"U-ugh.." Ketika aku membuka kembali, yang pertama aku lihat adalah ruangan bercat serba putih yang pastinya aku tahu tempat ini dan yang kedua adalah aku melihat Fang yang sedang duduk disampingku.
Dia sedang makan donat lobak merah(wortel) kesukaannya.
Saat ia sudah tahu kalau aku sudah sadar dia pun bertanya "Hei Hali. Kau baik baik saja?"
"Ya. Aku baik." Jawabku.
"Apa yang kau lakukan disini? Bagaimana kalau bel masuk sudah berbunyi nanti?" Tanya ku kepadanya karna ia masih ada disini dan aku takut kalau bel masuk sudah berbunyi dan dia akan di marahi nanti.
"Kau tahu? Ini sudah waktu istirahat yang kedua. Dan kenapa aku disini, tentu saja aku mengakhawatirkanmu!!" Ujar nya dengan wajah yang seperti nya khawatir dengan ku.
"Hei. Bukankah aku sudah bilang? Tidak usah mengkhawatirkan diriku. Untuk apa kau mengkhawatirkan diriku? Aku tidak mau kau kerepotan. Sama seperti orang lain yang bilang aku merepotkan dan menganggapku beban." Ujar ku panjang dan lebar.
"Itu orang lain tapi tidak dengan ku. Aku sudah menganggap mu sebagai saudara ku sendiri Hali. Dan tentu saja aku sangat mengkhawatirkan mu. Aku sama sekali tidak merasa direpotkan olehmu." Balasnya.
Aku hanya diam saja dan tidak memberikan reaksi apa pun kepada nya.
"Apa aku boleh menginap di rumah mu nanti malam?" Tanya Fang.
"Tidak masalah." Jawabku singkat.
"Kau mau?" Tawar Fang yang menyodorkan donat lobak merahnya ke arah ku.
"Tidak. Terima kasih." Tolak ku sambil menjauhkan donat milik nya dari ku.
"Kau ingin ke Rumah Sakit dulu nanti? Periksa keadaanmu sekalian tanya apakah kepala mu baik baik saja." Ujar Fang.
"Oh ya. Aku lupa kalau kepala ku pecah." Hanya itu balasanku sambil memegangi kepalaku yang diperban.
"Jika kepalamu pecah, maka kau sudah pergi dari dunia ini." Sahut Fang dengan reaksi wajah yang tidak seperti biasanya.
-------------------------
"APA!!!! SUDAH STADIUM 4!!!!"
Begitulah teriakan Fang dengan suara melengkingnya yang bisa membuat bumi meledak karna suara miliknya.
Bahkan aku dan sang dokter pun sampai menutup kedua telinga kami dengan sangat erat agar kedua telinga kami tidak pecah akibat teriakan si landak ungu itu.
"Kau bercanda 'kan dok?! Maksudnya baru beberapa bulan lalu diperiksa kau bilang penyakitnya baru stadium 2." Ujar Fang.
"Kau salah dengar kali Fang." Sahut ku.
"Salah dengar apa?! Kau sendiri yang bilang 'kan?!!" Bentak nya yang membuatku sedikit takut.
Fang yang menyadari raut wajahku akibat bentakkan nya langsung meminta maaf kepada ku.
"Waktu itu 'kan aku bilangnya sudah di stadium 3. Mungkin yang kau dengar stadium 2." Jelasku.
"Baiklah. Saranku adalah jangan terlalu stres dan sering makan buah buahan. Dan jangan sampai kehabisan obat." Ujar sang dokter.
"Baiklah dok." Balasku.
"Dan ini obatnya." Ucap dokter sambil memberikan obat kepada ku.
"Baiklah. Terima kasih ya dok." Ucap ku seraya menerima obat yang diberikan oleh sang dokter.
"Kami pamit dulu." Aku dan Fang pun keluar dari ruangan dokter tadi dan Rumah Sakit itu.
------------------------
"Aku datang." Salam ku ketika memasuki sebuah kafe.
Jika kalian bertanya apa yang kau lakukan disana, jawabannya adalah aku bekerja sebagai pelayan kafe ini.
Karna keluarga ku tidak memberi ku uang sama sekali,jadi aku bekerja paruh waktu tanpa sepengetahuan mereka.
"Hai. Astaghfirullah! Kepalamu kenapa Hali?!" Tanya gadis berjilbab pink yang bekerja di kasir bernama Kak Yaya.
Kenapa aku memanggilnya kakak? Karna usia nya jauh di atasku.
"Tidak ada. Kepala ku hanya terbentur di sisi wastafel toilet sekolah." Jawabku.
Oh iya. Fang juga ikut dengan ku dengan alasan untuk menjaga ku.
"Benarkah? Apa perlu aku bilang kepada bos agar kau diizinkan cuti beberapa hari?" Tanya kak Yaya.
"Tidak perlu. Ini hanya cedera biasa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Balasku sambil memakai seragam pelayan kafe.
Tring...
Wah! Ada pelanggan datang. Akupun langsung menghampiri dua pelanggan yang sudah duduk di mejanya.
"Selamat datang. Namaku Halilintar. Kalian bisa memanggilku Hali. Silahkan pesan apa yang kalian mau. Jika sudah selesai, silahkan panggil saya." Ujar ku dengan senyuman yang lalu berlalu dari situ.
Tapi,baru beberapa langkah aku sudah dipanggil oleh salah saru dari pelanggan tersebut.
"Iya? Apa yang bisa saya bantu?" Tanya ku yang kembali menghampiri kedua pelanggan itu.
"Nama mu tadi Hali ya? Apa kepala mu baik baik saja?" Tanya salah satu dari pelanggan itu.
"Oh ini. Iya. Kepala ku baik baik saja. Jangan khawatirkan aku." Balas ku.
"Baiklah. Kalau begitu apa aku bisa pesan kopi mocachino nya 2, spagethi pedas nya 2 sama disert rasa coklatnya 2." Ujar pelanggan tadi sedangkan aku mencatat pesanan nya.
"Baiklah. Mohon di tunggu. Pesanan anda sedang di buat." Ucap ku dengan sopan. Kalau tidak sopan bisa bisa aku kena pecat sama bos nanti.
"Baiklah. Aku akan menunggu." Balas pelanggan itu.
Aku pun membungkuk sebentar lalu pergi ke dapur untuk memberikan pesanan dari sang pelanggan.
#Bersambung#
Note: Hanya mau bilang; tolong komen.
Bye👋👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Seperti Hantu Yang Tak Terlihat
RandomCerita ini mengisahkan tentang hidup seorang gadis yang bernama Halilintar. Ia seperti hantu yang tak terlihat di kehidupan keluarganya. Apakah Halilintar akan menghilang tanpa diketahui oleh keluarganya? Apakah Halilintar akan mendapatkan kasih sa...