Author POV
Suara cekikikan senang sedari tadi memenuhi kamar. Di depan cermin seluruh badan, seorang wanita hamil sibuk memperhatikan tubuhnya dari setiap sisi untuk memastikan bahwa bayi di kandungannya tumbuh dengan baik.
Ceklek!
"Van, ini mangga yang kamu minta. Rasanya manis." Erick masuk ke dalam kamar dengan plastik berisi tiga buah mangga pesanan Vania tadi pagi.
Vania menoleh kecil menatap suaminya, dia tersenyum senang karena Erick membawa pesanannya.
"Wah, makasih ya mas. Ini kasih ke bik Sari aja, minta kupasin." Vania kembali menatap cermin, dia mengusap perutnya yang kini sudah mencapai enam bulan kehamilan. Waktu berjalan cepat dan sungguh Vania menikmati setiap momen kehamilannya.
Erick meletakkan plastiknya ke atas meja, dia melirik sang istri yang tampak girang dengan bentuk perutnya sendiri bahkan suara cekikikan nya terdengar kuat.
"Jangan banyak gerak, duduk aja di kasur," titah Erick dengan wajahnya yang selalu rata seperti dinding.
Sebenarnya Erick masih ada jadwal mengajar di kampus, tapi terpaksa harus dia batalkan kelas siang ini demi memenuhi keinginan Vania yang sama sekali tidak tahu waktu.
"Mas, kayaknya Vania mesti beli baju lagi ya? Banyak yang kekecilan," usul Vania sembari mengusap perut buncitnya. Erick menghela napas lelah, padahal baru Minggu lalu Vania membeli banyak sekali baju ibu hamil yang sudah bisa dipastikan akan terbengkalai saja di dalam lemari. Dia berdalih itu semua merupakan perlengkapan kehamilan padahal ada beberapa hal yang tidak perlu dia beli dan salah satunya baju-baju khusus ibu hamil.
"Boros, pakai saja apa yang ada di lemari. Semuanya masih pantas dan longgar, kamu yang melebih-lebihkan."
Vania menekukkan bibirnya tidak senang. Erick dan segala sikap otoriternya yang tidak pernah hilang. Bukannya dimanjakan, Vania bagai tahanan selama beberapa bulan ini bahkan terasa lebih ketat dari sebelumnya.
"Ya udah sih, mas Erick jutek banget jawabnya."
"Hmm. Saya harus kembali ke kampus." Erick melangkah pergi meninggalkan kamar. Dia menemui pengasuh yang sejak tiga bulan lalu bekerja di rumah mereka. Memang, Erick tidak mau Vania kelelahan mengurus rumah dan Adam secara bersamaan apalagi dalam keadaan hamil. Walaupun terkesan cuek, Erick sangat peduli.
"Bik, saya titip anak dan istri di rumah. Tolong kabari kalo ada terjadi sesuatu. Oh iya, tadi Vania minta kupas mangganya," pinta Erick. Dia tersenyum kecil melihat buah hati pertamanya tengah asyik bermain dengan robot dan mobil mainan di halaman belakang ditemani pengasuh.
"Iya, Pak Erick," jawab wanita berusia lima puluhan itu. Bik Sari masih sangat sehat dan kuat meskipun usianya sudah setengah abad bahkan dia jauh lebih cekatan.
"Adam, papa berangkat lagi ya? Nanti sore papa pulang," pamit Erick sembari mengecup lembut puncak kepala Adam. Balita berusia satu tahun setengah itu perlahan tersenyum, dia melambaikan tangannya ketika Erick berpamitan.
Setelah berpamitan dengan Adam, Erick pun kembali melangkah keluar rumah karena sebentar lagi ada jadwal mengajar juga dan tidak mungkin dia lewatkan.
Sebelum benar-benar berangkat, suara dari dalam rumah memanggilnya. Erick menoleh, dia sedikit membulatkan mata begitu melihat Vania tampak mencoba berlari kecil mengejarnya keluar dan nyaris terjerembab.
Secara refleks Erick menutup mobil lalu mengambil langkah cepat mendekati Vania yang ceroboh sekali.
"Van, jangan lari-lari!" Erick bersuara sedikit tegas sembari memegangi tubuh Vania yang terlihat limbung di undakan tangga teras. Vania langsung merasa bersalah, dia menatap Erick dengan muka pucatnya karena nyaris terpeleset di teras.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Suami Dingin [TAMAT]
RomanceWARNING! 🚫🚫🚫 DI BAWAH 21 TAHUN HARAP SEGERA MENYINGKIR! SAYA TIDAK TANGGUNG RISIKONYA! Berawal dari seminar yang diadakan sekolahnya, Vania Larasati mendapati dirinya jatuh cinta kepada seorang pembicara yang merupakan salah satu dosen terbaik di...