Bagian 11

33.3K 1.5K 69
                                    

Author POV

Sepuluh hari berbulan madu dilewati dengan penuh cinta dan keseruan. Vania tidak henti-hentinya menceritakan apa saja kegiatan seru yang dia lakukan selama berbulan madu, tentunya dia tidak menceritakan mengenai hubungan ranjang. Vania cuma berbagi kisah seru soal pantai dan beragam aktivitas lainnya.

Dia juga membeli banyak sekali cinderamata padahal sudah diperingatkan untuk tidak memboros. Kebiasaan Vania ini terkadang membuat Erick geleng-geleng kepala saja.

"Pokoknya seru deh, tapi pas diajak mas Erick buat selancar, Vani gak mau. Ngeri loh ma, itu ombaknya gede kalo tenggelem kan gimana coba?" celoteh Vania dengan ekspresi antusias yang tidak hilang dari wajahnya.

Mereka tiba di Jakarta dua jam yang lalu, Erick mengambil jadwal penerbangan pagi karena dirinya sudah tidak sabar menemui Adam setelah sepuluh hari ditinggal. Makanya, dari tadi cuma Vania yang terlihat sibuk sendirian bercerita dan membagikan cinderamata. Erick sudah sibuk menggendong Adam dan mengajaknya bermain.

"Ya pada dasarnya kamu penakut sih. Hebat loh Erick bisa berselancar, mestinya kamu tuh belajar dari suami kamu yang banyak talenta. Jangan tau tidur aja," ejek Lisa, mama angkat Vania.

Wanita itu berdecak sebal, selalu saja dia dibanding-bandingkan dengan suaminya sendiri. "Mama ih gak seru. Oh iya, bunda... Vania ada beliin ini khusus untuk bunda Septia."

Vania meraih sebuah tas tangan yang terlihat cantik dan unik dengan motif bunga-bunga. Sewaktu membeli oleh-oleh, Vania berpikir keras tentang apa yang harus dia berikan kepada ibu mertuanya. Sesuatu yang dinilai berkesan dan pilihannya jatuh kepada tas tangan unik ini.

Ibu mertuanya meraih tas yang diberikan Vania lalu tersenyum kecil. "Terima kasih, Vania. Ini terlihat cantik, nanti akan bunda simpan di lemari."

Vania sedikit canggung menanggapinya, tapi dia senang. Dia pikir ibu mertuanya akan membenci tas yang dia beri. Oh Tuhan, rasanya sulit sekali memberikan kesan baik.

Setelah cukup lama bercengkrama dan melepas rindu, orang tua mereka pun akhirnya memutuskan untuk pulang ke rumah masing. Mereka juga mendoakan agar program hamil yang sedang dijalani Erick dan Vania lekas berjalan lancar.

Vania menutup pintu rumahnya. Dia berjalan ke halaman belakang demi mencari sang suami yang sibuk dengan putra mereka sampai nyaris mengabaikan keluarga yang datang.

"Mas, udah mau siang. Sini Adam nya, Vania mau kasih makan dulu."

"Biar saya aja yang kasih. Tolong kamu siapin menu makanan Adam, Van."

Erick tidak menatapnya ketika menyuruh Vania. Dia lebih memilih sibuk berbincang dengan Adam sambil mencium pipi tembam nya. Astaga, baru pulang sudah membuat Vania cemburu buta.

Tanpa banyak membantah Vania pun lekas menuruti perintah suaminya. Ya tidak ada salahnya juga jika Erick ingin memanjakan Adam, dia kan papanya. Hanya saja, Vania terkadang merasa tersisihkan. Dia kira setelah sepuluh hari bermesraan bisa membuat hati Erick terketuk, tapi nyatanya tidak ada yang berubah sama sekali. Erick tetaplah Erick yang acuh dan menyebalkan.

...

Keesokan harinya, rutinitas kembali seperti sedia kala. Erick mulai sibuk dengan urusan kampus, dia sempat bercerita kalau program studinya sedang disibukkan dengan akreditasi dan Erick salah satu orang penting jadi kesibukannya bertambah. 

"Mas, ini bekal makannya. Vania cuma siapin nasi dan ayam panggang. Gak sempet buatin sayur nya," ucap Vania seraya menyerahkan kotak makan untuk dibawa suaminya. 

Erick menyambutnya tanpa banyak berkomentar. Dia tidak peduli istrinya masak apa, selagi layak maka dia terima. Lagipula, ayam panggang buatan Vania sungguh lezat. 

Mengejar Cinta Suami Dingin [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang