaan di rumah sakit pasti lebih detail dibanding di klinik. Kalau kau butuh diantar, kabari aku saja. Aku tidak ada pekerjaan besok selain memantau kalau-kalau ada sesuatu di restoran atau di kedai."
"Aigoo, tenang saja. Ini hanya luka kecil. Kau tidak perlu terlalu khawatir."
"Luka kecil apanya? Lebammu terlihat parah begitu," Suzy tak terima dengan pernyataan Seung Gi. "Dia pasti memukulimu dengan sekuat tenaga."
"Entahlah, sepertinya iya. Darah dari mulut dan hidungku cukup banyak tadi. Mungkin karena dia memukuliku keras-keras beberapa kali di wajah, dada, dan perut."
"Kau tidak membalasnya sama sekali?"
"Ck, mana berani aku memukuli bosku sendiri? Aku juga sadar diri kalau aku berbuat salah."
"Apanya yang salah? Karena kau mendekatiku meskipun kau tahu kalau aku dijodohkan dengannya? Ayolah, itu bukan kesalahan. Sejak awal aku sudah menolak perjodohannya dan aku juga mengatakan itu kepadamu. Wajar kau mendekatiku karena memang ada kesempatan. Hae Jun saja yang terlalu percaya diri kalau aku akan mau menikah dengannya," Suzy menggerutu kesal. Seung Gi terkekeh pelan.
"Tetap saja, di mata Sajang-nim aku adalah pengganggu dalam rencana perjodohan kalian dan harus segera disingkirkan," Seung Gi menyanggah.
Suzy menghela napas pendek, masih sambil menatap wajah Seung Gi yang lebam-lebam. Ia bisa mengerti mengapa Seung Gi tidak membalas serangan Hae Jun. Walau bagaimanapun, Hae Jun adalah bos dan Seung Gi adalah bawahan. Seung Gi juga telah menjadi orang kepercayaan Keluarga Park. Dengan belum adanya status jelas antara Seung Gi dan Suzy, Seung Gi belum punya alasan kuat membela diri atau mempertahankan perasaannya pada Suzy.
Setidaknya, itu yang Suzy pahami.
"Tidak adakah satupun pegawaimu yang melihat kau terluka begini?"
"Tidak. Aku sengaja keluar masuk lewat pintu belakang agar tidak ketahuan. Kalau mereka tahu, pasti mereka akan bertanya. Aku malas menjelaskan sesuatu yang tidak perlu mereka tahu, apalagi ini melibatkan Sajang-nim."
Satu helaan napas berat kembali terdengar dari Suzy, entah untuk ke berapa kali. Wajah gadis itu menyiratkan kekhawatiran. Seung Gi tersenyum tipis, lantas meraih tangan Suzy dan mengusapnya lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
LATIBULE (Lee Seung Gi x Bae Suzy)
Hayran Kurgu[LENGKAP] Bae Suzy, putri ketiga keluarga Bae, salah satu keluarga konglomerat yang eksistensinya sangat diperhitungkan di Korea Selatan, mulai menyadari bahwa hidupnya hanya mengikuti aturan yang dibuat oleh keluarganya. Keinginan untuk memberontak...