Bagian 19

36.6K 1.6K 36
                                    

Author POV

Vania sebenarnya tidak diberikan izin untuk bepergian apalagi jika harus pergi sendirian tanpa ditemani oleh suaminya. Namun, hari ini Erick memberinya izin karena tidak tahan dengan rengekan Vania yang berkepanjangan hanya saja dia cuma diberi waktu dua jam untuk pergi dan harus diantar oleh Mang Sofyan. Erick pun akhirnya mempekerjakan suami Bik Sari itu sebagai supir pribadi karena dia takut terjadi sesuatu di saat Erick tidak ada di rumah.

"Udah matiin dulu teleponnya, mas. Ini Vania bentar lagi sampe."

"Cuma dua jam, kalo kamu membangkang maka gak boleh lagi pergi-pergi."

"Hmm, iya tau. Nanti Vania kabarin kalo mau pulang," balas Vania diiringi helaan napas bosan.

Vania menyimpan kembali ponselnya ke dalam tas, hari ini Leni dan Zahara mengajaknya makan siang bersama di salah satu restoran. Tadinya mereka ingin mampir ke tempat Vania, tapi tidak sempat sehingga mereka pun memutuskan untuk bertemu di sini.

"Non, saya parkir di sini ya. Nanti kalo udah selesai, non Vania gak perlu repot nyari."

"Iya, mang. Makasih ya, saya pergi dulu."

Dengan hati-hati Vania melangkah keluar. Dia masuk ke restoran dan mencari meja paling sudut. Leni dan Zahara melambaikan tangannya saat melihat Vania. Mereka senang sekali karena bisa berkumpul lagi.

"Wah Van, udah makin gede aja perut kamu! Berapa bulan sih ini?" tanya Leni dengan penuh antusias. Vania duduk di sebelahnya, dia tertawa kecil sambil mengusap perutnya di balik sweater tebal yang dia pakai.

"Udah enam bulanan nih. Hayoloh, udah pada siapin kado kelahiran belum? Aku nungguin ya kado dari kalian," canda Vania sambil tertawa.

"Tenang aja, Leni dan aku pastinya kasih yang paling mahal deh. Yakin pokoknya barang mewah," balas Zahara dengan bersemangat. Mereka bertiga tertawa lucu, memang jarang sekali mereka bisa bertemu jadi harus dimanfaatkan sebaik mungkin waktu yang ada.

"Ini makanan di sini enak loh, Van. Tapi lumayan lah mahal apalagi milkshake nya itu sampe 30 ribu."

"Oh ya? Mana enak ya sama milkshake buatan aku? Inget gak sih dulu pas kelas 12 aku pernah bikin milkshake pakek garam? Enek banget ya ampun mau muntah kalo inget minum itu," ujar Vania sambil merinding jijik membayangkan betapa menyeramkannya rasa minuman yang pernah dia buat dulu.

"Gila, iya aku inget! Mana cuaca panas kan terus minum milkshake campur garam, gak ngotak banget sumpah challenge dari Satya," balas Leni. Dia pun merinding jijik mengingatnya.

Mendengar nama itu, Vania jadi teringat soal laki-laki bernama Satya. Dulu saat masih duduk di bangku kelas 12, Satya adalah salah satu pria yang pernah menyatakan cinta padanya tapi dia tolak karena pada saat itu Vania sudah berpacaran dengan Gavin. Satya memang masih menjadi temannya, tapi sampai sekarang hilang kabar.

"Eh, itu si Satya ke mana ya? Perasaan setelah lulus sekolah, dia gak ada kabar," tanya Vania. Dia memang tipe perempuan yang selalu ingin tahu, jadi rasanya tidak puas jika tidak bertanya.

"Ada kok kabarnya, Van. Dia ya gak pindah-pindah dari Jakarta. Dia kerja di tempat orang tuanya," jawab Zahara. Vania mengangguk-anggukkan kepalanya. Terkadang dia penasaran tentang beberapa teman yang tidak pernah terdengar kabarnya lagi termasuk Satya. Dia ingat sekali dulu Satya selalu menunggunya, tapi berujung ditolak terus-menerus.

"Dia masih suka loh sama kamu, Van. Hati-hati aja nanti suami kamu ngamuk," canda Leni. Vania menepuk pundak Leni karena merasa tidak enak berbicara seperti itu. Vania bukannya ingin mendekati pria-pria yang dulu terpikat dengannya, hanya saja Vania penasaran.

Mengejar Cinta Suami Dingin [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang