Si manis terbangun dengan aroma sup ayam dan susu vanilla. Dapat ia lihat sosok yang membuat ia terus tersenyum beberapa hari ini sedang menyimpan baju miliknya di dalam lemari baju.
Biasanya ia lakukan sendiri, seperti mencuci baju, melipat dan menyimpan baju itu sendiri. Chenle ingin saja membantu tapi lelaki Park itu memaksa agar ia tetap di atas ranjang saja.
"Sayang kenapa tidak sarapan?" tanya berjalan ke arah si manis itu sambil mengulang lengkap kaos hitamnya sampai ke lengan. "Mau ku suapkan"
"Aku makan sendiri saja"
"Baiklah seperti aku akan kembali ke kantor"
"Suapi aku!"
Ayolah. Jisung tidak akan ke kantor untuk hari ini.
"Bukannya kau bisa sendiri"
"Ji bayi kita yang meminta bukan aku"
"Baiklah nyonya kecil"
"Jisung~"
"Oke-oke"
Di ambilnya mangkok itu dan mulai menyuapi kesayangannya ini. "Ji apa kau tau dalam rumah tangga pasti ada namanya badai kau janji kan tidak akan meninggalkan sendiri di dalam badai itu?"
"Tidak ada yang berani membuat badai dalam rumah tangga kita sayang. Aku janji kau akan terus bahagia apapun masalah nanti"
"Meski nyawa jadi taruhan nya"
"Jika itu bisa membuatmu bahagia akan ku lakukan asal kau bahagia maka tidak apa"
"Aku tidak sejahat itu sampai membuat Daddy Jie ini pergi begitu saja."
"Aaaa makan yang banyak agar kau dan bayi kita sehat"
"Iya daddy"
Jisung mengepalkan tangannya sendiri berusaha manahan gemas terhadap si manis di depannya ini. Semakin malam mangkuk berisi sarapan itu habis.
Dengan pelan Jisung memberikan susu khusus ibu hamil pada Chenle. "Mandi aku akan menunggu di bawah jangan lupa gunakan jas yang kita beli kemarin"
"Hah? Bukannya tanggal pernikahannya masih lama ya Ji"
"Gunakan saja"
"Baiklah"
Tapa rasa curiga akhirnya si manis berjalan kedalam kamar mandi sedangkan Jisung mulai mengganti bajunya.
Tangannya merogoh saku celana jeans miliknya dan mengirimkan pesan pada anak buahnya. Sambil menunggu si manis mandi Jisung terus menatap lembaran kertas di atas meja nakas.
Kertas yang sudah tidak polos lagi karena sudah di isi dengan gambaran si manis. Yang berisi keluarga bahagia ia harap mereka bisa seperti itu.
Selesai dengan kegiatan mandinya dan sudah memakai jas miliknya sendiri. Chenle langsung saja berjalan ke arah Jisung untuk keluar rumah bersama.
Ia sedikit mengerutkan keningnya karena tidak menemukan siapapun di dalam rumah. Bahkan pesan yang ia kirim pada Jaemin tidak ada di balas.
"Kita akan kemana?"
"Kau lihat saja nanti kau akan bahagia dan terus bersamaku"
"Baiklah"
Mobil yang keduanya naiki sudah melaju dengan kecepatan rata-rata. Di dalam mobil si manis tidak berhenti mengelus lembut perutnya dan mengajak sang bayi berbicara dengan random.
Tidak sampai berjam-jam sekitar tiga puluh enam menit saja. Ia dan Chenle sudah sampai di tempat tujuan mereka.
Gereja?
Untuk apa mereka ke gereja apa?
Chenle sudah bertanya sebanyak-banyaknya apapun pasti hanya di balas dengan senyum tipis itu. Sangatlah menjengkelkan.
Matanya membulat lucu karena melihat begitu banyak tamu orang di dalam gereja itu. Dan disana ada ayah dan ibunya, bahkan eomma Jisung juga ada.
"Ji ini? Maksud mu kita menikah sekarang?"
"Iya untuk apa menunggu lagi aku takut pergi sekarang ayo"
Chenle hanya bisa tersenyum kecil dan pipi yang merona dengan sendirinya. Di samping ada Jisung dan Lucas, sepertinya ayahnya mempercayai Lucas untuk mengantarkan ia ke altar.
"Jaga baik-baik adikku"
"Hmm"
Terlihat begitu jelas jika Chenle lah yang paling gugup di sini. Ia terus memandang ibunya dengan bahagia ia percaya bahwa ia akan menikah sebelum Lucas.
Janji kecil yang mereka buat ternyata terwujud.
"Di hadapan Tuhan saya Park Jisung mengambil engkau Zhong Chenle untuk menjadi istri saya, untuk saling menjaga dan memiliki dari sekarang sekarang, sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupun senang, sakit maupun sehat, miskin maupun kaya. Saling menghargai dan menyanyangi sampai maut memisahkan kita, Saya Park Jisung berjanji segala milik saya adalah milik engkau "
"Di hadapan Tuhan saya Zhong Chenle mengambil engkau Park Jisung untuk menjadi suami saya, untuk saling menjaga dan memiliki dari sekarang, sampai selama-lamanya. Pada waktu susah maupunkaya, sakit maupun sehat, miskin maupun kaya. Saling menghargai dan menyanyangi sampai maut memisahkan kita, Saya Zhong Chenle berjanji segala milik saya adalah milik engkau"
Kebahagiaan yang selalu abadi dalam hidup Chenle maupun Jisung. Tidak akan ada yang bisa mengganti kebahagiaan Jisung pada Chenle maupun sebaliknya. Karena semesta Jisung adalah Chenle dan Jisung adalah hidup Chenle.
Ending
KAMU SEDANG MEMBACA
My Miliarder Husband [Jichen]√
RomanceChenle tak pernah berpikir untuk berurusan dengan orang kaya. Walau hidup di kalangan pembisnis seperti pamannya tidak membuat ia harus berurusan dengan orang kaya. Tapi karena lamaran kerja miliknya yang membuat kopi pemilik perusahaan itu tumpah...