LATIBULE (Lee Seung Gi x Bae Suzy)

13 - Tenang Sebelum Badai

Belakangan ini, Mokpo menjadi kota yang cukup populer. Kota pelabuhan yang terletak di barat daya Korea ini memiliki jumlah penduduk yang terus meningkat. Setiap tahunnya, wisatawan domestik maupun mancanegara banyak memilih Mokpo sebagai tujuan wisata. Kota ini juga semakin sering menjadi lokasi syuting film, drama, maupun acara ragam yang membuat popularitasnya terus meningkat.

Sore itu, usai menempuh perjalanan 300 km lebih dengan kereta, akhirnya, Lee Ju Hyun tiba di Stasiun Mokpo. Secarik kertas terus digenggam olehnya. Kertas itu bertuliskan sebuah alamat lengkap milik sang mantan istri, Moon Ji An. Sudah cukup lama ia menyimpan alamat itu, sayangnya, keberaniannya untuk bertandang baru mulai menguar beberapa waktu terakhir. Rasa bersalah membuatnya terus mengingkari keinginan untuk menemui wanita yang sampai detik ini masih menyita tempat di hatinya.

Ju Hyun mencegat taksi setelah keluar dari area stasiun. Tak sampai setengah jam, taksi itu tiba di area perumahan tempat Ji An tinggal. Ju Hyun meminta turun di gang masuk area perumahan itu. Ia memilih mencari rumah Ji An dengan berjalan kaki agar ia bisa sedikit mengulur waktu.

Tak sulit menemukan rumah Ji An, lokasinya hanya beberapa meter dari gang utama. Langkahnya memelan seiring dengan terkikisnya jarak antara ia dan gerbang utama rumah itu. Ada kelegaan saat melihat kediaman sang mantan istri. Sekalipun tidak sebesar rumah mereka dulu, tetapi, hunian itu sangat-sangat layak. Ju Hyun senang Ji An tetap dapat hidup dengan layak tanpa kehadirannya.

Satu helaan napas panjang diambil oleh Ju Hyun sebelum menekan bel gerbang masuk. Ia berusaha meredam detak jantungnya yang tak menentu. Sudah dua puluh tahun sejak ia mengambil keputusan terbodoh dalam hidupnya yang membuatnya harus kehilangan segalanya. Seperti apa Ji An sekarang? Masihkah ia secantik dulu? Akankah Ji An menyambut kedatangannya dengan senyuman yang selalu membuat hatinya hangat? Bagaimana kabar putra semata wayang mereka? Seung Gi pasti telah menjadi pria dewasa yang siap pasang badan untuk melindungi Ji An.

Ah ya, jangan lupakan soal suami Ji An. Ju Hyun telah tahu soal pernikahan sang mantan istri dengan pria bernama Jung Yo Joon dan telah memiliki anak dengan pria itu. tahun-tahun yang dilaluinya sendirian dipenuhi harapan agar suami baru Ji An memperlakukan Ji An dan Seung Gi dengan baik.

Detak jantungnya semakin cepat kala mendengar gerbang utama dibuka. Siapa yang menyambutnya pertama kali? Ji An? Seung Gi? Atau justru ... suami barunya?

Perlahan, sosok Ji An muncul di hadapannya. Ju Hyun terpaku. Wanita itu tak banyak berubah sekalipun telah dua puluh tahun berlalu. Ji An masih sama cantiknya. Kerutan di wajahnya masih wajar untuk usianya sekarang, bahkan tak akan terlihat dengan sedikit riasan saja. Ji An benar-benar hidup dengan baik sejak berpisah dengannya.

Mungkin perpisahan itu memang jalan terbaik. Keadaan Ji An tidak akan sebaik ini jika tetap bertahan bersamanya.

"Ji ... Ji An-ah ..." Ju Hyun terbata. Kedua belah matanya terasa basah melihat wanita yang dicintainya berdiri di hadapannya setelah dua puluh tahun tak saling bersua.

Ji An tak menjawab. Ia masih berdiri dengan berpegangan erat dengan gerbang. Perasaannya campur aduk. Marah, iba, hingga rindu saling berebut tempat pertama hingga membuatnya membisu. Ia tak pernah berpikir Ju Hyun akan kembali, atau bahkan sebatas menemuinya. Tak pernah sekalipun terlintas di benaknya Ju Hyun akan mencarinya. Baginya, Ju Hyun telah mati. Ji An menganggapnya begitu agar ia lebih mudah melupakan pria yang telah memberinya seorang putra itu.

Kini, pria yang dianggapnya mati itu muncul di hadapannya, dengan keadaan yang jauh berbeda dengan saat terakhir kali mereka bertemu. Tubuhnya yang semula tampak gagah, kini telah menjadi kurus. Wajah pria itu tak lagi terlihat lebih muda dari usianya.

Sepertinya, hari-hari yang dilalui Ju Hyun dalam kesendiriannya sangat-sangat berat.

"Lama tidak bertemu ... Ju Hyun-ah ..." ucap Ji An dengan suara bergetar. Ju Hyun tersenyum dengan tatapan lekat pada wanita di hadapannya itu.