Vania POV
Hari yang ku tunggu akhirnya tiba. Aku bersemangat sekali hari ini karena akan berbulan madu dengan Mas Erick ke Lombok. Sudah lama aku ingin berduaan dengannya dan akhirnya aku mendapatkan momen yang tepat. Aku memang senang, tapi juga sedih karena harus berpisah dari Adam selama beberapa hari ke depan. Kami menitipkan Adam kepada orang tuaku dan juga orang tua Mas Erick. Biarlah mereka bergantian merawat cucu, yang penting aku tahu Adam akan aman bersama Nenek, Kakek, dan Nana nya.
"Uwaahh! Nghhhaaa!"
Aku menoleh ke arah pintu kamar begitu suara tangisan Adam mendekat. Mas Erick masuk dengan Adam di gendongannya. Putraku menangis kencang seolah tahu kalau dia akan ditinggalkan sejenak.
"Adam jadi rewel ya, mas?"
"Iya, kasian dia sebenarnya. Saya gak tega liat Adam nangis-nangis gini."
Aku paham sekali betapa protektif nya Mas Erick terhadap Adam. Perlu ku ingatkan lagi kalau Mas Erick tidak pernah sekalipun menomorduakan Adam. Dia selalu ingin yang terbaik bahkan tidak pernah membiarkan nyamuk menyentuh Adam. Mungkin hari ini terjadi perdebatan di batinnya antara memilih berduaan denganku atau tetap bersama Adam. Namun aku tahu kalau Mas Erick tidak mungkin menolak kesempatan yang pertama apalagi waktunya sudah pas sekali.
"Sepuluh hari kan gak lama banget, mas. Gak apa-apa lah Adam ditinggal."
"Hmm, itu bagi kamu tapi bagi saya rasanya bertahun-tahun," balasnya dan aku cuma mendengus malas seolah Mas Erick saja yang menyayangi dan peduli kepada Adam.
"Ya terus gimana dong? Mau dibawa ke Lombok juga?"
"Ide bagus. Kita bawa aja Adam."
Aku melotot kepadanya. Astaga, Mas Erick benar-benar menyebalkan pagi ini. "Nggak deh, mas. Apanya bulan madu kalo bawa anak? Jadinya liburan keluarga dong. Ih mas Erick jangan bikin bad mood deh."
Dia terlihat berpikir keras lalu menganggukkan kepalanya setuju dengan ucapan ku. Seberapapun kasih sayang yang dia punya untuk Adam, aku tahu pasti dia tidak menolak kesempatan bersamaku. Untuk saat ini biarlah aku beranggapan bahwa Mas Erick lebih mencintaiku hanya saja dia tidak tahu bagaimana cara mengungkapnya padaku.
"Iya, kamu benar. Saya cuma terlalu khawatir kalo gak sama Adam." Kulihat dia mencium pipi Adam beberapa kali sampai akhirnya Adam berhenti menangis. Wajah gembulnya itu menempel di bahu kiri Mas Erick, dia pun tidak rela dipisahkan dari Papa yang begitu menyayanginya.
"Oh iya mas, tadi mama barusan kasih kabar katanya mereka udah di jalan mau ke rumah. Bunda juga kayaknya di jalan," lapor ku. Mas Erick mengangguk mengerti, kami memang menunggu keluarga kami kemari sebelum berangkat ke bandara.
"Sini Adam nya, mas. Kan belum dipeluk sama mama," ucapku sembari merentangkan tangan. Mas Erick lalu duduk di pinggir ranjang kemudian menyerahkan Adam kepadaku. Putraku yang Minggu lalu berulang tahun ini rupanya sangat manja sekali. Lihat bagaimana dia langsung mencari kenyamanan di dalam pelukan ku. Tangan kecilnya itu menggapai wajahku dan menyentuh bibirku.
"Adam tinggal sama nenek dan Nana ya? Nanti pas mama pulang, baru deh Adam sama mama lagi. Adam mau dibeliin apa nanti?"
Sepertinya Adam menyukai suaraku, lihat bagaimana senyumnya mengembang setelah aku berbicara. Matanya yang bulat cerah nan polos itu tampak berbinar-binar. Oh, betapa mama menyayangi mu Adam.
"Apa aja yang kamu bawa ke Lombok, Van?"
"Ya pakaian pastinya, mas. Vania juga bawa lingerie yang cantik-cantik. Dijamin deh mas Erick pasti ketagihan liatnya," jawabku. Demi apapun, ku perhatikan pipi Mas Erick seperti memerah setelah mendengar ku berkata seperti itu. Apa aku baru saja melihat salah satu fenomena alam?
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Suami Dingin [TAMAT]
RomanceWARNING! 🚫🚫🚫 DI BAWAH 21 TAHUN HARAP SEGERA MENYINGKIR! SAYA TIDAK TANGGUNG RISIKONYA! Berawal dari seminar yang diadakan sekolahnya, Vania Larasati mendapati dirinya jatuh cinta kepada seorang pembicara yang merupakan salah satu dosen terbaik di...