Happy reading 🌹
Gadis berpakaian setengah basah itu berjalan lemas, kepalanya terasa berat. Apapun yang dilihatnya berbayang bayang.
Jeno yang baru saja pulang dari kampus itu terkejut kala adiknya berjalan tak tentu arah.
"Lo kenapa?" Jeno mengangkat Ghea, membawanya ke kamar gadis itu.
"Bang.. Ghea mau ketemu sama Jay... Tapi kapan?!"
Jeno mengacuhkan kalimat yang keluar dari mulut Ghea, rasanya bagai di cambuk. Entah lah ia merasa perasaannya selama ini salah, tak seharusnya ia menyukai adiknya sendiri.
Sesampainya di kamar gadis itu, Jeno langsung membukanya dan membaringkan Ghea. Memanggil Bi Diah untuk mengganti baju Ghea yang basah.
"Bi, Jeno minta tolong ganti baju Ghea yah. Takutnya masuk angin."
"Siap den."
Jeno duduk di kasurnya, ia tak menutup pintu kamar. Posisi kamar mereka berhadapan sehingga Jeno bisa dengan mudah tau kapan Bi Diah keluar dari kamar Ghea.
"Den, si adek demam. Boleh tolong bawa kotak obatnya kesini ga den?"
"Sebentar bi."
Jeno langsung saja mengambil kotak obat yang ada di atas kulkas rumah mereka. Ia memberikan kotak obat itu pada bi Diah dan mengabari Jaemin lewat telfon.
"Halo Jaem, dateng ke sini Ghea sakit."
"Oke"
Tak sampai dua menit Jaemin sudah masuk ke rumah mereka. Langsung saja ia naik ke atas menuju kamar Jeno.
Bunda kemana? Bunda jarang pulang, tugas di rumah sakit makin padat. (╥﹏╥)
"Kenapa Ghea bisa sakit?"
"Gue ga tau tadi pas pulang dia udah sempoyongan begitu. Kayaknya dia kehujanan lagi."
Yah bukan hal aneh melihat adik mereka pulang karna kehujanan, tapi kali ini sampai sakit.
"Lo ada kabar soal Jay? Gue ga tahan liat Ghea terus-terusan gini Jen."
"Lo pikir cuma lo yang ga tahan liat dia gini?"
"Jen, lo harus sadar Ghea adik kita. Bukannya dulu kita udah janji supaya ga jatuh cinta sama Ghea? Gue tahu bukan hal mudah tapi kalo terus gini lo buang-buang waktu lo, Karina temen kita dia sayang sama lo. Tulus. Kenapa ga sama dia aja?"
Jeno mengepalkan tangannya, menahan emosi yang tertahan sejak tadi.
"Cinta ga bisa di paksain Jaem! Lo ga tau yang gue rasain selama ini!"
"Jen, gue tahu. Gue tahu karna gue juga sama kayak lo!! Gue juga suka sama Ghea!"
"Jaem?"
"Udah lah lupain, kita sekarang fokus sama Ghea aja. Dia ADEK kita, kita cintai layaknya saudara. Bukan pasangan."
Jeno menghela nafas nya lalu mengangguk, ia memeluk Jaemin.
"Udah ga usah sedih, susah Jen gue tahu tapi kalo kita terus gini persaudaraan kita malah renggang."
Jaemin menepuk pundak Jeno, membiarkan saudaranya itu tenang.
"Bang..."
Samar-samar terdengar suara lemah memanggil, Jeno dan Jaemin segera masuk ke kamar Ghea.
"Bibi keluar dulu ya den."
"Iya bi."
Jeno dan Jaemin duduk di antar Ghea, memegang tangan kecil gadis itu. Tak kecil namun mungil di tangan mereka berdua.

KAMU SEDANG MEMBACA
𝚝𝚑𝚎 𝚕𝚒𝚝𝚝𝚕𝚎 𝚏𝚘𝚡
Short Story"Aduhh, hati-hati dongg kaki Ghea sakit." "Sorry, gue ga sengaja. Lain kali jalan itu di pinggir jangan di tengah." "Kamu yang salah ko malah aku yang dinasehatin?"