"Ini pesanan nya." Ucap Hali sambil memberikan pesanan pelanggan ke atas meja bersama Fang karna pesanan yang sebanyak sampah yang ngga pernah di buang.
"Terima kasih." Ucap Ferio sambil tersenyum yang masih melakukan live streaming di channel youtube nya.
Setelah memberikan pesanan sang pelanggan, Hali memberikan nampan yang sedang ia bawa kepada Fang.
"Jika kau ingin kembali ke dapur, tolong kembalikan nampan ini juga. Aku mau duduk dulu sama kak Kaizo." Ujar Hali.
"Hah? Kak Kaizo? Mana?" Tanya Fang yang langsung melihat sekeliling mencari keberadaan kakak laki laki nya yang bernama Kaizo.
"Tu." Balas Hali sambil menunjuk lelaki yang sedang duduk di meja yang tidak jauh dari meja pelanggan yang merupakan youtuber dari Indonesia itu.
"Tapi, kenapa harus aku yang mengembalikan nampan ini?" Protes Fang.
Halilintar pov
"Tapi, kenapa harus aku yang mengembalikan nampan ini?" Protes Fang kepada ku karna aku meminta tolong mengembalikan nampan yang ku bawa.
"'Kan sekalian kau kembali ke dapur Fang." Sahut ku.
"Kaki ku sudah mati rasa. Aku ingin istirahat sebentar agar pulang nanti aku bisa bertahan dalam pertempuran di rumah nanti." Cibir ku sambil berjalan menghampiri meja yang sedang dihuni oleh kak Kaizo. Kakak laki laki Fang yang juga baik kepada ku dan bisa di bilang sifatnya sebelas dua belas sama Fang.
"Hah? Bertahan dari pertempuran di rumah?" Ucap Fang yang sedang loading dengan cibiran ku barusan lalu kembali ke dapur untuk mengembalikan nampan tadi.
Boleh lah ya istirahat dulu sambil menunggu semua pelanggan pergi lalu kembali melayani semua pelanggan yang sedang menunggu.
Aku pun duduk di kursi berhadapan dengan Kak Kaizo lalu menghela nafas lalu membanting kepala ku di atas meja.
"Hei Hali. Kau baik baik saja?" Tanya Kak Kaizo.
"Seperti yang kau bilang. Aku baik." Jawab ku dengan kepala yang ku letakkan di atas meja.
"Kepalamu kenapa?" Tanya Kak Kaizo lagi.
"Tidak ada. Seperti biasa. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan." Balas ku.
"Lagipula karna aku lah ayah pergi dan karna aku lah seluruh keluarga ku sudah tidak bisa tersenyum lagi." Lanjut ku.
"Karena hal itu juga mereka sudah tidak pernah menganggap ku ada lagi. Mereka menganggap ku ada paling hanya untuk menyiksaku ." Ujar ku lagi.
"Tapi, setidaknya masih banyak orang yang masih menganggap mu ada Li." Sahut Kak Kaizo.
"Ya aku sungguh bersyukur. Karna masih ada banyak orang yang masih menganggapku ada." Ujar ku lagi.
Lalu tiba tiba saja ada orang berlari kearah kami berdua lalu tiduran di lantai dekat meja yang digunakan oleh Kak Kaizo dan aku.
"Lah? Fang? Kau kenapa?" Tanya ku sambil melihat kebawah meja. Dan ternyata itu adalah Fang.
Sentak Fang pun langsung berdiri dan bertanya"Hei Hali. Apa kau tidak lelah bekerja melayani semua pelanggan ini?"
"Awal nya sih seperti itu. Tapi, lama kelamaan aku menjadi terbiasa." Jawabku sambil tersenyum dan mengikat rambutku lagi menggunakan pena ku.
Memang pena ku ku gunakan dua fungsi. Sebagai alat untuk menulis dan mengikat rambutku karna memang aku sedang malas membeli ikat rambut karna takutnya nanti rambut rontok dan terikat di ikat rambut ku. Itu lah kenapa selama ini aku memakai benda panjang seperti pena untuk mengikat rambutku. Bahkan sumpit yang ada di rumah makan atau restoran aku beli untuk mengikat rambut ku.
"Hei Hali. Kenapa kau mengikat rambut mu menggunakan pena? Kau tidak memiliki ikat rambut?" Tamya Fang.
"Tidak ada. Aku tidak memiliki ikat rambut karna aku takut kalau rambut ku rontok dan terikat di ikat rambutnya. Jadi aku menggunakan benda panjang untuk mengikat rambutku seperti sumpit dan pena." Jawabku panjang×lebar=L.
"Oh ya Hali. Kalau aku boleh bertanya.. Apa maksudmu dari 'bertahan dari pertempuran di rumah'?" Tanya Fang.
"Oh itu. Setiap kali aku pulang terlambat ibu ku selalu memarahi ku. Seperti kemarin. Aku pulang pada pukul 18.00. Baru saja aku masuk rumah, ibu ku sudah langsung memukul punggung ku menggunakan pemukul bisball. Untung saja tulang punggung ku tidak patah. Kalau sampai patah maka aku akan tidak berjalan karna tulang punggung ku patah." Ujar ku.
Fang dan Kak Kaizo hanya menyimak cerita ku tanpa mengeluarkan kata kata.
"Bukan itu saja. Setiap kali aku terlambat bangun sedikit pun, ibuku langsung menyiram ku dengan air dingin yang dinginnya bisa sampai -10°C. Tubuh ku seperti membeku. Di tambah lagi kakak ku. Ketika aku berbicara atau bertanya sesuatu pasti mereka akan langsung memarahiku bahkan memukul ku." Ujar ku.
"Kasihan sekali kau Hali. Ibu mu benar benar keterlaluan." Ucap Fang yang kelihatannya bersimpati kepada ku.
"Sudah lah. Ayah ku bilang kalau sudah saatnya nanti ayah ku akan menjemput ku." Ujar ku sambil tersenyum.
"Oh ya. Apa aku boleh menginap di rumah mu malam ini?" Tanya Fang.
"Boleh saja." Jawab ku sambil tersenyum tanpa tahu apa yang akan terjadi jika aku mengizinkan sahabat ku ini untuk menginap di rumah ku.
-----------------------
"Waahh.... Hali. Apakah ini rumah mu?" Tanya Fang yang terpukau ketika melihat rumahku.
Bagaimana tidak? Dia saja baru pertama kali ke rumah ku.
Baru saja aku membuka pintu depan rumah, aku di kejutkan dengan....
Ctak!!!!
Kaki ku di cabuk dari belakang dengan sangat keras.
Aku yang merasakan kaki ku yang mati rasa pun menjongkok dan memegang kaki ku yang baru saja di cabuk dengan sangat keras.
Lalu aku pun melihat kebelakang dan aku melihat pelaku yang mencabuk kaki nya. Dan itu adalah ibu ku atau aku menyebutnya dengan 'Wanita iblis'.
"KENAPA KAU PULANG TERLAMBAT HAH!!!!"
#Bersambung#
Akhirnya part 6 selesai juga.
Udah >800 kata.
Jangan lupa komen loh ya😉😉😉😉
Sampai ketemu lagi nanti👋👋
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Seperti Hantu Yang Tak Terlihat
RandomCerita ini mengisahkan tentang hidup seorang gadis yang bernama Halilintar. Ia seperti hantu yang tak terlihat di kehidupan keluarganya. Apakah Halilintar akan menghilang tanpa diketahui oleh keluarganya? Apakah Halilintar akan mendapatkan kasih sa...