Part 9

191 21 1
                                    

Sepulang sekolah aku langsung pergi ke Rumah Sakit di temani oleh Kak Kaizo dan juga ayah.

Sesampai nya di rumah sakit, kami langsung menghampiri tempat pendaftaran dan menuju ke kamar Hali.

Di tengah perjalanan kami bertemu dengan seorang dokter yang juga merupakan sahabat SMP ayah.

Ayah dan dokter itu berbincang bincang sambil sesekali bercanda ria sedangkan aku dan Kak Kaizo hanya bisa menyimak.

Setelah sampai di depan kamar Hali, dokter itu atau nama nya adalah Hayaru.

Clek

Bisa ku lihat Hali yang sudah sadar sedang membaca buku di ranjangnya sambil menyandarkan tubuh nya kepala ranjang yang tinggi nya sudah di sesuaikan.

"Assalamu'alaikum Hali." Salam ku yang lalu masuk bersama Kak Kaizo, ayah, dan dokter Hayaru.

Hali yang mendengar aku salam pun sontak menoleh dan tersenyum lalu menjawab salam ku "Wa'alaikumsalam." lalu menutup buku yang ia baca.

"Hai juga paman." Ucap Hali sambil melambaikan tangan nya dengan tersenyum manis.

Aku, ayah, dan Kak Kaizo pun tersontak karna Hali memanggil dokter Hayaru dengan sebutan 'paman'.

"Hali. Kenapa kau memanggil dokter Hayaru dengan sebutan 'paman'?" Tanya ku heran+penasaran.

"Oh.. Ternyata dokter Hayaru adalah paman ku. Dia adalah saudara ayah ku." Jawab nya dengan senyuman nya itu.

Entah kenapa hati ku merasa senang bisa melihat Hali tersenyum seperti itu. Biasa nya dia kalau di sekolah selalu murung. Terkecuali di kafe kemarin.

Dia selalu tersenyum manis kepada semua pelanggan tanpa luntur. Dia juga selalu melempar candaan kepada semua pegawai kafe ketika sedang beristirahat.

"Oh ya paman. Kenapa sejak lahir aku tidak pernah melihat mu?" Tanya Hali dengan wajah polos seperti anak kecil.

"Mungkin karna aku selalu bekerja dan tidak pernah berkunjung ke rumah mu." Jawab dokter Hayaru atau kami bisa memanggil nya paman Hayaru sambil mengelus elus kepala Hali.

"Em... Paman Hayaru. Apa aku boleh tanya sesuatu?" Tanya ku.

"Boleh saja." Balas paman Hayaru.

"Kenapa jika di sekolah Hali selalu murung sedangkan di kafe kemarin selalu tersenyum?" Tanya ku penasaran di angguki ayah dan Kak Kaizo.

"Hitoru bilang kalau Hali akan tersenyum jika ia merasa nyaman dengan orang yang ada di sekitarnya dan jika ia selalu murung maka ada yang menganggu pikiran nya atau ada sesuatu yang ia takuti.

Seperti Hali selalu tersenyum di saat dia berada di kafe. Itu berarti dia nyaman dengan orang orang yang ada di situ terutama bos atau pemilik kafe.

Jika dia selalu murung di sekolah, mungkin ada sesuatu yang terjadi pada diri nya. Sehingga membuat Hali ragu untuk sekolah." Jelas paman Hayaru panjang lebar.

"Oh iya. Pak Kepala Sekolah juga ada di sini?" Tanya Hali yang seperti nya baru menyadari kalau ayah juga ada di sini.

"Ah. Benar. Aku ikut menjenguk mu bersama Fang dan Kaizo kemari." Jawab ayah.

"Oh ya Hali. Buku apa yang kau baca itu?" Tanya ku sambil menunjuk buku yang sedang di pegang Hali.

"Ini? Buku yang paman pinjamkan kepada ku. Judul nya 'Adventure Together Five Best Friend's'. Ternyata paman punya selera yang bagus." Ujar Hali yang menunjukkan buku yang paman Hayaru pinjamkan kepada nya.

Kami pun melakukan kegiatan di kamar Hali seperti ayah yang sedang berbincang dengan paman Hayaru, aku dan Kak Kaizo yang sedang berbincang juga dengan Hali.

Fang pov end






















----------------------------

Author pov

Hari ini adalah hari yang cerah. Seperti biasa Fang berangkat sekolah lebih awal.

Saat di perjalan menuju sekolah ia bertemu dengan sahabat sejati+sejak kecil nya. Hali.

Author pov end

Halilintar pov

Hari ini aku belum di izinkan keluar dari Rumah Sakit. Tapi dari pada aku terus tiduran di ranjang, jadi aku kabur dari Rumah Sakit untuk sekolah.

Saat di tengah perjalanan ku yang menuju ke sekolah, aku melihat Famg begitu juga sebaliknya.

Fang pun langsung menghampiri ku dan kami melanjutkan perjalan kami bersama.

"Hei Hali. Bukankah kau beru di izinkan pulang minggu depan?" Tanya Fang.

"Akan sangat bosan jika selalu berdiam diri di ranjang. Jadi aku kabur dari Rumah Sakit." Jawab ku.

"Oh ya. Kau tidak mengikat rambut mu?" Tanya Fang lagi.

"Tidak." Jawab ku singkat.

"Kenapa? Apa kau mau aku belikan ikat rambut?" Tanya Fang lagi.

Oke. Jika Fang sekali bertanya, maka dia akan bertanya terus sampai mulut nya lelah bertanya.

"Sudah ku bilang tidak. Aku tidak terbiasa mengikat rambut ku menggunakan ikat rambut. Aku terbiasa memakai benda panjang seperti pena dan sumpit." Jawab ku panjang×lebar=L.

"Lalu, kenapa kau tidak mengikat nya dengan sumpit ataupun pena?" Tanya Fang untuk yang kesekian kali nya.

"Karna tadi rambut ku masih basah Fang. Jadi aku tidak mengikat nya. Lagi pula sumpit ku ada di rumah." Jawab ku lagi yang kesekian kali nya.

"Kenapa tidak menggunakan pena mu saja?" Oke. Kalau boleh berkomentar, aku ingin berkomentar kalau Fang sangat banyak tanya.

"Nanti temani aku ke koprasi." Ucap ku.

"Koprasi? Mau beli apa di sana?"

"Beli ular." Jawab ku asal agar Fang berhenti bertanya.

"Hei! Tapi 'kan di koprasi tidak ada yang namanya ular Li. Bisa bisa penjaga koprasi nya di makan nanti." Sahut Fang.

"Sudah tahu mau beli pena kenapa kau masih bertanya?" Tanya ku balik yang lelah karna harus menjawab semua pertanyaan yang Fang lontarkan.

"Oh.... Beli pena... Ya maaf kalau aku kebanyakan tanya." Ucap Fang.

"Iya. Tidak apa apa." Jawab ku sambil tersenyum kepada nya.

Dan akhirnya kami berdua pun sampai di sekolah dan langsung menuju ke kelas kami berdua.

Ya. Aku dan Fang satu kelas yaitu kelas 10A.

#Bersambung#

Aku mau bilang terima kasih buat yang udah baca buku ini dan yang udah nge vote cerita ini.

Sekian terima kasih dan sampai ketemu di part berikutnya👋👋👋👋

Aku Seperti Hantu Yang Tak Terlihat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang