Chapter 6

572 50 15
                                    

MULAI PERANG

~HAPPY READING~

⊂⊃⊂⊃⊂⊃⊂⊃⊂⊃⊂⊃⊂⊃

Tok tok

Hening 

Tidak ada balasan. Lidya tidak menyerah, Dia mencoba lagi.

Tok tok tok

Hening sesaat lalu sebuah suara terdengar.

"Masuk."

Dengan perlahan Lidya membuka pintu tersebut. Terlihat sosok dua pria yang tengah menatapnya saat ini. Pria dengan rambut coklat pucat dengan beberapa kertas ditangannya tengah berdiri didepannya. Satu lagi adalah pria dengan wajah rupawan yang tengah menatapnya tajam sedang duduk tepat menghadap kearahnya. 

Lidya tidak memasang ekspresi apa-apa, hanya raut datar andalannya. sedangkan pelayan yang dibawanya sedang gemetar tidak berani mengangkat wajahnya.

Hening cukup lama

Tidak ada yang ingin membuka suaranya. Semuanya diam dan hanya saling menatap tanpa banyak pergerakan seolah hukum mengatakan Kau gerak, kau kalah. Oliver bahkan sampai keringat dingin berada disituasi ini. Ada apa dengan mereka.. Batinnya.

Kenapa aku terjebak diantara orang-orang berwajah dingin ini?!!

Sepertinya salah satu pria berniat mengalah. Dia terbatuk pelan menghilangkan suasana canggung ini.

"Ehem.. Ada apa nona datang kemari? Apakah ada sesuatu yang nona butuhkan?" Tanyanya dengan senyum  ramah.

Diam sejenak "Tidak ada. Saya hanya sedikit merindukkan ayah saya. Sudah lama rasanya tidak bertemu beliau semenjak saya sakit, mungkin pekerjaannya sebanyak itu hingga tidak bisa meluangkan waktunya untuk menjenguk putrinya yang sedang sakit. Namun saya bisa memakluminya." Ucap Lidya diikuti senyuman.

Duke merasa tertohok dengan sindiran tersebut. Hendrick sebagai asistennya berdehem pelan menyadari sindiran tajam barusan. Terlebih melihat senyum Lidya yang entah kenapa sayang tidak nyaman untuk dilihat. Seperti senyuman yang penuh akan paksaan dan terlihat mengerikan.

"Ehem seperti yang nona ucapkan, tuan duke memang memiliki banyak kesibukan akhir-akhir ini karena itu belum bisa menemui nona sementara ini. Namun tuan duke selama ini telah memantau perkembangan nona melalui tabib dan pelayan, jadi meski ditengah kesibukan pun tuan duke tetap memperhatikan nona." Jelasnya

Lidya memasang raut berfikir "Sepertinya ayah dan tuan Hendrick sangat mempercayai pelayan disini ya.. hingga perkembangan putrinya benar-benar diserahkan pada orang lain."

Ladi-lagi Lidya memasang wajah tersenyum "Kalau begitu tidak ada yang bisa saya lakukan disini, Keperluan saya sudah selesai. Kalau begitu saya permisi... Terimakasih dan maaf mengganggu waktu sibuk anda, Duke." Lidya tanpa pamit langsung melenggang pergi meninggalkan ruangan itu. Oliver sendiri buru-buru menunduk hormat lalu mengikuti nonanya.

Oliver membatin 'Apa dia bodoh!? Setelah menyindir duke habis-habisan gadis bodoh ini pergi begitu saja tanpa memberikan salam! Benar-benar tidak mempunyai etika!' Umpatnya dalam hati.

Become the duke's adopted daughterTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang