Vania POV
Pagi hari ini tidak ada yang berbeda dengan pagi sebelumnya. Aku bangun lebih dulu dari Mas Erick lalu segera mandi untuk menghilangkan rasa pegal-pegal di tubuhku setelah semalam bercinta dengan suamiku.
Seperti biasa aku pun menyiapkan pakaian kerja untuk Mas Erick lalu lekas menyiapkan sarapan setelah urusanku selesai.
Hari ini aku ingin ke supermarket karena bahan-bahan di dapur sudah mau habis. Sebenarnya aku bisa ke pasar dekat sini, tapi kasihan Adam jika harus panas-panas di sana. Dia tidak bisa jauh dariku, kalau dititipkan ke keluarga ku atau keluarga Mas Erick, pasti Adam menangis.
"Vani."
Aku menoleh, suamiku tercinta muncul di dapur. Dia terlihat rapi dengan kemeja yang aku siapkan dan tentu saja selalu tampan.
"Vani masak nasi goreng, Mas. Ini bahan-bahan udah mau abis, hari ini Vani bawa Adam ke supermarket ya mas?"
"Iya," jawabnya singkat. Aku lagi-lagi menelan kepahitan karena Mas Erick sangat irit sekali bicara.
"Oh iya, mas... Vania boleh beli lingerie baru gak? Vania liatin ada yang modelnya seksi loh. Mungkin aja mas Erick mau liat kalo Vania pakek gituan," tanyaku sedikit menggodanya. Ya ya ya aku tahu, ini terdengar menjijikkan bagi sebagian perempuan tapi aku nekad melakukan ini demi mendapatkan perhatian suamiku.
"Terserah kamu, Vani." Sial, rupanya dia tidak peduli.
Cup!
Aku mencium pipi Mas Erick sebagai tanda terima kasih. Tidak apa-apa, yang penting dia tidak jahat kepadaku.
"Mas Erick sarapan ya, mas? Vania mau nyuci di belakang dulu."
"Hmm."
Aku melangkahkan kaki ke kamar mandi belakang yang cukup luas. Memang Mas Erick menyiapkan tempat ini untuk mencuci pakaian kotor.
Untuk kemeja kerja Mas Erick, biasanya aku cuci dengan tangan karena takut rusak jika ku campur dengan pakaian rumah. Ini juga meminimalisir kemejanya luntur. Karena kebiasaan ku ini, terkadang telapak tanganku jadi kasar.
"Ehm, ini kemejanya ada noda tinta. Kebiasaan deh Mas Erick," gumam ku sambil terus memisahkan pakaian-pakaian kotor.
Grep!
Aku menahan napasku saat kurasakan sebuah pelukan dari belakang yang erat sekali. Jantungku berdetak sangat cepat, merasa aneh karena Mas Erick tiba-tiba mendekap ku seperti ini.
"M-mas? Kenapa?" tanyaku. Jujur saja, rasanya seperti ada kupu-kupu di perutku. Terasa geli sekali.
"Kenapa godain saya tadi? Kamu kira itu gak mempan?" tanya Mas Erick. Ya ampun, ternyata dia tergoda juga. Aku kira tadi gagal, rupanya suamiku ini tergoda!
"Hihi, mas Erick bikin gemes aja deh. Vani kan tadi cuma nanya doang, emangnya siapa yang godain mas?" balasku jenaka. Dia membalikkan tubuhku lalu dengan mudah dia mengangkat ku ke atas mesin cuci. Karena Mas Erick lebih tinggi dariku, jadi posisi kami jadi sepantaran.
Kakiku dilebarkannya, dia berdiri sangat dekat sampai bisa aku rasakan aroma maskulin dari tubuhnya. Begitu lekat sekali dalam ingatan ku.
Tangan Mas Erick merayap dari paha, masuk ke dalam daster yang ku kenakan lalu meremas payudara kanan ku yang masih ditutupi bra menyusui.
Aku menggigit bibir bawahku, mulai tergoda dengan sentuhan panasnya yang selalu tidak bisa aku cegah. Mana aku tahu jika dia tergoda atau tidak, dia saja nyaris tidak punya ekspresi. Aku tadi cuma iseng menggodanya, tapi rupanya dia lemah juga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Suami Dingin [TAMAT]
RomanceWARNING! 🚫🚫🚫 DI BAWAH 21 TAHUN HARAP SEGERA MENYINGKIR! SAYA TIDAK TANGGUNG RISIKONYA! Berawal dari seminar yang diadakan sekolahnya, Vania Larasati mendapati dirinya jatuh cinta kepada seorang pembicara yang merupakan salah satu dosen terbaik di...