Author POV
Sepuluh hari berada di Lombok adalah waktu yang singkat menurut Vania. Dalam sepuluh hari ini, dia akan melewati masa-masa romantis dan pengalaman luar biasa bersama suaminya. Setelah dua tahun pernikahan, ini adalah momen pertama dia dan Erick bisa bersama. Vania ingin kebersamaan ini terus terjadi.
Di malam kedua mereka bukan madu, tidak ada banyak kegiatan yang dilakukan. Setelah puas berjalan-jalan di pantai untuk menikmati matahari terbenam, malamnya Vania dan Erick lebih memilih untuk menghabiskan malam berdua-duaan di kamar mereka. Vania mengakui, sebenarnya bulan madu terasa lebih menyenangkan jika dihabiskan di atas ranjang saja daripada ke sana kemari tidak jelas karena inti dari bulan madu adalah bermesraan.
"Tidur, Van."
Erick menghela napas jengah melihat tingkah istrinya malam ini. Sekarang pukul satu pagi, sudah waktunya tidur setelah menghabiskan waktu yang panjang untuk bercinta.
"Vani belum ngantuk ih, ceritain dulu alasan kenapa Mas Erick kasih nama anak kita Adam?"
"Ck, kamu ribet banget sih. Perihal itu pun kamu bahas-bahas kayak gak ada yang lebih penting aja. Lihat itu udah jam satu pagi, saya ngantuk!" balasnya dengan nada ketus, tapi Vania hanya senyum-senyum sendiri karena gemas melihat reaksi suaminya itu.
Wanita itu akhirnya menyerah, dia merapatkan tubuh ke arah Erick yang tidur membelakanginya lalu segera dia dekap pria itu.
"Vani gak nyangka sih mas kalo kita bisa berbagi selimut kayak gini, telanjang lagi. Dulu pertama kali Vani kenal mas Erick tuh, ya biasa aja. Gak nyangka jadi jodoh," gumam Vania sendirian sedangkan Erick tetap betah memejamkan matanya padahal telinganya masih sangat jelas mendengar suara Vania yang merdu sekali. Dalam hati Erick pun membenarkan, tidak ada yang menyangka hari ini terjadi. Tidak pernah terpikirkan kalau dia akan menikah di umurnya yang sangat matang bahkan terkesan terlambat. Memang benar-benar hebat sekali kuasa Tuhan.
"Mas mas... Kalo waktu itu gak ada Vania, mas Erick bakal nikah sama siapa?"
"Ck, berisik!"
Bibir Vania menekuk kesal, dia mencubit-cubit pelan lengan kekar Erick demi membunuh rasa bosannya.
"Adam udah tidur belum ya, mas? Pengen nelepon Adam deh rasanya," tanya Vania tanpa takut menerima semburan api dari mulut suaminya itu. Dia senang menjahili Erick, itu sudah seperti kegiatannya sehari-hari.
Erick bergerak, dia membalikkan tubuhnya lalu memberi Vania tatapan tajam. "Kamu cerewet banget, mau saya sumpal mulut kamu?"
"Jahat banget ih! Kok mulut Vania mau disumpal gitu?" balas Vania.
"Gak jahat kalo disumpal pakek milik saya! Biar diem mulut kamu," cecar Erick dan seketika Vania terbahak-bahak. Ada-ada saja suaminya itu, tapi Vania tetap mencintainya.
...
Hari ketiga bulan madu mereka diisi dengan kegiatan menyenangkan di pantai. Erick berjanji mengajak Vania snorkeling karena istri cerewetnya itu merengek untuk melihat keindahan bawah laut.
"Gak sabar, mas! Pasti asik bisa liat terumbu karang gitu. Fotoin Vania ya nanti?"
"Iya," jawabnya singkat sambil membantu Vania memasang beberapa peralatan menyelam sesuai arahan pemandu yang ikut mendampingi mereka. Kegiatan menyelam seperti ini adalah yang pertama bagia Vania, tapi Erick sudah lebih berpengalaman. Jauh sebelum menikah, Erick sering liburan sendirian dan melakukan kegiatan di dalam laut jadi dia cukup tahu untuk hal mendasar. Paling tidak dia bisa melindungi Vania selama di dalam air.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengejar Cinta Suami Dingin [TAMAT]
RomanceWARNING! 🚫🚫🚫 DI BAWAH 21 TAHUN HARAP SEGERA MENYINGKIR! SAYA TIDAK TANGGUNG RISIKONYA! Berawal dari seminar yang diadakan sekolahnya, Vania Larasati mendapati dirinya jatuh cinta kepada seorang pembicara yang merupakan salah satu dosen terbaik di...